Menjadi Ibu Bekerja yang Efektif
Tidak mudah membagi waktu, pikiran dan energi antara kehidupan karir dan kehidupan rumah tangga. Itulah sebabnya menjadi ibu bekerja layak dianalogikan bagai para pejuang. Bekerja demi mencapai target-target perusahaan, mengurus anak-anak di rumah, melayani kebutuhan suami maupun menyelesaikan pekerjaan rumah tangga menjadi serangkaian puzzle tanggung jawab yang harus dilaksanakan seorang ibu bekerja secara bersamaan. Sehingga perlu strategi cerdas supaya seorang ibu bekerja mampu menyelesaikan semua tanggung jawab tersebut tanpa menjadi kelelahan atau stress. Pijar Psikologi mencoba membuat serangkaian strategi untuk menjadikan kita ibu bekerja yang efektif.
Tidak membawa PR dari kantor ke rumah
Usahakan rumah dan kantor menjadi 2 dunia yang berbeda yang tidak dicampur adukkan, saat berada di kantor mari kita bekerja semaksimal mungkin dan saat berada di rumah adalah saat beristirahat dari kegiatan rutin dan men-charge jiwa dengan berkumpul dengan keluarga, sehingga usahakan tidak ada PR (pekerjaan rumah) dari kantor yang di bawa pulang ke rumah.
Manfaatkan waktu gathering santai
Momen-momen seperti gathering santai bersama teman dekat, arisan keluarga ataupun reuni sekolah adalah saat-saat istimewa yang sebaiknya kita nikmati dengan melepas sejenak pikiran tentang keadaan rumah.
Mendelegasikan tugas
Manager terbaik dari direktur sampai CEO adalah orang-orang yang tau bagaimana cara mendelegasikan tugas.1 Pendelegasian tugas-tugas di rumah, baik tugas mengurus anak maupun pekerjaan rumah tangga dapat dilakukan dengan cara pembagian tugas kepengurusan anak dengan suami, mengajari si kakak (anak tertua) mengurus adiknya (misal menyuapi, mengajak bermain, memandikan dsb) ataupun bila memungkinkan adanya PRT (pembantu rumah tangga) dapat sangat membantu.
Meminta bantuan orang terdekat
Saat kita dan suami sedang ada tuntutan pekerjaan dinas ke luar kota dsb ada baiknya kita meminta bantuan mengurus anak kepada ibu/mertua maupun tetangga/sahabat (yang sudah sangat dekat dan terpercaya) dengan catatan tetap terus berkomunikasi dengan mereka saat break bekerja untuk memantau perkembangan anak. Namun kita harus benar-benar memastikan kerabat atau sahabat tersebut aman dan terpercaya 100%, karena sudah banyak kasus yang diberitakan di Indonesia kekerasan seksual pada anak (yang kebanyakan dilakukan pedofilia) justru dilakukan oleh orang di sekitar kita seperti tetangga atau kerabat kita. Lama waktu mengenal mereka beserta seluk beluknya harus kita pertimbangkan.
Self Management/ Relaxation
Jika ibu bekerja tidak memprioritaskan dirinya, baik kesejahteraan psikologisnya maupun ketenangan emosionalnya maka ia tidak akan bisa menjadi ibu bekerja yang efektif dan tidak bisa bahagia. 2 Ibu bahagia dan hangat dalam rumah berantakan lebih dicintai suami dan anak-anak daripada rumah yang sempurna namun dengan ibu yang penggerutu dan pemarah.
Maksimalkan weekend
Saat weekend tiba, saatnya memaksimalkan waktu tersebut untuk rekreasi, sharing dari hati ke hati dengan suami secara lebih mendalam, mendengarkan cerita anak-anak tentang sekolah mereka maupun bermain-main dengan anak-anak.
Buat aturan yang jelas
Menjadi ibu bekerja berarti mengandung konsekuensi bahwa terkadang kita tidak bisa terus menerus meladeni anak, kita juga harus bekerja sama dengan anak untuk tugas-tugasnya di rumah. Maka dari itu pembuatan aturan yang jelas dengan anak, serta penerapan kedisiplinan yang ketat tentang tanggung jawab yang harus dilakukan anak di rumah akan sangat membantu kita mengurangi tuntutan tinggi sebagai ibu bekerja.
Menjadi ibu rumah tangga maupun ibu bekerja adalah sebuah pilihan hidup. Masing-masing mengandung kelebihan maupun kekurangannya. Bila Tuhan Memberkati kita dengan takdir menjadi seorang ibu bekerja, berarti itu merupakan amanat yang harus kita laksanakan sebaik-baiknya. Tidak ada yang lebih membahagiakan bila seorang ibu bekerja dapat mengaktualisasikan diri di kantor namun tetap menjadi ibu yang hangat dan dicintai suami dan anak-anak di rumah.
—-
Sumber Data Tulisan
1 dan 2 : www.psychologytoday.com