Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Hidup Tanpa Figur Ayah

Teruntuk mereka yang sangat dekat dengan ayah. Tulisan ini dibuat untukmu agar hatimu tegar dalam menjalani hidup tanpa bisa lagi bergandengan dengan ayah. Jika (mungkin) kamu tidak dekat dengan ayah, tulisan ini dibuat untukmu yang ingin menyelami bagaimana rasanya rindu nasihat, tawa dan dekap seorang ayah.

Bagian Terberat Dari Kehidupan Adalah Kehilangan

Kehilangan benda mungkin bukan menjadi masalah besar. Namun, bagaimana dengan kehilangan sosok? Sosok yang tidak tergantikan. Memang, tidak semua orang merasakan kehangatan yang terjalin dengan sosok ayah. Namun, tidak ada salahnya untuk memahami mereka yang kehilangan figur ayah.

Ayah mungkin bukan sosok yang banyak bicara. Ia adalah sosok yang mengutarakan perasaan lewat perbuatan. Pribadi yang menghidupi keluarga dengan kepiawaiannya dalam bersikap dan mengambil keputusan.

Bagi sebagian orang, ayah adalah sosok pelindung pertama. Figur yang menjadi pahlawan sekaligus role model di dalam keluarga. Akan tetapi, bagi mereka yang memiliki masalah dengan ayah, kehadirannya justru membuat tidak nyaman suasana di rumah. Walau demikian, kehilangan tetaplah kehilangan.

Kepergian sosok ayah di dalam keluarga memberikan ruang kekosongan yang mendalam dan pengalaman hidup yang menyakitkan. Terlebih bagi anak laki-laki maupun perempuan yang kehilangan sosok ayah akan mengalami gejolak emosi yang labil dan pengalaman traumatis yang tidak bisa dihindari. Seorang anak bisa kehilangan motivasi hidup, terjerumus ke dalam lingkungan negatif, frustrasi dan depresi.

Ayah di Mata Anak Laki-laki dan Perempuan

Bagi anak laki-laki, ayah adalah seorang role model. Figur yang menjadi pahlawan di keluarga dan cerminan sosok laki-laki yang kuat. Ayah memberikan pendidikan pertama tentang bagaimana laki-laki sejatinya berperan di dalam kehidupan.

Sebuah penelitian mengatakan bahwa ketidakberadaan ayah di keluarga sejak anak masih kecil berpengaruh pada kemampuan sosial dan emosional. Ada kecenderungan untuk berperilaku agresif dan mudah marah. Meskipun demikian, agresivitas dapat berkurang seiring dengan kehadiran dukungan sosial yang diberikan oleh keluarga dan lingkungan positif yang mengelilingi sang anak.

Bagi anak perempuan, ayah bagaikan cinta pertama yang memberikan gambaran kekuatan untuk menghadapi masalah. Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa rata-rata perempuan mencari pasangan yang seperti ayahnya. Hal tersebut karena anak perempuan yang memiliki pengalaman positif dengan ayahnya cenderung menginginkan kejadian tersebut terulang saat ia berkeluarga.

Kehilangan sosok ayah bisa menjadi pukulan terberat. Tidak ada lagi teman diskusi, tidak ada lagi pelindung dan pembela, tidak ada lagi yang memberikan gambaran figur laki-laki di keluarga, tidak ada yang bisa ditanyai “laki-laki yang baik itu seperti apa”, dan rasa kehilangan lain yang menjelma dalam kesepian. Wajar bila sedih. Normal bila ingin menangis.

Dari Wanita yang (Pada Akhirnya) Menjadi Single Mother

Hidup tanpa suami dan ayah dari anak-anak bukanlah sebuah pilihan dan keinginan. Getir manis kehidupan harus tetap berjalan. Terkadang anak-anaklah yang menjadi amunisi unconditional love untuk terus melangkah maju. Orang-orang di sekitar yang tidak mengalami kehilangan pasangan menaruh kekaguman yang luar biasa pada wanita yang menjadi single fighter. Bayangkan saja, wanita itu harus memiliki figur ayah sekaligus ibu dalam satu tubuh.

Bagi seorang ibu yang separuh jiwanya telah tiada, yang sedang berjuang bernegosiasi dengan perihnya kehilangan, dan yang telah bersedia melampaui separuh perjalanan kehidupan tanpa kehadiran pasangan, resapi bahwa waktu-waktu tersulit akan tergantikan dengan kebahagiaan yang datang dari buah hati dan orang-orang terbaik di sekitar. Karena sebenarnya pemberi cinta terbesar sesungguhnya datang dari diri sendiri.

Kehilangan Itu (Bisa) Menguatkan

Kehilangan figur ayah akan membuat seseorang menjadi kuat berpijak di atas kaki sendiri. Dari yang tadinya memiliki sandaran dan tempat berlindung, kini  harus bersandar pada diri sendiri. Memang berat tetapi seiring berjalannya waktu hati akan menjadi lebih tahan banting. Tidak hanya diri sendiri, ibu dan keluarga juga akan menjadi kuat jika ada usaha untuk menularkan kekuatan itu. Seseorang akan terlatih untuk berpikir lebih jauh tentang kebutuhan rumah, kebutuhan diri sendiri, kebutuhan ibu dan kebutuhan keluarga.

Ayah memegang peran yang signifikan di kehidupan rumah tangga. Sosok yang dalam diamnya menyimpan beragam inspirasi untuk anak-anak dan pasangannya. Rasanya ada yang kurang jika figur itu tidak lagi ada. Namun, patrilah dalam diri bahwa kesedihan hanyalah sementara jika seseorang bisa berdamai dengan kehilangan. Sosok laki-laki yang disebut sebagai pemimpin keluarga itu memang pergi, tetapi semangatnya akan terus ada pada diri yang tegar untuk mencintai kehidupan yang berjalan tanpa figur ayah.

Memang, bagian tersulit dari kehilangan figur ayah ialah menerima. Mencoba menerima dan yakin bahwa kehilangan ayah akan mendewasakan bukanlah hal yang mudah dan instan. Semua membutuhkan proses. Meskipun demikian, waktu akan berperan untuk menguatkan.

“Ketika kita kehilangan, salah satu cara melewatinya adalah dengan membingkai rindu dalam doa.”