Menyalahkan Korban : Bentuk Pemikiran Dunia yang Adil

unsplash-image-R4lNn2HEXj4.jpg

Tak jarang kita dapati berita di media sosial tentang peristiwa kriminal seperti kekerasan seksual, perampokan atau pembunuhan. Mendapati hal tersebut, akan  muncul dua jenis komentar yang diberikan oleh masyarakat. Pertama adalah simpati kepada korban. Yang kedua adalah komentar yang cenderung untuk menyalahkan “kondisi” korban.

Hal tersebut ditemukan terutama pada kasus kekerasan atau pelecehan seksual. Ketika terdapat berita mengenai kasus kekerasan atau pelecehan seksual pada wanita, orang akan bersimpati pada korban. Namun tak jarang, orang juga akan terlebih dahulu melihat hal tersebut sebagai kesalahan dari pihak wanita. Peristiwa kekerasan dan pelecehan seksual terjadi karena peran korban yang dianggap berperilaku atau berpakaian kurang pantas.

JWB Other dan JWB Self

Perilaku menyalahkan perbuatan korban sebagai akibat dari hal buruk yang menimpa dirinya diistilahkan dengan Just World Believe (JWB). JWB memiliki arti sebagai  kepercayaan terhadap dunia yang adil. Kepercayaan bahwa segala perbuatan di dunia akan mendapatkan balasan yang sepadan.

Terdapat dua konsep kepercayaan yaitu JWB self and JWB other. Pada orang dengan JWB self, mereka memandang bahwa dunia dengan segala pengalaman yang terjadi pada diri mereka adalah hal yang adil. Sedangkan pada orang dengan JWB other, mereka melihat hal yang terjadi kepada orang lain sebagai hal yang adil.

Ketika mendapati peristiwa buruk menimpa orang lain, perilaku dari orang dengan JWB self dan other akan sama, yaitu menyalahkan korban. Namun kecenderungan perilaku menyalahkan korban akan lebih tinggi pada orang dengan JWB other dibandingkan JWB self. Hal ini terjadi karena pada orang dengan JWB other, mereka melihat dunia sebagai tempat yang adil bagi orang lain. Sehingga ketika hal buruk terjadi, mereka akan memandang bahwa hal tersebut memang pantas didapatkan oleh orang yang memicunya.

Sebaliknya pada orang dengan JWB self, kecenderungan perilaku untuk menyalahkan korban akan lebih rendah. Karena saat memandang seseorang sebagai korban dari suatu peristiwa buruk, maka dia akan mengizinkan korban untuk menerima hal buruk tersebut dan merasionalisasi hal buruk yang terjadi pada korban dengan mencari faktor eksternal lain sebagai penyebab.

Perilaku yang sama juga diterapkan saat orang dengan JWB mengalami hal buruk. Pada orang dengan JWB self,  mereka akan melindungi kepercayaannya dengan mencari alasan bahwa hal buruk yang terjadi pada mereka terjadi di luar kendali. Mereka percaya bahwa mereka tidak dapat melakukan apapun untuk mengubah hal tersebut. Hal ini dilakukan agar mereka terbebas dari perasaan sebagai korban. Sebaliknya, pada orang dengan JWB other akan menyalahkan diri mereka sendiri ketika hal buruk menimpa. Hal ini yang mengarah pada perilaku untuk menyalahkan korban, karena saat mereka sendiri menjadi korban, mereka akan langsung melompat kepada kesimpulan bahwa hal buruk tersebut pantas mereka dapatkan.

Melihat Dunia Sebagai Tempat Yang Adil

Orang-orang yang melihat dunia sebagai tempat yang adil menganggap bahwa kejahatan hanya menimpa orang yang berbuat jahat dan sebaliknya. Mereka cenderung akan menyalahkan korban. Seperti keyakinan bahwa korban pelecehan seksual pantas menerima hal tersebut karena ia berperilaku kurang pantas misalnya sering keluar malam dengan mengenakan pakaian yang terbuka. Mereka juga akan cenderung melabeli segala sesuatu dengan baik dan buruk termasuk pada perbuatan.

Saat melihat kejahatan yang menimpa orang yang tidak bersalah, orang yang memiliki kepercayaan bahwa dunia adalah tempat yang adil merasa keyakinan mereka terganggu. Oleh sebab itu, untuk mempertahankan keyakinannya, mereka akan menerapkan tiga jenis pemikiran. Pertama dengan menghukum pelaku atau mencari keadilan dari kasus tersebut, kedua dengan mencoba untuk mengingkari ketidakadilan (menyalahkan korban), dan yang terakhir dengan mentolerir ketidakadilan yang ada pada peristiwa tersebut.

Percaya bahwa dunia merupakan tempat yang adil akan memberikan rasa aman. Karena dengan memercayai bahwa dunia merupakan tempat yang adil mereka yakin bahwa setiap perbuatan buruk akan mendapatkan balasan yang buruk. Ketika mereka berperilaku baik, hal buruk tidak akan menimpa mereka. Hal ini membuat mereka bereaksi lebih baik terhadap stres. Karena mereka dapat “memprediksi” apa yang mungkin akan terjadi saat mereka melakukan suatu perbuatan. Kepercayaan tersebut juga membuat orang dengan kepercayaan bahwa dunia adalah tempat yang adil memiliki kepuasan hidup serta kebahagiaan yang lebih tinggi.

Perilaku Menyalahkan Korban

Dalam menjalani kehidupan, hal buruk dan baik akan selalu terjadi kepada semua orang. Bahkan hal buruk dapat terjadi kepada orang yang baik. Namun, percaya bahwa hal buruk hanya akan terjadi kepada orang yang berbuat buruk hingga tidak berempati dengan korban bukanlah hal yang bijak untuk dilakukan.

Pentingnya berempati kepada korban akan sangat membantu pemulihan korban karena selain peristiwa buruk yang menimpanya, stigma yang diberikan oleh orang lain juga akan menyulitkan pemulihan korban. Memberikan stigma pada korban akan membuat korban merasa tertekan secara emosional. Stigma tersebut juga akan membuat korban memikirkan ulang keinginannya untuk mencari bantuan atas peristiwa buruk yang terjadi. Yang dapat kita lakukan adalah membantu korban untuk mencari bantuan dan mengurangi trauma yang ia miliki.

Saat mengalami peristiwa buruk, sesungguhnya yang dibutuhkan oleh korban adalah pengertian dan pendampingan dari orang lain, bukan stigma atas perbuatan yang pernah ia lakukan.

Previous
Previous

Kesehatan Usus dan Hubungannya dengan Kesehatan Mental

Next
Next

Mendampingi Tumbuh Kembang Anak dengan ADHD