Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Family Caregiver: Sang Pengasuh pun Butuh Diperhatikan

Pernah mendengar kata family caregiver sebelumnya?

Sebelum memaparkan lebih lanjut, saya akan memberi sedikit penjelasan tentang caregiver.

Secara garis besar, caregiver atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai ‘pengasuh’ adalah seorang individu yang merawat dan mendukung individu lain yang memiliki keterbatasan dalam kehidupannya secara umum. Individu disini dapat merujuk pada lansia, orang dengan disabilitas, orang dengan penyakit kronis (penyakit jangka waktu panjang) yang memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas dengan baik.

Dukungan yang diberikan caregiver pun beragam, dapat berupa dukungan emosional, dukungan finansial, memberikan perawatan, dan dalam bentuk lain.

Caregiver sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu caregiver formal dan informal. Caregiver formal adalah mereka yang dilatih dalam melakukan perawatan, seperti tenaga profesional yang disediakan rumah sakit, psikiater, hingga perawat. Caregiver informal adalah mereka yang memberikan perawatan tanpa diberi pelatihan sebelumnya, seperti keluarga terdekat, sahabat, teman, hingga tetangga.

Lantas, apakah yang dimaksud dengan family caregiver?

Menurut Reinhard, family caregiver adalah pendamping atau pengasuh informal yang terdiri atas anggota keluarga, sahabat, teman, atau tetangga yang merawat orang yang memiliki penyakit akut atau kronik dan membutuhkan bantuan pendamping untuk melakukan beberapa aktivitas seperti membersihkan diri, mengenakan pakaian, dan minum obat. Berbeda dengan caregiver formal, family caregiver memberikan perawatan tanpa bayaran.

Dewasa ini diketahui bahwa cukup banyak keluarga yang memilih untuk merawat sendiri anggota keluarga mereka yang membutuhkan bantuan dalam menjalankan aktivitas hidupnya. Alasannya pun beragam. Mulai dari anggapan bahwa ‘pasien’ atau orang yang dirawat akan merasa lebih senang secara psikologis saat dirawat di rumah oleh family caregiver hingga alasan biaya. Namun terdapat satu hal yang sering luput dari perhatian;

“Orang-orang yang berperan sebagai family caregiver dan bertugas memberikan perawatan serta perhatian pada ‘pasien’ NYATANYA juga butuh diperhatikan, lho.”

Sering kali orang sekitar menganggap bahwa mengurus ‘pasien’ adalah hal yang mudah dan membiarkan family caregiver melakukan perawatan seorang diri; tanpa bantuan orang lain. Hal tersebut menyebabkan family caregiver menghabiskan banyak waktu luangnya atau bahkan sebagian besar waktunya untuk merawat ‘pasien’ tanpa bantuan orang lain. Tak jarang mereka menjadi tidak dapat melakukan hal-hal yang mereka sukai, hobi, sekedar bersosialisasi, atau bahkan mengganggu pekerjaannya karena fokus pada tanggung jawab untuk merawat ‘pasien’.

Kurangnya dukungan lingkungan sekitar; berupa support dan bantuan dari keluarga terdekat, sahabat, dan lingkungan, tingkat keparahan ‘pasien’ yang dirawat, kurangnya waktu untuk diri sendiri atau untuk sekedar bersosialisasi, hingga masalah finansial yang muncul karena terganggunya pekerjaan sang family caregiver, serta beberapa faktor lain pada akhirnya dapat menyebabkan munculnya burden atau beban bagi family caregiver.

Beban-beban yang muncul dapat menjadi pemicu terjadinya gangguan pada family caregiver, seperti kesulitan tidur dan kesulitan dalam berkonsentrasi, merasa sedih dan kesepian, cemas, putus asa, berkurangnya produktivitas, hilangnya semangat dan napsu makan, kelelahan, mudah marah, sering menangis, menarik diri dari keluarga atau lingkungan sekitar, hingga masalah kejiwaan atau mental illness seperti depresi dan ansietas. Hal-hal tersebut dapat berujung pada buruknya kualitas hidup family caregiver. Selain kualitas hidup yang buruk, tak jarang hal-hal tersebut turut memicu perburukan kondisi kesehatan sang family caregiver.

“Health is a state of complete physical, mental and social well-being and not merely the absence of diseases or infirmity” –WHO

Sehat bukan hanya tentang fisik yang kuat dan bebas dari kelemahan atau penyakit, namun juga tentang ‘mental’ atau ‘jiwa’ serta kesejahteraan sosial yang baik. Jika family caregiver yang merawat ‘pasien’ tidak termasuk dalam kategori ‘sehat’, maka bagaimana dengan nasib orang yang mereka rawat?

Jika Anda adalah salah satu dari family caregiver, maka mulailah melakukan manajemen stres dengan meluangkan waktu untuk diri sendiri, membuat to-do-list hal-hal yang diprioritaskan agar tidak keteteran dan dapat tetap membagi waktu untuk hal lain meskipun sibuk merawat, dan berbagi cerita pada family caregiver lain. Saat berbagi cerita dengan family caregiver lain, kita akan mendapatkan tips dalam merawat dan turut menguatkan satu sama lain.

Selain itu, untuk memanajemen stres juga dapat dilakukan dengan olahraga teratur. Olahraga teratur berguna untuk menjaga kesehatan fisik dan dapat mengurangi serta melawan stres. Diketahui bahwa olahraga memicu tubuh untuk melepaskan hormon endorfin, dopamin, dan serotonin yang akan menyebabkan anda merasa senang dan merasa lebih baik,

Sangat penting bagi family caregiver untuk mengenali keterbatasan diri dalam melakukan perawatan. Berbagi cerita dengan orang terdekat tentang keadaan yang sedang dialami dapat meringankan beban yang muncul pada family caregiver. Selain berbagi cerita, tak ada salahnya untuk berbagi tugas dengan orang lain dalam melakukan perawatan pada family caregiver.

Jika masih merasakan gejala-gejala di atas, berkonsultasi pada psikolog atau tenaga professional tidak ada salahnya untuk dicoba.

Dear family caregiver, you’re brave than you believe, you’re stronger than you seem, you’re loved more than you’ll ever know. Namun untuk dapat merawat mereka yang engkau kasihi dengan baik, jangan lupa untuk merawat dan memperhatikan dirimu sendiri.

 

Artikel dikirimkan oleh Sherly Deftia A, seorang mahasiswi kedokteran yang jatuh cinta pada dunia tulis menulis.