Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Dyspraxia, Sudahkah Anda Mengenalinya?

“Beri tahu aku jika aku lupa, ajarkan aku dan aku mungkin akan mengingatnya, tunjukkan padaku dan aku belajar”- Anonim

Developmental Coordination Disorder (DCD), atau yang lebih dikenal dengan sebutan dyspraxia merupakan gangguan koordinasi fisik berupa gerakan motorik, verbal, daya ingat, dan beberapa keterampilan kognitif lainnya. Mereka juga memiliki kesulitan dalam merencanakan dan menyelesaikan pekerjaan, Hal ini disebabkan otak yang kurang mampu dalam memproses informasi. Gerakan motorik sederhana seperti melambaikan tangan hingga yang lebih kompleks seperti menyikat gigi sukar dilakukan oleh orang dengan gangguan ini. Mereka juga mengalami kesulitan dalam koordinasi verbal seperti kata-kata yang sering tidak terlalu jelas ketika diucapkan. Mereka juga tampak kikuk dalam gerak-geriknya. Karena keterbatasan inilah yang membuat orang dengan dyspraxia rentan dibully oleh teman-teman sebayanya.

Untuk anak-anak akan kesulitan dalam mengurus dirinya sendiri, contohnya untuk motorik halus meliputi kegiatan menulis, mengikat tali sepatu, menggunakan sendok, menyikat gigi, memakai baju, dan mengancingkan baju. Anak juga mengalami kesulitan ketika mengikuti proses belajar di kelas seperti menggunting, mewarnai, dan menggambar. Untuk gerakan motorik kasar, anak akan kesulitan dalam mengendarai sepeda, berlari, memanjat, menangkap dan menendang bola, mengatur keseimbangan, kecepatan dan yang berhubungan dengan kelenturan otot. Dalam bidang verbal, anak akan kesulitan dalam merangkai kata-kata seperti berbicara dan mengeja hingga mengekspresikan diri.

Selain itu anak memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi dan mempertahankan fokus dalam waktu yang lama. Jika anak lain dapat mempelajari hal baru secara otomatis dari apa yang mereka lihat dan pelajari, maka anak dyspraxia akan membutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari keterampilan yang baru. Untuk orang dewasa sendiri akan kesulitan dalam perencanaan dan belajar keterampilan baru di tempat kerja. Mereka juga kesulitan dalam mengemudi kendaraan.

Tidak hanya itu saja, orang dengan dyspraxia juga memiliki masalah dengan dirinya sendiri seperti mudah kikuk, kurang peka terhadap sinyal non verbal, mudah merasa frustasi, memiliki kepercayaan diri yang rendah, pemalu, dan sering mengalami perubahan suasana hati. Mereka bisa sangat sensitif terhadap cahaya, sentuhan, dan suasana bising. Mereka juga rentan dalam mengalami perubahan suasana hati dan seringkali menampilkan perilaku yang tak menentu.

Penyebab dyspraxia
Para ahli dari Layanan Disabilitas dan Disleksia di Queen Mary University of London, Inggris menyatakan bahwa dyspraxia disebabkan oleh ketidakmatangan perkembangan neuron di otak yang tidak berkembang dengan benar. Hal ini menyebabkan otak akan membutuhkan waktu yang lama untuk memproses informasi. Selain itu, ternyata dyspraxia juga merupakan gangguan yang bersifat genetis yang bersifat turun-menurun. Seringkali ada anggota keluarga yang memiliki gangguan ini.

Daniel Radcliffe, aktor dengan dyspraxia
Daniel Radcliffe, yang namanya melejit berkat aktingnya di film Harry Potter, siapa sangka Daniel sebenarnya memiliki dyspraxia yang membuatnya seringkali dibully oleh teman-temannya. Ia kerapkali kesulitan di sekolah, menulis dengan tangan serta mengikat tali sepatunya. Akan tetapi sang ibu tetap mendukung dan mendorongnya untuk mengikuti audisi akting guna meningkatkan kepercayaan dirinya. Berkat itu kini Daniel memiliki banyak penggemar di berbagai penjuru dunia dan memenangkan berbagai penghargaan di bidang akting.

Penanganan untuk mereka
Anda dapat pergi ke psikolog, ahli terapi seperti fisioterapis dan terapis bicara untuk melatih koordinasi verbal. Mereka dengan dyspraxia dapat berkurang gejalanya jika diberi penanganan dan perawatan yang baik minimal dalam kehidupan sehari-hari. Anak dengan dyspraxia mengalami kesulitan dalam membaca dan mengeja. Konsentrasi terbatas dan kemampuan mendengarkan yang buruk dapat mempengaruhi dalam kemampuan membaca dan mengeja.

Mereka bisa membaca dengan baik, namun tidak mengerti beberapa konsep dalam bahasa. Mereka enggan untuk membaca dengan keras hal ini disebabkan mereka kesulitan dalam artikulasi dan merasa kurang percaya diri. Luangkanlah waktu dengan mereka. Cobalah alat bantu komputer dalam membaca dan mengeja seperti Wordshack 2 yang merupakan program dari Yayasan Dyspraxia.

Untuk masalah verbal Anda dapat membawa mereka ke terapis yang manangani permasahan berbicara dan bahasa. Jika orang tua telaten, orang tua bisa mengajarkan sendiri teknik berbicara kepada anak. Memberikan latihan dan dorongan akan sangat membantu anak dalam proses belajarnya. Menulis cerita bisa jauh lebih menantang bagi anak dyspraxia, contohnya seperti menyalin tulisan dari papan tulis.

Orang dengan dyspraxia sama seperti anak berkebutuhan khusus lainnya. Jika mereka dapat ditangani dengan baik mereka bisa menjadi individu yang produktif. Mereka juga memiliki tingkat intelegensi diatas rata-rata dan punya bakat seni yang tinggi. Hanya saja orang-orang ini sering terdiskrimisasi oleh rekan-rekan sebayanya, bahkan tak jarang orang tua juga memperlakukan mereka dengan buruk. Meski banyak juga yang terus mendukung anaknya tanpa pamrih hingga anaknya sukses.

Terkadang masyarakat begitu mudahnya memberi stigma yang buruk kepada anak berkebutuhan khusus padahal bisa jadi ketika anak-anak ini berhasil mereka justru jauh lebih baik daripada orang-orang yang mengejeknya.


Referensi:
[1] Dyspraxia Foundation. http://dyspraxiafoundation.org.uk/
[2] Christian Nordqvist. 23 November 2016. Dyspraxia: Causes, Symptoms, and Treatment. Artikel. http://www.medicalnewstoday.com/articles/151951.php

Sumber gambar: http://www.netdoctor.co.uk