6 Miskonsepsi Umum tentang Stres

Produktivitas menurun, hilang fokus dan menurunnya konsentrasi seringkali muncul akibat stres yang kita alami. Secara umum, stres memang masih sering dianggap sebagai penyebab permasalahan dan penurunan kesejahteraan diri manusia. Kita terlanjur percaya bahwa stres adalah akar sekaligus pemicu munculnya masalah hidup berikutnya. Kita menggeneralisasi setiap stres dalam diri seseorang dan menyematkan label negatif pada orang yang mengalami stres. Padahal, stres dalam beberapa kasus juga bisa berdampak positif bagi kita. Lalu, benarkah anggapan-anggapan kita terhadap stres selama ini? Artikel ini akan membahas tentang enam miskonsepsi atau kesalahpahaman yang umum mengenai stres:

1.Setiap Orang Mengalami Fenomena Stres yang Sama

Kenyataannya, bentuk stres yang dialami setiap orang berbeda-beda. Pada dasarnya, stres merupakan respon psikologis terhadap situasi yang menekan atau tidak menyenangkan (hal-hal yang secara alami dipandang oleh insting manusia sebagai ancaman). Stres bukan inti dari masalah, melainkan stres merupakan hasil dari pandangan kita terhadap suatu masalah. Maka dari itu, untuk situasi yang sama, sebanyak tujuh milyar populasi dunia bisa jadi memberikan respon yang berbeda. Hal itu berarti ada tujuh milyar variasi pengalaman stres yang unik bagi tiap individu.

2. Stres Selalu Berakibat Negatif

Stres memang seringkali membuat kita merasa cemas, jengkel, marah, tertekan, atau frustrasi. Namun, bukan berarti stres selalu berujung pada hal-hal yang buruk. Namun menurut sebuah studi, stres juga bisa berdampak baik atau positif. Bahkan sebuah penelitian di Harvard menemukan bahwa mengubah persepsi kita terhadap stres sebagai hal yang bermanfaat dan baik dapat meningkatkan kinerja dan meningkatkan fungsi fisiologis tubuh. Bagaimanapun, positif atau negatifnya dampak stres sesungguhnya tergantung pada kemampuan manajemen stres tiap orang dan bagaimana kita memandang stres itu sendiri. 

3. Stres Bisa Datang Dari Mana Saja, Maka Hadapi dengan Kepasrahan

Tidak ada seorang pun yang bisa menghindari stres. Setiap orang pasti akan mengalami stres selama hidupnya paling tidak satu kali. Namun, bukan berarti dengan hal itu lantas kita menjadi pasrah dan tidak berusaha untuk mengontrol stres. Stres bisa kita kontrol dengan mengubah pandangan atau persepsi diri terhadap stres itu sendiri. Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, mengubah pandangan terhadap stres yang bisa berdampak positif, ternyata mampu meningkatkan kinerja dan fungsi fisiologis dalam diri.

4. Teknik Paling Jitu untuk Mengatasi Stres Adalah Teknik yang Paling Populer

Meditasi, yoga, art therapy menggunakan colouring book, traveling dan lain sebagainya pernah menjadi primadona dalam hal membantu kita mengurangi dan mengontrol stres. Namun, bukan berarti cara-cara tersebut juga akan berdampak yang sama di setiap individu. Ada banyak bentuk dan macam stres yang dialami seseorang. Antara satu dengan yang lain belum tentu bisa atau cocok menggunakan metode yang sama dalam hal mengontrol stres. Seseorang yang mengalami stres membutuhkan penanganan berbeda sesuai dengan karakteristik dan latar belakangnya. 

5. Tidak Ada Gejala, Maka Tidak Ada Stres

Ketika seseorang tidak menunjukkan tanda-tanda stres pada umumnya, maka belum tentu ia tidak mengalami stres. Banyak orang kemudian mengaggap dan melakukan self-diagnose yang berakibat terjadinya kesalahpahaman terhadap stres itu sendiri.  Bisa jadi seseorang menganggap dirinya tidak mengalami stres hanya karena tidak ada ciri-ciri yang disebutkan pada buku atau internet. Faktanya, untuk bisa menghadapi stres baik secara fisiologis maupun psikologis, seseorang justru perlu memahami tanda-tanda khusus yang muncul ketika stres datang. Untuk itu, apabila ia hanya berdasar pada tidak adanya tanda stres yang tampak, maka dia akan sangat dirugikan karena justru stres yang ada malah tidak terdeteksi sejak awal.

6. Hanya Gejala-gejala Stres Mayor yang Butuh Penanganan

Stres bisa ditandai dengan gejala yang berbeda-beda, baik secara psikologis seperti rasa cemas berlebih maupun secara fisiologis seperti sakit kepala dan kenaikan asam lambung. Namun, banyak dari kita yang kerap menganggap sepele gejala stres sepanjang belum terlalu mengganggu keseharian. Padahal, gejala paling minor sekalipun merupakan indikasi bahwa kita perlu mulai mengevaluasi diri dan belajar mengatur diri dalam menghadapi berbagai situasi. Maka dari itu, tidak seharusnya kita mengabaikan gejala atau tanda stres bahkan level ringan sekalipun. Kita tidak menunggu stres membuncah menjadi bola salju yang siap untuk meledak suatu saat. Justru dengan kesadaran dan pemahaman sejak dini, maka kita bisa mencegah gejala stres yang jauh lebih parah.

***

Hidup akan selalu membawa kita pada situasi-situasi yang bisa membuat kita stres. Hal yang perlu kita ingat adalah stres merupakan cerminan kita dalam memandang suatu masalah. Dengan memahami bagaimana mekanisme terciptanya stres, kita bisa belajar untuk lebih terbuka dalam mencari sisi terang dari permasalahan yang paling berat sekali pun.

Previous
Previous

CURHAT: Saya Lelah Karena Harus Selalu Tampil Sempurna Demi Memenuhi Tuntutan dan Ekspektasi Orang Lain

Next
Next

Fakta dan Mitos Seputar Anak Tunggal