Hewan Peliharaan: Pahlawan Manusia Abad Ini
“Kita memberikan pengaruh perubahan psikis yang sama pada hewan peliharaan seperti mereka juga memberikan pengaruh pada kita.” (Sy Montgomery)
Sebagian dari Anda mungkin pernah mempunyai hewan peliharaan entah itu saat masa kecil ataupun saat sudah dewasa. Dahulu, banyak sekali alasan kita untuk memelihara seekor hewan, mulai dari ajakan teman, ikut tren, sampai rasa kepedulian kita yang tinggi. Untuk Anda para pecinta binatang mungkin perlu tahu beberapa fakta-mitos tentang hewan peliharaan seperti di bawah ini:
Diketahui hanya memikirkan hewan peliharaan tercinta bisa membantu kita untuk tetap tenang di bawah tekanan.2
Memang untuk sebagian orang, merawat hewan peliharaan bisa membuat kita merasa lebih baik. Beberapa penelitian juga telah membuktikannya secara ilmiah. Pemilik kucing mempunyai resiko lebih kecil untuk mengalami serangan jantung sampai 30 persen. Melihat ikan-ikan yang berenang bisa menurunkan tekanan darah. Fenomena-fenomena tersebut kemudian disimpulkan oleh peneliti bahwa hewan mempunyai kekuatan menyembuhkan. Hal itu karena hewan peliharaan mengubah biokimia dalam otak kita. Memang sederhana sekali, apakah itu orang atau hewan peliharaan, memikirkan sesuatu yang Anda cintai bisa menjadi pemicu yang luar biasa. Sebuah studi di Massachusetts General Hospital menemukan dalam beberapa gambaran otak wanita, otak mereka menyala di area yang sama ketika diperlihatkan foto hewan peliharaan mereka seperti ketika diperlihatkan foto anak-anak mereka.5
Memelihara hewan meningkatkan hubungan sosial5
Zat Oxytocin adalah sebuah zat kimia pada otak yang berperan untuk meningkatkan sisi keibuan kita saat merawat hewan. Oxytocin membawa perubahan fisiologis seperti memperlambat detak jantung dan pernafasan, menghambat hormon stres, membentuk perasaan tenang, kenyamanan, serta fokus. Kondisi yang terjadi akibat perubahan fisiologis tersebut mempengaruhi kedekatan hubungan sosial kita dengan orang lain. Jadi tidak dipungkiri, terapi menggunakan hewan peliharaan membantu anak bermasalah, seseorang dengan autisme, dan mereka yang menderita Gangguan Stres Pasca Trauma, serta seseorang yang kecanduan obat-obatan. Hal itu karena hewan peliharaan membantu menormalkan zat kimia dalam otak.
Hewan peliharaan hanya bisa mengatasi gangguan stres saja4
Stres bukan satu-satunya masalah yang bisa diatasi dengan memelihara hewan. Banyak orang yang menderita gangguan depresi pada akhirnya mengalami gangguan fisik kronis seperti diabetes atau sakit punggung. Meskipun banyak faktor yang diakibatkan oleh depresi, namun hal yang paling umum biasanya hanyalah faktor kesepian. Maka dari itu orang-orang yang kesepian biasanya meraih dukungan emosional dengan memelihara hewan. Apalagi orang yang sudah berumur tua memiliki risiko kesepian yang lebih tinggi. Tidak jarang para lansia mengambil jalan keluar untuk rasa kesepiannya dengan merawat hewan peliharaan.
Hewan peliharaan dipilih hanya berdasarkan dominasi rasa suka dan rekomendasi sosial seseorang1
Ternyata hewan peliharaan tidak hanya dipilih sang pemilik berdasarkan rasa suka saja, namun juga berkaitan dengan tipe karakter seseorang dibalik itu. Menurut beberapa studi yang telah dilakukan, pilihan seseorang dalam memilih hewan peliharaan berkaitan dengan karakteristik atau kepribadian yang ada pada dirinya. Orang yang memelihara anjing, biasanya lebih ekstrover daripada orang yang memelihara kucing. Orang yang memelihara kucing disinyalir memiliki karakter kreatif dan suka berpetualang walaupun cenderung punya rasa cemas yang lebih. Sementara pemelihara reptil cenderung bersifat eksentrik dibandingkan pemelihara burung yang memiliki sifat mudah bersosialisasi dan mengekspresikan diri.
Orang lebih peduli pada hewan daripada manusia3
Sayangnya, pernyataan tersebut bukanlah sebuah mitos. Psikolog di Georgia Regents University membuat penelitian dengan bertanya pada 573 orang untuk memilih manakah yang akan diselamatkan dari bahaya sebuah bus yang hilang kendali, seorang manusia atau seekor anjing? Hasil ditemukan bahwa pilihan untuk menyelamatkan seorang manusia atau seekor anjing berdasarkan tiga faktor. Pertama, siapa seseorang yang dalam bahaya tersebut, karena rata-rata orang lebih memilih untuk menyelamatkan anjing daripada orang asing, kecuali kalau orang tersebut adalah sahabat atau saudara mereka. Faktor kedua adalah hubungannya dengan anjing tersebut, apakah anjing itu hewan peliharaannya atau bukan. Faktor terakhir, seperti yang beberapa studi katakan, wanita lebih peduli pada hewan daripada pria. Dalam skenario bus yang hilang kendali di atas, pilihan untuk menyelamatkan seekor anjing daripada seorang manusia lebih banyak dipilih oleh subjek wanita, dua kali lipat dari jumlah subjek pria.
Menyayangi sesama makhluk hidup seperti merawat hewan peliharaan merupakan hal yang terpuji jika dalam takaran yang wajar. Memanusiakan hewan sampai melupakan untuk memperhatikan sesama manusia juga tidak dianjurkan. Semoga fakta-mitos di atas selain memberikan informasi juga menjadi refleksi mengenai bagaimana masyarakat mulai memandang hewan sebagai suatu kebutuhan sosial saat ini.
Referensi:
1Anna Vallery. 2015. What Your Pet Says About Your Personality. Artikel. One Green Planet.
2Editor Scientific American MIND. 2015. Scientific American MIND Explorers the Phychology Behind Keeping Pets. Artikel.
http://www.scientificamerican.com/article/scientific-american-mind-explores-the-psychology-behind-keeping-pets/
3Hal Herzog. 2015. Why People Care More About Pets Than Other Humans. Artikel. WIRED.
https://www.wired.com/2015/04/people-care-pets-humans/
4Stanley Coren. 2009. Health and Psychological Benefits of Bonding with a Pet Dog. Artikel.
https://www.psychologytoday.com/blog/canine-corner/200906/health-and-psychological-benefits-bonding-pet-dog
5Sy Montgomery. 2015. Psychological effects of pets are profound. Artikel.
https://www.bostonglobe.com/lifestyle/2015/01/12/your-brain-pets/geoJHAfFHxrwNS4OgWb7sO/story.html
Sumber Gambar:
http://cdn.designbeep.com/wp-content/uploads/2011/07/8.dog-love-photos.jpg