Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Kehilangan Koneksi dengan Dunia Nyata karena Skizofrenia

“Saya memberi batas kepada suara-suara yang ada di kepala saya, mencoba untuk berinteraksi dengan tegas dan hormat. Oleh karena itu, terbentuk komunikasi antara saya dan suara-suara tersebut yang dapat mengajarkan pada kerjasama dan saling mendukung.” – Eleanor Longden


Apakah Anda akrab dengan istilah pasung? Seorang manusia yang diikat kakinya atau dikurung dalam suatu ruangan, melakukan semua aktifitas di dalamnya –termasuk tidur, makan, dan buang air. Hal ini dilakukan karena mereka dianggap gila atau bagi masyarakat Indonesia yang mempercayai hal-hal mistis, mereka diduga kerasukan makhluk gaib. Apakah benar orang yang dianggap gila, baik yang dipasung maupun yang berkeliaran di jalan adalah orang dengan gangguan skizofrenia?

Banyak terjadi kesalahpahaman di masyarakat mengenai skizofrenia. Sebenarnya, apa sih skizofrenia itu?

Skizofrenia adalah salah satu gangguan mental yang mempengaruhi orang dalam berpikir, merasakan, dan berperilaku1. Orang dengan gangguan skizofrenia kesulitan membedakan antara realita dan halusinasi. Oleh karena itu, mereka cenderung memiliki masalah dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Skizofrenia termasuk dalam kategori gangguan mental berat dan tidak banyak ditemukan kasus orang dengan gangguan skizofrenia.

Berdasarkan data dari organisasi kesehatan dunia, World Health Organization (WHO), lebih dari 20 juta penduduk di dunia memiliki skizofrenia2. Sementara di Indonesia, berdasarkan Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013, 1.7 dari 1000 orang atau sekitar 400.000 orang memiliki gangguan mental berat seperti skizofrenia3. Selain itu, laki-laki lebih banyak memiliki skizofrenia daripada perempuan dengan rentang usia awal terjadinya gejala 16-30 tahun. Kasus yang terjadi pada usia anak-anak jarang terjadi4.

Akan tetapi, bukan berarti rendahnya statistik dapat mengurangi kewaspadaan terhadap penyebab skizofrenia. Terdapat beberapa faktor1 yang meningkatkan resiko seseorang memiliki skizofrenia, yaitu:

  1. Gen dan lingkungan

    Peneliti mempercayai bahwa gen yang mengalir pada keluarga memiliki pengaruh terhadap resiko skizofrenia. Akan tetapi, tidak ada bukti yang menyatakan bahwa terdapat gen khusus yang menjadi penyebab seseorang memiliki skizofrenia. Mereka juga menyatakan ada hubungan antara gen dan faktor lingkungan yang menjadi pemicu munculnya gejala skizofrenia, seperti terpapar virus, malnutrisi pra kelahiran, masalah ketika lahir, maupun faktor psikososial.

  2. Struktur dan kandungan otak

    Masalah perkembangan otak pra kelahiran dapat berpengaruh hingga di usia remaja. Ketidakseimbangan struktur dan kandungan otak yang melibatkan jaringan penghubung antar sel dapat menimbulkan gejala skizofrenia.

Kedua hal tersebut bukan menjadi faktor utama seseorang memiliki skizofrenia. Terdapat ‘pemantik’ yang mengaktifkan potensi skizofrenia, seperti depresi atau kejadian buruk masa lalu. Sehingga,  muncul gejala1 yang dapat dijadikan lampu kuning sebagai penanda skizofrenia:

  1. Gejala positif

    Seseorang akan kehilangan koneksi dengan dunia nyata ketika mengalami halusinasi, delusi, mendengar suara yang tidak nyata, kehilangan fungsi berpikir, kegelisahan yang ditunjukkan melalui gerakan tubuh.

  2. Gejala negatif

    Gejala ini sulit terditeksi karena hampir semua manusia mengalaminya di waktu tertentu, seperti berkurangnya ekspresi wajah atau suara, mereduksi bicara, tidak semangat dalam menjalani hidup, kesulitan dalam memulai dan melakukan aktivitas yang berkelanjutan.

  3. Gejala kognitif

    Orang dengan gangguan skizofrenia memiliki  kesulitan konsentrasi dan memberi perhatian. Selain itu, gejala ini menunjukkan seseorang memiliki masalah dalam menyerap informasi lalu segera menggunakannya terutama dalam mengambil keputusan. Gejala kognitif ini hadir secara halus bahkan bisa tidak dapat dikenali sebagai gejala skizofrenia.

Gejala-gejala ini tidak cukup bagi kita–masyarakat umum untuk menyatakan seseorang dengan gangguan skizofrenia. Psikolog atau psikeater adalah pihak yang memiliki hak untuk mendiagnosis seseorang dengan gangguan mental. Gejala ini ‘hanya’ sebagai penanda untuk mengenali diri sendiri maupun orang lain sehingga dapat ditindaklanjuti  dengan menemui ahli.

Walaupun skizofrenia termasuk dalam kategori gangguan mental berat dan beberapa subtipe5 skizofrenia dapat mengganggu kehidupan sehari-hari, Anda tidak perlu khawatir. Skizofrenia dapat ditangani melalui perawatan yang teratur.

Jadi, kenali diri Anda atau kerabat dan konsultasikan kepada psikolog atau psikeater jika ada hal yang mengganggu keseharian Anda. Jangan lupa untuk berolahraga, karena aktivitas fisik bukan hanya menyehatkan tubuh Anda, tetapi juga mental Anda.


Sumber Data Tulisan

Featured image credit: http://cornerstonerecoverycenter.com/co-occurring-mental-health-skizofrenia-addiction/