Pijar Psikologi #UnderstandingHuman

View Original

Kritik No, Evaluasi Yes

Sebagian dari kita terbiasa untuk dikritik ketika kesalahan terjadi. Kebiasaan ini kita alami sejak kecil dan terus terjadi hingga saat ini. Ketika mendapat nilai jelek di sekolah, kita dibilang bodoh. Saat kalah dalam kompetisi, kita dibilang salah kita karena kurang berusaha maksimal. Kala bertengkar dengan teman, kita dibilang sebagai pembuat onar. Dan masih banyak lagi pengalaman yang mungkin pernah kita rasakan yang menyebabkan kita dikritik oleh orang lain.

Kritik menjadi hal biasa dan dianggap sebagai salah satu cara yang efektif untuk memperbaiki diri.  Sebagian manusia menganggap, dengan terbiasa keras terhadap diri sendiri, maka kita akan menjadi seseorang yang diinginkan. Keras terhadap diri sendiri dilakukan dalam bentuk memarahi atau mengutuk diri saat hal buruk terjadi. Dengan begitu, kita seperti tegas terhadap diri atas apa yang seharusnya dilakukan demi menjadi seseorang yang diinginkan.

Akan tetapi, tidak selamanya mengkritisi diri berdampak baik pada diri kita sendiri.

Kritik Memperburuk Keadaan Diri

Mengkritisi diri sendiri adalah bentuk penilaian diri yang dipandu oleh perasaan bersalah, takut akan celaan, serta merefleksikan diri pada seseorang yang rendah motivasi dan sulit beradaptasi. Mengkritisi diri membuat kita terbiasa untuk merenungkan secara mendalam atas apa yang terjadi namun lebih ke arah yang negatif.

Seorang psikolog, Kelly Mcgonical berpendapat bahwa mengkritisi diri malah lebih menyakiti diri kita sendiri. Kritik terhadap diri menyebabkan timbulnya hambatan bagi diri untuk berkembang dan melemahkan kemungkinan untuk mencapai tujuan kita.

Sementara itu, para ahli saraf menyatakan bahwa saat mengkritisi diri, keadaan otak berubah menjadi keadaan yang menahan kemampuan yang kita miliki dan menghukum diri sendiri sehingga menyebabkan kita semakin jauh dengan tujuan kita. Kita menjadi merasa terancam dan kacau, seolah-olah ada yang mengganjal rencana kita untuk merealisasikan aksi demi mewujudkan tujuan.

Semakin sering mengkritisi diri, maka kita akan merasa kurang percaya diri untuk mencapai tujuan yang kita inginkan. Kita terbiasa menilai setiap peristiwa yang terjadi dengan penuh perasaan bersalah dan merasa rendah sendiri sampai melupakan minat dan keberhargaan diri kita sendiri. Kita malah berfokus pada rasa takut pada kegagalan dan kehilangan dukungan daripada memikirkan cara yang efektif untuk meraih apa yang kita inginkan.

Bukan Mengkritisi, Tetapi Mengevaluasi Diri

Ada cara yang lebih untuk memperbaiki diri, bukan dengan mengkritik, tetapi dengan mengevaluasi diri. Mengevaluasi diri dengan menyusun rencana tindakan yang mengarahkan kita untuk maju serta dilengkapi dengan hikmah yang kita ambil dari sebuah kesalahan. Dengan demikian, kita bukan berfokus pada perasaan negatif yang menjebak diri, tetapi berfokus pada penilaian yang lebih komprehensif dengan cara yang positif.

Beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk mengevaluasi diri ialah:

Mengevalusi Kesalahan Secara Realistis

Terkadang kita dapat menjadi musuh terberat bagi diri sendiri karena kesalahan yang telah kita lakukan. Akibatnya, kita terjebak dalam perasaan bersalah dan kebodohan yang membuat kita semakin membenci diri kita sendiri. Cobalah untuk menerima dan menghadapi kesalahan kita, dengan menjadikannya sebagai hal yang berguna. Karena kita hanya ingin belajar dari kesalahan, bukan ingin mengulangi kesalahan yang ada.

Memaknai Perenungan 

Mengkritisi diri seringkali ditemani oleh perenungan secara mendalam atas perbuatan yang dilakukan. Namun, perenungan ini lebih lekat dengan pikiran negatif yang malah memperburuk keadaan diri. Sebagai contoh, kita mungkin sering berkata, “Kenapa hal ini terjadi di diri aku? Kenapa orang lain baik-baik saja, sementara aku di sini melakukan kebodohan.”

Saat perenungan kita dipenuhi pikiran seperti itu, kita semakin membiarkan diri terjebak dalam keterpurukan. Kita menjadi sulit menerima keadaan dengan lebih positif dan membuka diri masih ada hal baik dalam diri kita sendiri.

Merenungi hal yang terjadi dalam kehidupan kita bukan suatu hal yang dilarang tetapi kita juga perlu pintar memaknai proses perenungan yang kita lakukan. Ketika merenung hanya membuat kita semakin terjebak dalam keterpurukan, lebih baik kita hentikan saja. Kita berhenti merenung dan melakukan hal lain yang lebih bermanfaat.

Membuat Daftar untuk Memperbaiki Diri

Setiap manusia pasti membuat kesalahan sehingga kita tidak perlu terperangkap dalam kesalahan itu sendiri. Lebih baik kita mengevaluasi diri dengan menuliskan rencana untuk memperbaiki kesalahan yang kita lakukan saat ini.

Misalnya, kita menghujat diri karena telah lupa menyelesaikan deadline kerja yang diberikan. Daripada menghujat diri sebagai seorang yang pelupa dan tidak becus dalam menyelesaikan kerja, lebih baik merencanakan tindakan untuk memperbaiki performa diri ke depannya. Seperti dengan membuat agenda pengingat yang ditempel di layar laptop kita.

Ubah Kritik Menjadi Evaluasi

Kritik lekat dengan pelabelan negatif, seperti “bodoh, pecundang, tidak pantas menang, selalu gagal” dan lainnya. Meskipun pelabelan itu terasa ada benarnya, bukan berarti kita membiarkan diri tenggelam di dalamnya. Saat kita dibilang bodoh, bukan berarti kita membenarkan kebodohan yang ada pada diri kita. Akan tetapi, mencari cara untuk membuktikan bahwa diri kita tidak sebodoh yang kita kira. Masih ada kelebihan dalam diri kita dan kemampuan yang bisa kita tunjukkan.

Sebuah kritik memiliki sisi baik dan buruk bagi kehidupan. Kritik yang baik diyakini penting demi membangun dan memperbaiki diri kita. Akan tetapi, tanpa disadari kita cenderung memberi kritik yang buruk terhadap diri kita sendiri. Kita berani untuk memarahi, mengumpat, dan menghujat diri kita dengan kata-kata yang kejam. Yang mungkin saja, kita tidak pernah melakukan itu terhadap orang lain tetapi berani melakukan terhadap diri kita.

Kita perlu menyadari, ada hal yang lebih baik daripada mengkritisi diri sendiri. Ada cara yang lebih bijak untuk membuat diri kita lebih baik. Salah satunya adalah berbicara dengan hangat pada diri, untuk mengevaluasi bukan mengkritik, supaya menjadi seseorang yang lebih baik lagi.