13 Hal yang Tidak Boleh Dikatakan pada Orang Depresi
“Yang lebih berat hidupnya dari kamu banyak kali”
“Kamu kurang bersyukur deh sama hidup”
“Mungkin kamu kurang deket sama Tuhan”
Pernahkah mengatakan kata-kata di atas kepada temanmu yang sedang curhat?
Atau untuk kamu yang sedang mengalami depresi klinis, pernahkah mendapatkan kata-kata itu keluar dari mulut temanmu? Apa yang kalian rasakan?
Sebenarnya baik kepada orang yang mengalami depresi klinis ataupun tidak, jika ada orang menceritakan masalahnya, ada hal-hal yang sebaiknya tidak langsung kita katakan. Apa saja kalimat-kalimat itu? Yuk kita pelajari agar kita bisa menjadi pendengar yang lebih baik.
“Yang lebih berat hidupnya dari kamu banyak kali”
Kita harus memahami bahwa kapasitas setiap orang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Kita tidak bisa mengatakan bahwa orang yang bercerai tidak lebih sedih dari orang yang keluarganya hilang ditelan ombak tsunami. Kita juga tidak bisa bilang bahwa orang yang dibully ketika bersekolah tidak mengalami siksaan batin seberat ibu Veronica Tan. Setiap orang punya kapasitas masing-masing dalam menerima beban hidup.
2. “Kamu kurang bersyukur sama hidup”
Saya memiliki “gratitude box” di kamar saya dimana setiap harinya saya menuliskan tiga hal yang bisa saya syukuri dari hidup saya. Meskipun begitu, saya masih depresi. Kenapa? Karena depresi bukan tentang bersyukur saja. Orang-orang dengan depresi klinis memiliki rasa rendah diri yang besar, memiliki perasaan bersalah yang tinggi, dan bahkan memiliki keinginan untuk mati. Terkadang hal-hal tersebut tidak bisa mereka kendalikan.
3. “Mungkin kamu kurang dekat sama Tuhan”
Saya memiliki teman yang ketika sedih langsung ke gereja, tetapi ia juga masih bisa mengalami depresi dan panic attack. Teman saya, seorang Buddhist, sering berlatih meditasi namun juga melakukan self-cutting. Teman saya yang lainnya, seorang Muslim yang rajin puasa Senin-Kamis, ternyata sudah terserang depresi klinis selama tiga tahun lamanya. Jadi, depresi bisa menyerang siapa saja. Terkadang, pernyataan seseorang sedih karena kurang dekat dengan Tuhan malah membuat kami ingin menjauh dari Tuhan. Kami sedang sakit, kami sudah rajin ibadah semampu kami, tetapi orang-orang masih judgmental bahwa kami kurang dekat dengan Tuhan.
Kalau boleh saya berkata,
Bukankah hanya Tuhan yang berhak mengukur kadar ketakwaan seseorang?
4.“Apa sih yang kamu sedihin? Hidup kamu sempurna. Banyak yang mau di posisi kamu”
Depresi bisa menyerang siapa saja; bahkan orang-orang kaya raya dengan orang tua lengkap yang penyayang. Depresi klinis adalah penyakit kompleks yang diakibatkan oleh genetika, hormon, jumlah dan jenis bakteri di usus, pengalaman masa kecil, struktur otak, pola pikir, dan banyak hal lainnya. Belum lagi kita hidup di zaman yang serba menuntut kita untuk buru-buru, sehingga otak kita jarang memiliki kesempatan untuk benar-benar istirahat dari segala macam pikiran. Belum lagi, hal-hal kecil yang menumpuk dipikiran itu juga bisa menimbulkan depresi.
5. “Lupain aja sedihnya”
Kalau segampang itu, saya tidak akan cerita ke Anda kalau saya punya masalah
6. “Bahagia itu pilihan”
Apakah ada orang yang memilih untuk menangis jam 3 pagi setiap hari?
Apakah ada yang sengaja minum antidepressants yang efek sampingnya sangat menyiksa?
Tidak ada yang ingin sedih, semua orang di dalam hati pasti ingin bahagia.
7. “Itu cuma di kepala kamu”
Tidak, yang saya alami tidak hanya di kepala saya. Saya merasakannya di hati saya. Di kelopak mata saya yang amat berat menahan sedih dan tak bisa tidur. Di bibir saya yang lelah dipaksa senyum. Di seluruh badan saya yang kehilangan energi.
Salah satu simtom depresi klinis adalah perasaan lelah yang membuat sekujur tubuh rasanya lemas, tak berenergi, dan bahkan sakit. Beberapa orang yang mengalami depresi berat dan anxiety bahkan bisa muntah-muntah, pegal-pegal, dan konstipasi berbulan-bulan.
8. “Saya juga pernah kali depresi, semua orang juga”
Ada perbedaan antara depresi klinis dan sedih biasa. Mungkin yang kamu maksud dengan ‘semua orang pernah mengalami’ adalah masa down karena ada suatu kejadian di hidupmu yang membuat kamu sangat sedih. Saat itu kamu benar-benar sedih dan semua orang tau kamu sedih. Tapi seiring dengan berjalannya waktu, sedih kamu pun hilang dalam kurun waktu tertentu.
Di sisi lain, yang sebagian dari kami alami adalah depresi klinis. Sama seperti penyakit lainnya, depresi klinis dapat kambuh seperti asthma. Sekali kambuh, seseorang bisa depresi selama 6 bulan. Saya pribadi baru mengetahui diagnosis penyakit setelah saya menahan semua kesedihan saya selama 12 tahun. Sejak SMP saya sudah memiliki suicidal thoughts, hingga pada akhirnya saya masuk ke Fakultas Psikologi dan seorang psikolog disana membantu saya dengan mengatakan bahwa saya mengalami depresi. Ketika saya menempuh studi di UK, saya mengalami episode depresi yang kedua hingga saya harus 13 kali bolak-balik ke psikolog dan psikiater, baru kemudian saya mendapatkan diagnosis baru bahwa saya mengalami dysthymia (mild chronic depression).
Karena itu, kadang-kadang, meskipun tanpa pemicu, saya juga bisa depresi.
9. “Kayaknya emang kamu gak mau bahagia deh”
SAYA MAU!
Tapi tidak semudah itu.
Saya berdoa kepada Tuhan setiap hari bahwa saya ingin bahagia.
Tapi tidak semudah itu
10. “Yaelah, stres aja minum obat”
Depresi klinis bukan hanya masalah kepribadian yang lemah. Buktinya, dokter, psikolog dan psikiater telah mempelajari depresi selama bertahun-tahun karena memang depresi adalah penyakit yang ada hubungannya dengan zat kimia di otak, hormon di badan, dan bakteri di usus.
Saya pribadi tidak sembarangan minum obat. Setelah lebih dari 10 sesi konseling dengan psikolog dan saya belum juga membaik, saya merasa ada sesuatu yang salah di tubuh saya. Pola pikir negatif saya terus kembali dan mood saya sering drop. Pada akhirnya, saya mengambil keputusan untuk meminum antidepressants.
11. “Coba deh berhenti sedih”
Saya cukup sering mendengar kalimat ini ditambah dengan “yang lebih sedih dari kamu banyak”. Kalau Anda berkata seperti itu, bolehkah saya bilang kepada Anda untuk berhenti bahagia karena yang lebih bahagia dari kamu banyak?
12. “Udah berkali-kali kamu bilang mau bunuh diri, kapan mati?”
Ada perbedaan antara suicidal thoughts dan suicide attempt. Orang-orang dengan suicidal thoughts sangat mudah sekali memikirkan kematian; ide untuk mati dan bunuh diri sangat menarik bagi kami-kami yang suicidal. Tanpa disadari, memiliki ide bunuh diri adalah pikiran yang menyiksa. Sayangnya, banyak dari penderita depresi yang tidak tahu bahwa ide bunuh diri adalah hal yang perlu diatasi karena semakin lama bisa berkembang menjadi aksi nyata.
Kalau boleh diibaratkan, ide bunuh diri sama seperti ide untuk menyatakan cinta; ada yang menyimpannya bertahun-tahun, namun ada juga yang langsung melakukan suicide attempt. Tetapi, ide itu selalu ada di kepala kami.
13. “Yaudah sih mati aja”
Ini kata-kata terburuk yang pernah saya dengar.
Ke-13 kalimat ini adalah kalimat yang sebaiknya dihindari atau jangan langsung dikatakan kepada orang yang mengalami depresi klinis saat pertama kali ia membuka diri kepada Anda bahwa ia depresi. Sebenarnya, menurut saya pribadi, kata-kata ini memang tidak layak diucapkan langsung atau beberapa saat setelah mereka depresi. Boleh-boleh saja menggunakan kalimat-kalimat di atas (tentunya dengan pilihan kata yang lebih baik) asalkan kalian sudah mendengarkan orang tersebut dengan tulus selama berjam-jam atau berkali-kali.
Ketika seseorang yang membuka dirinya sudah memiliki trust yang besar kepada Anda. Maka Anda mungkin dapat mengatakan salah satu dari ke-13 kalimat di atas (dengan pilihan kata yang lebih halus dan bijak) untuk menantang cognitive pattern mereka. Orang-orang dengan depresi klinis biasanya memiliki pola-pola berpikir yang kacau hingga mereka selalu merasa hidupnya kurang. Mereka merasa bodoh, tidak berharga, tidak pantas hidup di dunia ini, merasa bersalah kepada semua orang, merasa rendah diri, pesimis, dan berbagai pola pikir negatif lainnya.
Jadi, untuk sementara dengarkan saja mereka dengan tulus tanpa judgment apa-apa. Seringkali tidak banyak berkomentar malah membantu, karena mereka hanya ingin didengarkan. Bahasa tubuh seperti pelukan yang bersahabat juga sangat membantu untuk menenangkan. Jika Anda tidak bisa menolongnya lebih jauh, rekomendasikan ia untuk mencari pertolongan professional (dokter, psikolog, psikiater) atau bantuan online yang daftarnya bisa Anda lihat di tulisan saya sebelumnya.
Tunggu artikel saya terkait bagaimana membantu seseorang yang sedang mengalami depresi klinis di tulisan saya berikutnya ya! *entah kapan