Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Hidup dengan Bipolar Bukan Batasan Untuk Tetap Menjadi Manusia Seutuhnya

Hidup dengan bipolar bukan sesuatu yang memalukan dan bukanlah sebuah hal yang menjadi batasan untuk tetap berkarya serta menjalani hidup sepenuhnya. Menjadi bipolar ataupun tidak, kita tetap bisa menjadi manusia seutuhnya.

***

Banyak yang mengira bahwa orang dengan gangguan bipolar adalah orang gila. Hal itu tentu saja hanyalah sebuah mitos. Orang dengan gangguan bipolar adalah orang yang memiliki gangguan mood dari tertinggi yang sering disebut dengan fase manik (mania) hingga terendah berupa fase depresi. Fase-fase tersebut sangat mungkin dialami seseorang untuk waktu yang lama. Dengan kata lain, bipolar adalah sebuah gangguan afektif atau perasaan yang mudah berubah dari satu kondisi yang sangat positif ke yang sangat negatif. Seseorang dengan gangguan bipolar dapat berubah dengan cepat dari yang awalnya sangat senang (manik), tiba-tiba menjadi sangat sedih (depresi).

Bipolar Bukan Sebuah Batasan Untuk Tetap Produktif

Berdasarkan kecenderungan bipolar yang memiliki perubahan mood secara cepat, tidak sedikit orang yang kemudian mengambil asumsi bahwa orang dengan bipolar tidak dapat produktif di tempat kerja. Hal ini didasarkan pada kecenderungan orang-orang dengan gangguan bipolar untuk murung dan tidak produktif terlebih pada saat fase depresi. Begitupun sebaliknya, pada saat fase mania mereka cenderung melakukan hal-hal yang berlebihan atau bahkan yang beresiko tinggi. Bipolar memang sebuah gangguan yang tidak dapat disembuhkan. Namun, gangguan ini bisa dikendalikan dengan treatment yang tepat. Meskipun ada beberapa orang dengan gangguan ini diberhentikan dari pekerjaannya karena dianggap tidak produktif, akan tetapi masih sangat mungkin beberapa orang dengan gangguan yang sama justru lebih produktif di lingkungan kerja. Bahkan apabila orang-orang dengan gangguan bipolar ini mendapatkan treatment yang tepat maka, mereka akan lebih produktif dalam menjalani hari-harinya. Sebuah studi juga menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara gangguan bipolar dengan kreativitas. Walaupun bukti-bukti belum cukup kuat, akan tetapi hal ini mengubah pandangan kita bahwa orang dengan bipolar bukanlah seseorang yang tidak bisa produktif dan berkarya, sebaliknya mereka (mungkin) lebih kreatif dari rata-rata. Banyak selebriti yang telah membuktikan bahwa dengan bipolar yang ada dalam dirinya, mereka tetap bisa berkarya dan berprestasi dalam bidangnya masing-masing. Sebut saja Mariah Carey, Demi Lovato, Kurt Cobain, hingga selebriti dalam negeri seperti Marshanda.

Baca juga : Menjadi Bipolar itu Menyenangkan Sekaligus Menyedihkan di sini.

***

Gangguan bipolar mungkin masih kita anggap sebagai gangguan yang jauh dari pemahaman kita. Kita menganggap gangguan ini adalah faktor keturunan yang selalu diwariskan, padahal bukan. Kita menganggap bahwa bipolar adalah orang yang aneh, kadang murung, kadang tertawa kencang. Kita hanya menangkap bipolar sedangkal itu dan sayangnya kita sudah melabeli mereka dengan label negatif. Orang-orang dengan gangguan bipolar adalah manusia yang sama seperti kita. Manusia yang butuh diterima dan dimanusiakan. Sudah saatnya untuk kita merenungkan betapa kita sangat egois dalam melihat orang dengan gangguan bipolar. Betapa kita sangat sempit telah mengucilkan, menjauhi dan bahkan mengabaikan mereka begitu saja. Justru dengan perilaku itulah, kita akan semakin membuat orang-orang dengan gangguan bipolar semakin berat menjalani hidupnya. Maka, terimalah mereka seperti kita menerima kekurangan dan kelebihan kita sebagai manusia. Karena yang mereka butuhkan adalah sebuah penerimaan yang utuh bahwa, orang dengan gangguan bipolar adalah manusia yang membutuhkan kasih sayang serta dukungan dari orang-orang terdekatnya. Cukuplah kita dengan penilaian sempit kita terhadap orang dengan gangguan bipolar. Sudah saatnya untuk kita menundukkan kepala dan membuka tangan lebar-lebar untuk menyambut mereka, manusia seutuhnya.

Selamat Hari Bipolar Sedunia!