CURHAT : Masa Lalu Saya Membuat Saya Takut Untuk Memiliki Seorang Anak

Curhat

Halo Pijar Psikologi!

Sebenarnya saya merasa kehidupan pernikahan saya bahagia. Namun, di tahun kedua pernikahan ini, saya mulai memikirkan soal momongan. Seiring dengan pekerjaan suami yang akhir-akhir ini sering menuntutnya untuk lembur di kantor, saya juga merasa kesepian karena baru saja keluar dari rumah ibu saya. Keputusan ini saya pilih setelah berkonsultasi dengan psikolog mengenai ketakutan saya untuk memiliki anak. Psikolog mengatakan bahwa hal ini ada kaitannya dengan gangguan kecemasan yang saya miliki dan berkaitan dengan masa kecil saya bersama ibu. Saya sering sedih dan menangis sendiri karena merasa kesepian ditinggal suami, tetapi saya juga takut untuk memiliki anak. Ketika saya berpikiran untuk memiliki anak, saya merasa kehadiran suami di rumah saja sudah cukup untuk membuat saya bahagia. Apa yang harus saya lakukan? Saya merasa sangat bingung dan lelah.

Gambaran: Perempuan, 27 Tahun, Freelancer.


Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih karena telah mempercayakan Pijar Psikologi untuk menjadi tempatmu berbagi cerita. Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga kamu merasa jauh lebih baik sekarang.

Dari gambaran situasi yang disampaikan, kami memahami kebingungan yang kamu rasakan. Satu sisi muncul perasaan kesepian meskipun sudah menjauh dari Ibu, sementara sisi lain ingin memiliki anak sebagai hiburan untuk menemanimu saat sendiri, tetapi belum siap. Situasi tersebut membuat aktivitasmu terganggu. Pikiranmu seakan-akan berputar-putar pada persoalan tersebut sehingga menimbulkan kelelahan, baik psikis maupun juga mental. Kami ingin mengapresiasi keberanianmu untuk keluar dari lingkaran tersebut dengan mendatangi profesional dan berbagi kepada kami, Pijar Psikologi.

Apa yang kamu hadapi sekarang tidak lepas dari masa lalu kehidupanmu. Hal ini bisa diibaratkan seperti barang curian. Ketika seseorang melakukan kesalahan seperti mencuri, meskipun  barang curian sudah berpindah tangan, tetapi di dalam dirinya masih tersisa perasaan bersalah. Sejauh apapun ia melarikan diri dari korbannya, perasaan bersalah masih tetap ada dan menghantuinya. Sesuatu yang terjadi di masa lalu harus dilepaskan supaya tidak mengganjal di masa depan. Berlari sejauh apapun dari obyeknya tidak menyelesaikan persoalan karena sumbernya berada di dalam diri sendiri.

Kecemasan yang kamu rasakan karena persoalan masa lalu yang terus terpendam di alam bawah sadar, membangunkan alarm ketidaknyamananmu. Kami percaya bahwa kamu merupakan perempuan yang kuat dan berani menghadapi apapun. Cobalah memandang dirimu di depan cermin. Refleksikan bahwa dalam melalui perjalanan yang cukup jauh dan melelahkan selama 27 tahun ini, dirimu masih cukup kuat berdiri di atas kaki sendiri. Yakinkan bahwa dirimu masih memiliki kekuatan dan keberanian melakukan perjalanan yang lebih jauh lagi. Saat dirimu sudah merasa lebih baik dan kuat, kami ingin mengajakmu untuk melepaskan segala emosi negatif dari masa lalu, memaafkan diri sendiri dan menerima keadaan saat ini. Namun, hal-hal tersebut membutuhkan keinginan dan juga keikhlasan untuk melakukan perubahan. Akan lebih baik lagi jika mengajak suami untuk terus memberikan dukungannya selama masa-masa ini dengan sepenuh hati.

Sebagai contoh, kamu bisa meminta bantuan suami untuk mengatakan kalimat seperti dalam video dibawah ini sembari katakan berulang kali dalam hati bahwa “dengan keikhlasan dan ketulusan hati saya ingin melepaskan semua yang mengganggu”. Pertama, kamu bisa mengambil posisi yang nyaman, bisa duduk atau berbaring. Kemudian, atur napas dan fokus pada suara aliran napas dengan cara menarik napas melalui hidung serta mengeluarkannya melalui mulut secara perlahan. Lakukan teknik pernapasan ini hingga merasa badan dan pikiran lebih ringan juga rileks. Terakhir, tutup mata dan dengarkan video ini dengan meminta suami untuk membacakan kalimat-kalimat yang ada dalam video ini: https://www.youtube.com/watch?v=u0jFKzAW-Ww

Setelah kamu sudah dapat melepaskan segala emosi negatif dari masa lalu serta memaafkan diri sendiri, selanjutnya mulailah memaafkan Ibu. Harapannya setelah mampu untuk berdamai dengan diri dan ibu, langkahmu menjadi lebih ringan dan bebas untuk mencapai tujuan keluarga di masa depan bersama suami. Ingatlah untuk tidak membandingkan keluarga yang dulu dengan keluarga kecil yang kamu miliki sekarang. Kamu sudah menjadi pribadi yang lebih baik dengan belajar dari kesalahan masa lalu serta menjadi pribadi yang baru tanpa adanya ketakutan-ketakutan. Jalinlah komunikasi yang baik dan terbuka dengan suami. Kunci dalam membangun hubungan adalah saling, saling berkomitmen, saling memahami, saling membawa ke arah dan tujuan yang baik.

Terima kasih atas kepercayaanmu untuk berbagi dengan kami dan semoga kebahagiaan selalu menyertai keluarga kecilmu.

Terima kasih telah berbagi

Salam,

Pijar Psikologi


Catatan: Curhat adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

CURHAT: Akankah Saya Bersikap Seperti Kedua Orang Tua Saya Ketika Menikah Nanti?

Next
Next

CURHAT: Meski Dikhianati Berkali-kali, Saya Tetap Mencintai Pacar Saya