Bipolar: Seseorang yang Sedang Menaiki Roller Coaster

Pernahkah Anda sebelumnya mendengar kata atau istilah bipolar? Jika sebelumnya Anda pernah mendengar kata atau istilah bipolar, sejauh mana Anda mengetahui tentang bipolar? Masuk dalam pembahasan gangguan mood, bipolar memiliki pengertian suatu gangguan yang ditandai dengan perubahan mood yang ekstrem dan depresi yang parah. Orang dengan gangguan bipolar digambarkan sebagai orang yang sedang menaiki roller coaster emosional.

Roller coaster tersebut berayun dari satu ketinggian kegirangan ke kedalaman depresi tanpa adanya penyebab eksternal1. Selain itu, bipolar merupakan istilah yang digunakan pada DSM-5 untuk menjelaskan bahwa bipolar tidak sama dengan manic-depressive insanity (MDI) tetapi, bagian yang lebih kecil daripada MDI2. Ada 2 macam gangguan bipolar, bipolar I dan bipolar II. Bipolar I dicirikan mengalami setidaknya satu episode manik dan episode hipomanik. Sementara bipolar II, dicirikan mengalami setidaknya satu episode hipomanik. Dua macam gangguan bipolar tersebut, sama-sama memiliki resiko depresi dan bunuh diri3.

Lalu gejala bipolar seperti apa?

Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa bipolar masuk ke dalam pembahasan gangguan mood yang sebagian besar gangguan mood diawali dengan stres terlebih dahulu. Seseorang yang memiliki bipolar cenderung orang-orang yang sebelumnya telah mengalami peristiwa hidup yang penuh setres atau trauma mental. Selama 2-4 minggu muncul episode manik yang biasanya mulai dengan tiba-tiba. Selanjutnya, diikuti dengan episode depresi yang berlangsung rata-rata sekitar 6 bulan4.

Gangguan bipolar menyebabkan seseorang memiliki gangguan pada afek dan tingkat aktivitasnya. Ada waktu tertentu seseorang dengan gangguan bipolar mengalami peningkatan afek disertai penambahan energi dan aktivitas. Sementara di lain waktu, mengalami penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas. Sumber lain menyebutkan, orang yang dengan gangguan bipolar melalui siklus episode manik, depresi dan euthymia, menunjukkan fluktuasi energi yang dramatis dalam berperilaku sosial, mood dan fungsi kognitif5.

Penyebab bipolar menurut beberapa perspektif

Terjadinya bipolar sebagian besar memang disebabkan karena satu peristiwa tertentu. Meskipun begitu, peristiwa tertentu tersebut tidak berdiri sendiri. Ada banyak faktor atau hal yang menyebabkan mengapa peristiwa tersebut dapat menjadi pemicu seseorang memiliki bipolar. Seseorang yang terlalu fokus kepada hal-hal yang berhubungan dengan perasaan individual atau yang biasa disebut self-focusing memiliki kecenderungan lebih besar terkena depresi6.

Mengapa begitu? Ketika seseorang memiliki self-focusing yang tinggi mengalami peristiwa kehilangan atau kekecewaan yang besar, mereka cenderung fokus kepada pikiran mengenai sesuatu yang hilang atau tujuan penting yang hilang. Disaat seperti itulah seseorang rentan terkena stres dan deperesi. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, depresi dan setres merupakan pemicu awal seseorang memiliki bipolar.

Perspektif lainnya menyebutkan, orang-orang yang gagal memaknai hidup dan keberadaan mereka atau disebut self-fulfillment juga memiliki kecenderungan terkena depresi7. Mereka merasa bahwa dunia adalah tempat yang menjemukan. Orang yang menaruh identitas personal dan self-esteemnya pada pekerjaan, pangkat dan lain sebagainya. Ketika kehilangan, dikecewakan oleh pasangan, orangtua yang telah ditinggal anaknya menikah atau kuliah, kehilangan pekerjaan maka memiliki kecenderungan untuk terkena depresi8.

Sebenarnya, segala sesuatu yang berlebihan akan jatuh pada keadaan yang tidak baik. Terlalu banyak makan, pada akhirnya ingin muntah. Terlalu banyak tertawa, perut menjadi sakit dan sederet apapun yang berlebihan. Sama halnya ketika mengalami sebuah kebahagiaan atau kesedihan, tidak ada salahnya jika dibagi dengan bercerita kepada orang-orang yang Anda percayai. Untuk apa dibagi? Agar diri Anda tidak berlebihan dalam merasakan euforia kebahagiaan atau kesenduan sebuah kesedihan. Tuhan sudah menciptakan manusia sebagai makhluk sosial, jadi tidak ada salahnya Anda berbagi dengan bercerita kepada orang yang Anda percayai. Entah itu pasangan, orangtua, kakak-adik atau siapapun itu. Selamat berbagi dan bercerita!


Sumber Data Tulisan

  • 1,6,7,8S. Nevid, Jefrey, dkk. 2005. Psikologi Abnormal. Jakarta. Erlangga

  • 2Selanjutnya dapat dibaca pada jurnal dengan judul Bipolar Disorder in The Digital Age : New Tools for The Same Illness oleh John Torous, dkk

  • 3Dapat dicek pada laman https://www.psychologytoday.com/blog/brain-and-behavior/201609/understanding-bipolar-disorder

  • 4Selanjutnya dapat dibaca pada buku saku diagnosis gangguan jiwa

  • 5Selanjutnya dapat dibaca pada jurnal dengan judul Neuropsychology of Bipolar Disorder oleh F. C Murphy dan B. J Sahakian

Let others know the importance of mental health !

Dzikria A. Primala

Write to be understood, speak to be heard and read to grow. Mahasiswi Psikologi. Nice to see ya!

Previous
Previous

Menjadi Teman Bipolar

Next
Next

John Forbes Nash, Jr. : Peraih Nobel dengan Gangguan Skizofenia