Cantik itu Banyak Macamnya

Mengapa ada perbedaan?
Mengapa ada standar sosial?

Untuk pertanyaan pertama seolah memberi tau kita bahwa perbedaan adalah bagian diri. Karena memang kita hidup diantara banyak perbedaan. Warna kulit, bentuk tubuh, aroma tubuh, usia, suku, negara, bangsa, bahasa, makanan favorit, minuman favorit atau hobi. Ini baru yang bisa ditangkap indera kita, belum lagi disertai perbedaan cara berpikir, cara mengekspresikan emosi, perbedaan keinginan, cara membangun relasi, dan lainnya.

Dengan Berbeda Justru Saling Melengkapi

Ternyata banyak juga ya perbedaan itu. Lalu mengapa kita ada diantaranya. Jawaban yang paling memungkinkan adalah karena kita saling melengkapi. Jika kita hidup dengan semua kesamaan, pasti rasanya tidak hambar. Membosankan. Bisa jadi bila tak ada perbedaan, kita tidak akan berkembang lebih baik, tidak akan maju, tidak akan belajar dan tidak akan memiliki cita-cita. Karena kita semua memiliki kesamaan bahasa kita tak akan berusaha giat untuk menguasai bahasa asing. Jika negara kita sama, kita tak akan tahu keindahan akan hal-hal yang lain, melalui perbedaan.

“Perbedaan itu menumbuhkan rasa untuk menghargai, untuk mengerti arti keindahan, dan untuk memahami sesama dengan tujuan saling melengkapi”

Cantik Tak Harus Sesuai Standar Sosial

Standar sosial merupakan sebuah aturan yang disamakan sesuai rata-rata sosial. Standar sosial membuat kita menjalankan kehidupan dengan maksud sesuai norma, nilai, atau prinsip. Jika standar akan sebuah kecantikan seorang perempuan adalah berkulit putih dan berbadan langsing, maka secara tidak disadari kita, sebagai seorang perempuan, akan terobsesi untuk mewujudkan standar tersebut pada diri kita. Tak jarang, berbagai hal ekstrem kita lakukan. Misalnya diet mati-matian yang terkadang justru tidak sehat bagi tubuh.

Padahal, kecantikan diri kita, tak harus selalu sama dengan standar sosial yang ada. Setiap orang memiliki kecantikannya masing-masing.

Black and White Thinking

Tapi dari mana asalnya bagaimana dasar pemikirannya. Kita perlu memahaminya bukan menelan sebuah standar dengan pola “black and white thinking”. Black and white thinking atau sering juga disebut sebagai splitting adalah kecenderungan untuk melihat sesuatu, pribadi atau karakter seseorang ke dalam sebuah dikotomi-dikotomi yang ekstrem. Misalnya hanya ada orang yang cantik dan buruk rupa. Kalau dia tidak termasuk dalam kategori cantik, maka ia otomatis masuk dalam kategori buruk rupa. Contoh lain lagi, pintar versus bodoh, baik hati versus kejam, dan lainnya.

Menurut penelitian bahwa black and white thinking bisa berdampak pada emosi kita, kemudian meracuni persepsi kita dan mengarahkan pada perasaan cemas bahkan depresi dan gangguan kesehatan mental lainnya. Sebagai contoh, apabila saya kemudian mengidentifikasikan diri saya dan membandingkannya dengan standar sosial, maka hasilnya akan menjadi seperti ini:

1. Saya gendut = Jelek
2. Saya berkulit sawo matang = Jelek
4. Saya hidung pesek = Jelek

Intinya ketika saya tidak sesuai dengan standar cantik dalam sosial, maka saya adalah perempuan jelek. Lalu dimana peran perbedaan adalah sebuah keindahan? Jika semua orang sama, akankah saya paham bahwa diri itu adalah hal yang indah? Apakah saya paham bahwa itu adalah hal yang cantik? Tentu tidak.

Mari refleksikan bersama, bahwa saya yang berbeda dari standar social terkait kecantikan, juga memiliki kecantikannya sendiri. Yes,  I am beautiful. Saya memiliki hati yang baik dengan ramah pada siapapun. Saya mungkin tidak mancung tapi hidung pesek ini membuat saya tampak imut dan berfungsi besar dalam hidup saya. Saya mungkin tidak berkulit putih tapi kulit cokelat ini membuat saya terlihat eksotis. Saya mungkin tidak tinggi tapi tubuh kurang tinggi ini membuat saya fleksibel melakukan banyak hal. Saya mungkin tidak berbadan langsing tapi tubuh saya ini mampu melindungi diri saya dan saya sudah menjaganya agar tetap sehat.

How can you decrease your black and white thinking? The answer is pretty simple: remember to add shades of gray.

Ingat lagi bahwa diantara hitam dan putih, ada abu-abu. Jadi jangan hanya melihat dunia dengan si cantik dan si buruk rupa saja. Tapi lihatlah, ada makna kecantikan tersendiri dari setiap diri kita. Bahkan versi cantik di tiap daerah bisa berbeda. Tentunya cantik bukan hanya tentang fisik saja, karena manusia bukan hanya terisi oleh fisik tapi juga psikis. Yang sering dianalogikan sebagai inner beauty.

Yang perlu dilakukan adalah, temukan kelebihan dan cantikmu. Karena setiap dari kita pasti memilikinya.

——————————-

Artikel ini adalah sumbang tulisan dari Arum Septi Mawarni, yang saat ini masih mengenyam pendidikan S2 Profesi Psikologi Klinis Dewasa di UNPAD. Menjadi bermanfaat baik dan positif adalah makna hidup yang ingin Arum impelementasikan. Melalui tulisan ini, ia ingin bisa saling berbagi manfaat sebagai sesama manusia. Arum dapat dihubungi di e-mail: arumawarni@gmail.com atau akun Instagram @arumawarni.

 

 

 

Let others know the importance of mental health !

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

CURHAT: Teman Saya Kerap Terlihat Sedih dan Bercerita Tentang Bunuh Diri. Apa yang Bisa Saya Lakukan?

Next
Next

Berteman dengan Diri Sendiri