CURHAT: Bagaimana Cara Agar Dapat Percaya dengan Pasangan?

Curhat

Saya selalu memiliki pikiran negatif terhadap pacar saya. Dulu pacar saya pernah menyelingkuhi saya kemudian kami sepakat untuk putus. Satu tahun berselang akhirnya kami memutuskan untuk kembali lagi (balikan). Pacar saya memang sudah berjanji untuk tidak selingkuh karena dia sudah menyesal. Pacar saya menginginkan saya untuk percaya padanya. Namun sampai saat ini saya masih belum bisa percaya.

Pada saat pacar saya pergi tanpa mengajak saya, saya selalu berpikir ‘jangan-jangan dia selingkuh’ ‘dia membohongi saya’ dsb. Saya juga ingin bertanya apakah saya trauma dengan perselingkuhan? Karena saya sudah 2 kali mengalami kejadian ini tetapi dengan 2 laki-laki berbeda.

Yang ingin saya ubah dalam hidup saya adalah bagaimana caranya agar dapat percaya dengan pasangan dan tidak berpikir negatif ke pacar saya sendiri.

Terima kasih

Gambaran: Perempuan, 24 tahun, Pegawai Swasta

Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih atas kepercayaan Anda untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Setelah saya membaca cerita yang Mbak bagikan pada kami saya mengerti perasaan yang Mbak rasakan. Tidak mudah mengembalikan kepercayaan yang sudah dirusak oleh orang lain. Masalahnya bukannya kita tidak ingin percaya, tapi pengalaman dikhianati membuat pikiran-pikiran tentang pengkhianatan itu sering datang dan membuat bimbang, apalagi pada orang yang sama dengan orang yang dulu pernah mengkhianati Mbak. Namun di tengah kebimbangan itu ada hal yang saya suka dari Mbak, yakni Mbak memiliki keinginan untuk percaya kembali dan mengurangi pikiran-pikiran negatif tentang pasangan. Itu merupakan niat yang bagus, dan niat yang bagus dapat menjadi titik permulaan yang bagus pula.

Mbak, mengembalikan kepercayaan yang sudah pernah dihancurkan memang tidak mudah. Namun di tengah kepecayaan yang terlukai itu saya kagum Mbak mau melawan diri Mbak sendiri dan memutuskan untuk menerima pasangan Mbak kembali. Butuh keberanian yang besar untuk mengambil keputusan seperti itu dan Mbak sudah menunjukkan keberanian itu. Di sini saya juga melihat ada rasa cinta yang cukup besar yang Mbak miliki untuk pasangan Mbak dan itu patut untuk diapresiasi.

Yang sekarang patut diwaspadai adalah prasangka yang dapat timbul karena pengalaman pengkhianatan tersebut. Prasangka dapat menjadi batu sandungan yang mengganggu keharmonisan sebuah hubungan. Dengan pengalaman Mbak dikhianati hal tersebut adalah hal yang sangat wajar namun memang perlu dikendalikan. Saat pasangan Mbak pergi tanpa mengajak Mbak, pikiran-pikiran seperti “jangan-jangan dia selingkuh” atau “dia membohongi saya” memang wajar terjadi pada diri Mbak.

Namun sebelum termakan oleh pikiran-pikiran tersebut. Secara alami stimulus-stimulus negatif memang akan lebih mudah mendapat perhatian manusia karena manusia memiliki system pertahanan diri yang melindungi dirinya dari ancaman. Dengan pengalaman Mbak diselingkuhi oleh pasangan Mbak memiliki proses belajar yang menjadikan Mbak lebih sensitif terhadap stimulus yang mungkin mengarah pada perselingkuhan. Hal itu merupakan mekanisme untuk melindungi Mbak dari rasa sakit yang pernah Mbak rasakan karena diselingkuhi, dan itu adalah hal yang wajar.

Sekarang mari kita coba netralkan sistem pertahanan itu dengan bukti. Ketika ada pikiran “jangan-jangan dia selingkuh” atau “dia membohongi saya” coba coba tanyakan pada diri Mbak sendiri apakah Mbak punya bukti yang mendukung pikiran-pikiran itu. Jika tidak ada maka Mbak bisa mengidentifikasi bahwa pikiran-pikiran itu adalah bentuk sistem pertahanan diri yang terlalu sensitif tadi dan pikiran-pikiran tersebut belum tentu kebenarannya.

Bagaimana kalau ternyata pasangan Mbak berkata jujur? Bagaimana kalau ternyata pasangan Mbak sudah benar-benar menyesal atas kesalahannya dan sekarang benar-benar setia pada Mbak? Pikiran-pikiran negatif tersebut akan menghancurkan hubungan Mbak untuk yang kedua kalinya jika Mbak percayai begitu saja padahal Mbak tidak punya bukti. Saya sadar betul hal yang saya sarankan bukan hal yang mudah untuk diwujudkan. Tidak mungkin pikiran negatif Mbak langsung hilang dan kepercayaan Mbak pada pasangan bisa kembali utuh dalam sekali percobaan.

Membutuhkan waktu dan proses berulangkali untuk mewujudkannya. Namun dengan Mbak menghubungi kami dan meminta saran, itu sudah menunjukkan kemauan Mbak yang besar untuk berubah, dan itu adalah modalitas yang sangat penting yang diperlukan untuk perlahan-lahan membangun kembali kepercayaan Mbak pada pasangan dan mengurangi pikiran-pikiran negatif yang Mbak miliki. Kemauan itu saja sudah menjadi satu langkah besar yang bisa membawa Mbak menuju perubahan. Saya percaya Mbak bisa dan sudah lebih dekat dengan perubahan yang Mbak inginkan.

Terima kasih telah berbagi

Salam,

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

9 Tips Atasi Perilaku Menunda Tugas

Next
Next

20 Tips tentang Hak Asuh untuk Ibu dengan Gangguan Mental