Memahami Penyebab Kegagalan dari Cara Kita Memandangnya
Barangkali dipenghujung hari ini ada yang mendulang keberhasilan, namun tidak jarang ada juga yang dirundung kegagalan.
Bagi yang sedang dalam kegagalan, ada kalanya kita menyalahkan orang-orang di sekitar kita bahkan menyalahkan diri. Menyalahkan diri sendiri karena kita merasa tidak becus, tidak mampu dan kurang kompeten. Hal itu membuat kita marah sekaligus takut untuk kembali bangkit. Kita menyerah pada takdir. Bayangan akan kegagalan menghalangi kita untuk percaya bahwa dengan kembali bekerja keras kita akan berhasil. Kita mencari-cari apa yang terasa salah, entah itu diri kita sendiri, orang lain, keadaan, lingkungan sekitar, dan lain sebagainya.
Baca juga : Pahit dan Sakit Sebuah Kegagalan di sini.
Jadi, siapakah yang seharusnya disalahkan ketika kita berada dalam fase demikian?.
Kendali Sebuah Kegagalan Atau Keberhasilan Dalam Hidup
Seorang psikolog Amerika bernama Julian Rotter telah mengkaji tentang kepercayaan pada pengendali setiap kejadian dalam hidup atau sering disebut dengan Locus of Control. Locus of control (LoC) mengacu pada seberapa jauh keyakinan seseorang terhadap hubungan sebab-akibat atau faktor-faktor yang menentukan keberhasilan dan kegagalan dalam hidup seseorang. Dalam setiap peristiwa yang kita alami sudah pasti ada sebab-sebab yang mendasarinya. Setiap orang memiliki paham yang berbeda dalam melihat sebab-sebab tersebut. LoC yang kita miliki berpengaruh pada sikap dan tindakan yang akan kita ambil setelahnya.
Beberapa dari kita meyakini bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup adalah konsekuensi atas apa yang kita perbuat sebelumnya. Akan tetapi, ada juga beberapa dari kita yang berkeyakinan bahwa semua yang terjadi adalah kehendak Tuhan YME, suratan takdir, keberuntungan atau kemalangan yang sudah seharusnya terjadi dalam hidup. Hal itulah yang disebutkan oleh Julian Rotter bahwa Locus of control dibagi menjadi dua, yaitu LoC internal dan LoC eksternal.
Mungkin kita sering menyalahkan diri sendiri atas kegagalan yang terjadi dalam hidup. Saat studi tidak berjalan mulus, saat karir tidak begitu baik, saat bisnis dan usaha bangkrut, saat hubungan dengan keluarga memburuk, saat kita kehilangan kekasih, atau bahkan saat kita kehilangan diri sendiri. Kita terlampau menghukum diri atas semua yang terjadi. Barangkali kita termasuk dalam orang-orang yang yang memiliki locus of control internal. Hal ini membuat kita cenderung memandang kejadian sebagai akibat dari hal-hal yang kita lakukan. Kita percaya pada kemampuan dan potensi yang kita miliki. Orang-orang dengan Locus of control internal akan menganggap bahwa usaha yang dilakukan belumlah maksimal, sehingga mereka mengalami kegagalan. Dengan begitu mereka akan memiliki keinginan untuk terus belajar dan lebih maksimal dalam bekerja keras hingga mereka berhasil.
Sementara, orang-orang yang memiliki Locus of control eksternal cenderung menyalahkan faktor-faktor luar atas kegagalan yang dialami. Kita menganggap orang lain sebagai penyebab ketidaksuksesan kita dalam berkarir. Kita menganggap orang tua terlalu protektif sehingga menghambat perkembangan diri kita. Kita menyalahkan sahabat yang tidak perhatian, kita menyalahkan orang yang kurang peka, kita menyalahkan sampah-sampah, kita menyalahkan pemerintah, kita menyalahkan semua orang agar tidak menyakiti ego kita sendiri. Barangkali kita juga menyalahkan Tuhan YME atas semua kegagalan yang kita yakini sebagai kehendak-Nya. Hal itu membawa kita untuk memandang apapun yang terjadi dalam hidup adalah diluar kendali diri kita. Kita cenderung cemas karena apapun yang terjadi atau yang akan terjadi adalah diluar kendali kita. Kita melihat bahwa faktor lingkungan menjadi pemegang kendali atas setiap kejadian. Bahkan apabila kita berhasil, kita menganggap hal tersebut sebagai sebuah keberuntungan. Kita menganggap bahwa nasib sial telah membuat kita gagal.
Baca juga : CURHAT: Setiap Hari Saya Merasa Bodoh, Tidak Berguna dan Takut Akan Kegagalan di sini.
Bangkit dari Kegagalan Berdasarkan Masing-Masing LoC
Bangkit dari kegagalan memang bukan perkara mudah. Apalagi bagi orang-orang dengan LoC eksternal yang tinggi. Hal ini terjadi karena anggapannya bahwa kegagalan terjadi karena memang ia tak ditakdirkan untuk berhasil. Sebuah studi menyatakan bahwa ciri-ciri orang dengan LoC ekternal yaitu kurang memiliki inisiatif, mudah menyerah, kurang suka berusaha, dan lebih mudah dipengaruhi orang lain. Ada anggapan bahwa usaha mereka akan sia-sia sebab hasilnya telah ditentukan oleh kemampuan di luar diri sendiri.
Sementara ciri-ciri orang dengan LoC internal, yaitu suka bekerja keras, memiliki inisiatif, dan selalu berusaha untuk dapat memecahkan masalah. Orang-orang dengan LOC internal percaya pada potensi dan kemampuan yang dimiliki. Apabila mereka mengalami kegagalan, mereka akan beranggapan bahwa usaha yang dilakukan belumlah maksimal. Hal ini berimplikasi pada keyakinan mereka untuk kembali berusaha dan bangkit kembali. Orang-orang dengan LoC internal cenderung memiliki motivasi tinggi untuk bekerja lebih keras dan berusaha kembali. Kepercayaan pada diri sendiri mendorong mereka untuk tidak mudah berputus asa.
Baca juga : Memaknai Kegagalan Menjadi Sebuah Cara Aktualisasi Diri di sini.
***
Setiap orang memiliki kecenderungan masing-masing. Terlebih, setelah memahami bahwa manusia memang diciptakan memiliki kecenderungan Locus of Control yang berbeda. Tidak ada salahnya untuk percaya bahwa kita memiliki takdir masing-masing. Pun tidak ada salahnya bahwa perjuangan dan keberhasilan kita ditentukan oleh diri sendiri bukan semata-mata karena keberuntungan. Permasalahannya adalah ketika kita meyakini bahwa setiap orang memiliki takdirnya masing-masing, dan ketika bertemu kegagalan maka kita tenggelam dalam kekecewaan. Permasalahannya adalah ketika kepercayaan itu mengaburkan semangat kita dalam meraih kesuksesan. Apabila kegagalan yang ditemui, buka jalan lainnya dan bekerjalah lebih keras, tentu lebih baik daripada menanti keberuntungan atau pasrah pada keadaan. Tidak mudah memang. Nikmatilah sejenak kekecewaanmu atas kegagalan yang terjadi. Tapi berjanjilah pada diri sendiri untuk suatu hari bangun dan berjuang lagi. Tidak ada salahnya percaya pada diri sendiri percaya pada kemampuan diri dan menyerahkan hasilnya pada semesta. Karena seperti kata pepatah, usaha tak akan menghianati hasil.
“Are we at the mercy of external forces or is what happens to us under our own control?.”
Artikel ini adalah sumbang tulisan dari Siti Badriyah, mahasiswa Psikologi Universitas Negeri Semarang. Ia aktif berdiskusi di Ruang Baca Abdussalam dan tertarik dengan isu kesehatan mental serta HAM. Siti bisa dihubungi melalui akun facebook : Siti Badriyah dan Whatsapp +6282260676805.