Brambang: Satu Hari Bersama Memaknai Keberagaman

Sejak di bangku sekolah dasar, kita diajarkan tentang semboyan “bhinneka tunggal ika” dalam Pancasila. Berbeda-beda, namun tetap satu jua. Terkadang, pemahaman tidak cukup untuk membuat seseorang mengamalkannya dalam bentuk tindakan. Diperlukan pembiasaan dan contoh dalam sehari-hari untuk menguatkan paham, “berbeda namun tetap satu”. Hal inilah yang menginspirasi Himpunan Mahasiswa Pascasarjana Psikologi UGM bidang Magister Profesi (Himapsi-Mapro) untuk mengadakan kegiatan Anjangsana #13 dengan tema “Brambang: Bersama Menghargai Perbedaan”.

Brambang untuk Sebuah Proses

Brambang, sebagaimana arti namanya dalam bahasa Indonesia, bawang merah, dipilih sebagai tema kegiatan karena memiliki kesamaan filosofi dengan kegiatan ini. Bawang merah memiliki beberapa lapisan di bagian dalam untuk kemudian bisa menemukan bagian intinya. Hal ini sama seperti konsep dalam berteman. Kita perlu sadar bahwa diperlukan waktu untuk kita mengenal seseorang. Maka dari itu, sangatlah penting untuk menghargai orang lain yang berbeda dari kita karena kita belum benar-benar mengerti apa yang ia pahami. Salah satu poin yang diajarkan dalam kegiatan ini adalah keberagaman dalam proses belajar, seperti disleksia dan diskalkulia.

Anjangsana #13 merupakan kegiatan pertama Himapsi-Mapro yang bekerjasama dengan Komunitas Guyub Bocah.  Sebenarnya, Anjangsana sudah menjadi kegiatan kumpul rutin yang diadakan oleh Guyub Bocah, komunitas yang terdiri atas berbagai kelompok kegiatan anak yang di wilayah DIY dan sekitarnya. Memasuki pertemuan ketigabelas mereka, Anjangsana #13 ini diadakan pada hari Minggu, 13 Mei 2018 di Fakultas Psikologi UGM. Kegiatan ini berbentuk permainan kelompok dan sebuah penampilan drama dari panitia. Ada sekitar 50 orang anak-anak yang hadir sebagai peserta dari beberapa wilayah di DIY dan Klaten.

 Tidak Cukup Satu Hari

 “Aku menghargai orang lain.”

“Kita sayangi semua yang ada di bumi.”

“Aku peduli terhadap sesama.”

Beberapa kalimat di atas adalah hasil karya peserta yang tertuang dalam kertas putih dengan huruf dan gambar yang berwarna-warni. Tulisan ini merupakan kegiatan untuk mengekspresikan penghargaan atas keberagaman yang mereka pahami. Hampir satu hari penuh peserta mengikuti kegiatan Anjangsana #13 bersama-sama. Rasa lelah tampak jelas di raut muka peserta. Namun, mereka tetap bersemangat mengikuti kegiatan sampai akhir. Kegiatan ditutup dengan proses membuat gelang persahabatan. Setelah usai, mereka bertukar gelang itu satu sama lain. Tujuannya agar mereka dapat semakin akrab dan mengingat satu sama lain.

Perasaan suka-cita mewarnai rangkaian acara di hari itu. Meski pada saat yang hampir bersamaan, perasaan sedih pun muncul karena berita teror dan pengeboman di Surabaya. Satu hari terasa singkat untuk dapat membuat seseorang paham dan menerapkan konsep penghargaan atas perbedaan. Terlalu singkat untuk menjadikan mereka terbiasa dengan keberagaman dan menjadikannya sebagai sebuah kekuatan untuk persatuan bangsa. Masih ada 364 hari dan tahun berikutnya untuk dapat menumbuhkan rasa cinta, kasih sayang dan penghargaan kepada sesama dalam diri anak-anak. Termasuk juga pada diri kita sendiri sebagai orang dewasa yang menjadi contoh bagi anak-anak dalam berperilaku nantinya.

 

Attitude is a choice. Happiness is a choice. Optimism is a choice.

Kindness is a choice. Giving is a choice. Respect is a choice.

Whatever choice you make makes you. Choose wisely.

– Roy T. Bennett

 

Let others know the importance of mental health !

Previous
Previous

Mengapa Kami Membenci Orangtua Kami Sendiri

Next
Next

Direktori Psikologi: Gangguan Bipolar