7 Cara yang Bisa Dilakukan Orang Tua untuk Mengurangi Adiksi Gadget pada Anak

Kehadiran gadget merupakan sebuah tantangan bagi orang tua masa kini dalam mengasuh dan membesarkan anak di era kemajuan teknologi. Menurut survey yang dilakukan oleh YPMA dan Universitas Diponegoro di tahun 2009, anak-anak (usia 6-12 tahun) di provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur rata-rata menghabiskan 0,8 jam di hari kerja dan 1,3 jam di hari libur untuk bermain permainan elektronik. Sementara, untuk akses internet menghabiskan waktu 0,1 jam lainnya, pada hari kerja ataupun pada hari libur. Selain itu, menurut jurnal tahun 2014, orang tua di Indonesia sedikit yang melek dengan teknologi. Anak-anak kita biasanya menggunakan komputer, internet, permainan elektronik, atau gadget ketika mereka sendirian, dengan teman atau saudara kandung. Fenomena ini menjelaskan bagaimana adiksi gadget pada anak-anak di Indonesia cenderung terlambat ditangani.

***

Ada banyak alasan kenapa orang tua memutuskan untuk memberikan gadget kepada anaknya. Salah satunya adalah sebagai media belajar atau bermain anak dengan berbagai fitur atau aplikasi penunjang di dalamnya. Namun, penggunaan gadget yang tidak terkontrol dan tidak diatur dengan jelas, menimbulkan sebuah adiksi pada anak. Setidaknya dalam lima tahun terakhir, kasus kecanduan bermain gadget pada anak di Indonesia semakin nyata terlihat.

Adiksi sendiri secara umum dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi ketika seseorang merasa ketergantungan, baik secara psikologis, fisik, ataupun keduanya terhadap suatu hal. Secara lebih spesifik, adiksi gadget adalah perilaku penggunaan media yang maladaptif dengan karakteristik penggunaan media sosial berlebih, kesulitan untuk mengontrol, dan gangguan dalam kegiatan sehari-hari. Menurut Susan Krauss Whitbourne, gadget berperan seperti boneka teddy bear saat kita masih kecil. Keberadaannya seolah menggantikan keberadaan orang tua. Selain itu, gadget dan teddy bear sama-sama tidak pernah marah ataupun menuntut dengan apapun dari kita. Secara psikologis, sangat mungkin bagi kita untuk mengembangkan anxious attachment lebih kepada gadget daripada orang tua kita. Fenomena ini dapat dilihat oleh orang tua sebagai refleksi juga tanda-tanda bagaimana anak dapat mengembangkan adiksi pada gadgetnya. Berikut adalah 7 cara yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk mengatasi anak yang kecanduan pada gadget:

  1. Membuat aturan yang jelas terkait penggunaan gadget

Penetapan aturan yang dimaksudkan di sini bisa menyangkut banyak hal, di antaranya adalah masalah waktu dan tech-free zones. Akan lebih baik jika orang tua membatasi penggunaan waktu anak-anak dalam bermain gadget. Setelah waktu penggunaan gadget sudah habis, orang tua diharapkan bisa bersikap bijaksana dan mendistraksi anak pada kegiatan lain.

Untuk tech-free zones ini artinya ada beberapa area di rumah yang tidak diperbolehkan untuk menggunakan gadget. Seperti di ruang makan, kamar mandi, dan juga kamar tidur. Kedua hal ini akan membuat anak lebih memahami arti dari kepercayaan orang tua serta bertanggung jawab atas apa yang ia pegang sekarang.

2. Menggunakan sistem reward dan punishment yang menyenangkan

Banyak sekali jurnal yang menjelaskan mengenai dampak dari penggunaan reward-punishment dalam upaya mendidik anak. Selain berfungsi untuk menunjukkan sejauh mana keterlibatan orang tua dalam kegiatan anak, sistem ini juga bisa digunakan untuk mengontrol perilaku anak. Ada proses belajar mengenai value yang berusaha ditanamkan oleh orang tua juga ada tantangan tersendiri ketika berhasil dalam pencapaian tertentu. Inilah yang membuat sistem ini menjadi tepat untuk mendampingi aturan yang sudah dibuat di awal.

3. Mengawasi penggunaan gadget anak

Mengawasi penggunaan gadget ini bagaimana orang tua tidak hanya mengobservasi atau melakukan tracking terhadap aktivitas anak pada gadget, tetapi juga bagaimana orang tua melakukan refleksi terbuka pada anak. Refleksi ini bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Game yang kamu mainkan tentang apa?” atau “Tadi sudah sampai level berapa?”. Hal ini akan membuat anak lebih aware atau sadar terhadap apa yang ia lakukan serta menumbuhkan keterbukaan pada orang tua.

4. Hindari penggunaan gadget di depan anak

Anak-anak adalah peniru ulung. Perilaku mereka merupakan bentuk dari hasil meniru orang-orang di sekitarnya, terutama orang tuanya. Apabila seorang anak sering melihat orang tuanya asik dengan gadgetnya, secara otomatis ia akan menganggap bahwa itu merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan ingin melakukan hal yang serupa. Karena itu, usahakan untuk tidak banyak menggunakan gadget di depan anak dan maksimalkan waktu bersamanya dengan melakukan interaksi langsung dan melakukan kegiatan bersama. Dengan begitu, definisi menyenangkan bagi anak akan bergeser dari gadgetnya.

5. Mengajak anak keluar dan bermain dengan alam

Di era modern ini, orang-orang semakin jarang berinteraksi dengan alam, terutama bagi yang tinggal di daerah perkotaan. Selain karena keterbatasan lahan, kesibukan dan kekhawatiran orang tuanya juga menjadi faktor utama. Padahal, banyak permainan menyenangkan bagi anak yang dapat dilakukan di ruang terbuka. Misalnya dengan berkebun, menangkap serangga, camping, dan sebagainya. Tidak hanya menyenangkan, itu juga memberikan pelajaran bagi anak dan menjadi stimulus yang memicu kecerdasan dan kreativitas anak. Sebuah penelitian di Denmark menunjukkan bahwa anak-anak yang lebih sering bermain di alam dan ruang terbuka lebih waspada, memiliki gerak motorik yang lebih baik, dan lebih kreatif.

6. Memberikan alternatif permainan pada anak

Anak sulit lepas dari gadget nya karena mereka menemukan suatu permainan yang menyenangkan di dalamnya. Maka, untuk mengalihkan perhatiannya dari gadget, orang tua harus mempu menemukan permainan lain yang tidak berkaitan dengan elektronik. Misalnya, permainan menyusun benda seperti lego. Ini tidak hanya memberikan kesibukan dan rasa penasaran bagi anak, sebagaimana permainan pada gadget, tetapi juga merangsang pola pikir dan kreativitasnya.

7. Pastikan anak tidur dengan baik dan cukup

Menurut US National Sleep Foundationrata-rata waktu yang harus dihabiskan anak untuk tidur adalah 7 jam. Kendati angka menunjukkan bahwa anak-anak kebanyakan sudah mengalami deprivasi tidur, tidur yang cukup dan juga baik sebenarnya dapat membantu memulihkan mata dari ketegangan serta memaksimalkan kinerja otak. Bisa disimpulkan bahwa tidur yang cukup dan baik ini menjadi modal yang penting untuk kesehatan anak.

***

Tidak bisa dielakkan bahwa gadget telah banyak memengaruhi kehidupan serta perubahan bagi kita, begitu juga dengan pola asuh anak. Bagai pedang yang bermata dua, pengaruh gadget memiliki dampak baik dan buruk tidak hanya pada kita orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Hal yang perlu kita ingat bersama adalah gadget merupakan sebuah teknologi yang pusat kontrolnya bukan pada teknologi tersebut, akan tetapi kita sebagai orang tualah yang memegang kendali penuh dalam mengontrol penggunaan gadget terutama pada anak-anak kita. Orang tua perlu menentukan sikap dalam membimbing dan mengarahkan anak dalam hubungannya dengan gadget Kita sebagai orang tua perlu lebih peka dalam setiap pilihan yang kita ambil terkait anak-anak. Tidak ada salahnya untuk membatasi kegiatan anak dengan gadget dan menggantinya dengan berinteraksi bersama dengan kita para orang tua.


Dyah Iffah Novitasari

Mahasiswa Teknik Arsitektur UGM

Previous
Previous

CURHAT: Mungkinkah Saya Memiliki Banyak Gangguan Kejiwaan?

Next
Next

CURHAT : Saya Benci Hidup Saya yang Penuh dengan Kehampaan