Mengantre dari Kacamata Psikologi

unsplash-image-Bt0PM7cNJFQ.jpg

“Perlakukan orang lain dengan hormat dan orang lain akan menghormatimu.”-Anthony Douglas.

Pernahkah Anda mengantre? Tentu jawabannya pernah. Sebab aktivitas ini memang tidak pernah lepas dari keseharian kita. Terlebih ketika berada di ruang publik, seperti di tempat makan, toko, loket pemeriksaan atau pembelian tiket, bahkan di toilet umum. Untuk sebagian orang, mengantre merupakan hal yang mudah untuk dilakukan dengan sabar dan tanpa keluhan. Sebaliknya, untuk sebagian yang lain tidak demikian, mengantre merupakan hal yang sulit untuk dilakukan. Bahkan seringkali ada yang menerobos kerumunan karena tidak betah untuk mengantre. Sebab mereka beranggapan jika mengantre itu membuang-buang waktu mereka. Namun, bagaimana perilaku mengantre itu jika dilihat dari sisi psikologi?

Secara definisi, mengantre merupakan kegiatan di suatu tempat tertentu di mana sekumpulan orang diharuskan mematuhi aturan agar mendapat giliran untuk mendapat sesuatu. Perilaku mengantre dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, seperti persepsi terutama persepsi akan waktu, kedisiplinan, dan penghargaan terhadap orang lain. Dalam psikologi, mengantre dikenal dengan istilah psychological of queuing yang mengaitkan mengantre dengan pandangan akan waktu. David Maister, salah seorang tokoh teori tersebut mengungkapkan beberapa konsep yang mengaitkan mengantre dengan pandangan akan waktu. Setidaknya ada dua konsep yang dikemukakan oleh Maister, yaitu unoccupied versus occupied dan uncertain versus certain. Pada konsep unoccupied versus occupied, orang tidak betah mengantre karena ketika mengantre orang tersebut tidak melakukan aktivitas apapun. Dengan demikian tidak heran jika waktu yang mereka lewati dalam mengantre terasa begitu lama.

Selanjutnya konsep uncertain versus certain pun tidak jauh berbeda. Konsep ini mengungkapkan bahwa ketika mengantre sesuatu yang pasti seseorang akan lebih merasa nyaman. Misalnya seseorang diberi nomor antrean ketika mengantre untuk periksa ke dokter, mereka tahu kapan giliran mereka untuk diperiksa. Pun tahu tersisa berapa orang lagi yang mengantre sebelum gilirannya tiba. Hal itu dapat membuat orang tersebut merasa tenang dan lebih nyaman dalam mengantre. Selain pandangan akan waktu, perilaku mengantre juga dipengaruhi oleh kedisiplinan, yaitu ketika seseorang mampu mempertahankan dan mempertanggungjawabkan posisi antreannya. Dengan demikian, jika seseorang memiliki kedisiplinan maka orang tersebut segan untuk menerobos antrean.

Selanjutnya, perilaku mengantre tersebut juga dipengaruhi oleh penghargaan terhadap orang lain. Konsep ini memiliki kaitan dengan konsep respect, yaitu bagaimana seseorang menghargai orang lain (respecting others). Jika seseorang memiliki respect, maka orang tersebut akan sensitif terhadap kebutuhan dan hak orang lain. Seperti berusaha untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak disukai orang lain. Dalam hal ini, jika seseorang mampu menghargai orang lain maka orang tersebut mampu menghargai posisi antrean orang lain dan dirinya. Serta tidak ada keinginan untuk menerobos antrean. Sebaliknya, jika seseorang tidak mampu menghargai orang lain, orang tersebut dengan seenaknya menerobos antrean agar dirinya dapat mendapat giliran terlebih dulu.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku mengantre seseorang dapat dipengaruhi oleh pandangannya terhadap waktu serta bagaimana orang tersebut dapat memanfaatkan waktu ketika mengantre. Serta dapat dipengaruhi oleh kedisiplinan dan penghargaan terhadap orang lain (respecting others). Hal ini dapat terlihat dari perilakunya ketika mengantre, apakah sabar, terus mengeluh, tetap pada barisan antrean, ataukah menerobos antrean. Namun, sebagai makhluk sosial sebaiknya kita dapat mengantre dengan tertib dan tidak menerobos. Sebab mengantre bersinggungan dengan orang lain.


Referensi:
1Chairilsyah, Daviq. 2015. Metode dan Teknik Mengajarkan Budaya Antri pada Anak Usia Dini. Educhild, 4,2, 79-84.
2Nuryani, Duwi, dkk. 2013. Persepsi Waktu Tunggu: Penerapan Prinsip Occupy Dan Certainty dalam Psychological Of Queuing. Jurnal Psikologi, 9, 1, 9-16.
3Yuwanto, Listyo. 2014. Kapan Bisa Mengantri Tertib? Sekarang Waktunya. Diakses dari http://www.ubaya.ac.id/2014/content/articles_detail/197/Kapan-Bisa-Mengantri-Tertib–Sekarang-Waktunya.html pada tanggal 15 Juni 2017
4Sumatera Suyasa, P. Tommy Y., . 2010. Identifikasi Fenomena, Faktor, dan Fungsi Respect sebagai usaha Peningkatan Kualitas (Nilai-nilai & Sikap Kerja Positif) Sumber Daya Manusia

Sumber Gambar:
http://www.rodamundo.tur.br/blog/wp-content/uploads/2016/10/waiting-on-the-airport-roda-mundo-intercambio.jpg

</p align=”justify”>

Apriastiana Dian Fikroti

Introvert, penyuka warna biru, ailuropbilia, penikmat kata dan kopi.

Previous
Previous

Ed Sheeran dan Dunia Tanpa Media Sosial

Next
Next

Mengenal Lebih Dekat Kepribadian Paranoid