CURHAT: Saya LGBT dan Ingin Menjadi ‘Normal’

Curhat

Akhir-akhir ini saya sering merasa gelisah, takut dan merasa bersalah.

Kejadian bermula dari kecil, saya sudah memiliki ketertarikan kepada sesama jenis, namun masih dalam batas wajar. Sejak SMA hingga kuliah, perasaan tersebut sering diredam dan muncul sesekali dengan pelampiasan menonton video kemudian masturbasi. Semenjak kuliah sudah mencoba media Facebook, Grinder, Hornet, mendapatkan teman gay untuk ngobrol, bercinta dan lainnya. Sampai pada tahap pacaran. Di tengah jalan rasa bersalah dan takut muncul lagi. Semua media sosial dihentikan, pacar diputuskan sepihak dan berusaha menjauhi dunia tersebut. Namun selang beberapa bulan perasaan kembali muncul kemudian membuka lagi komunikasi dan sosmed dengan komunitas sesama jenis, berpacaran kembali hingga melakukan aktivitas seks, setelah itu muncul lagi rasa takut, bersalah, dan hina mungkin sampai depresi, merasa gagal dalam hidup, beberapa kali muncul pikiran ingin mengakhiri hidup, perasaan mengecewakan orang tua, perasaan ingin menjadi normal, ingin menjadi lelaki sejati.

Gambaran Identitas: Laki-laki, sekitar 20 tahun, keadaan ekonomi cukup baik

Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih sekali sudah mengunjungi website pijarpsikologi.org dan menceritakan keluh kesah Anda di sini.

Saya memahami pasti berat sekali rasanya menjadi ‘berbeda’ di tengah masyarakat kita yang mengedepankan standar ‘normal’ yang tidak menguntungkan minoritas. Tetapi saya yakin Anda pasti  mampu melalui semua fase gelap ini.

Jika kita berbicara normal dan tidak normal, maka kita tidak akan menemukan satu kebenaran mutlak. Karena semua tergantung konteks budaya setempat. Sebagai contoh, perilaku homoseksual mungkin belum bisa di terima di Indonesia, namun jika menggunakan science, homoseksual sudah tidak termasuk penyimpangan.

Tidak ada yang salah dengan rasa suka. Setiap orang memiliki rasa suka dan kita tidak bisa memilih akan suka kepada siapa. Yang menjadi berat adalah karena perasaan suka yang Anda memiliki belum bisa diterima masyarakat.

Cukup umum teman-teman LGBTQIA++ memiliki rasa takut dan gelisah dalam hidup ini. Rasa takut terutama muncul dari ketakutan akan stigma masyarakat.

Mungkin saat ini Anda takut jika keluarga atau teman-teman tau tentang identitas Anda. Anda juga mungkin gelisah jika suatu saat kehilangan pekerjaan karena orientasi seksual Anda. Belum lagi gelisah dengan pertanyaan-pertanyaan “kapan nikah” sebagaimana umumnya di Indonesia.

Saat ini, yang perlu Anda lakukan adalah menerima diri Anda apa adanya. Anda bukanlah produk gagal, Anda tidak hina. Menjadi seorang homosekual / biseksual bukanlah pilihan. Ketertarikan itu sudah ada di badan Anda, ada di genetika Anda. Alam ini ‘memilih’ Anda menjadi bagian dari LGBT community karena Anda adalah orang yang kuat dan mampu bertahan di tengah masyarakat yang masih konservatif.

Terima lah diri Anda apa adanya. Fokus ke diri Anda dulu saat ini. Saya yakin, seiring berjalan waktu semuanya akan lebih baik. Anda akan bertemu teman-teman straight yang menerima LGBT. Terkait keluarga, mungkin akan sedikit lebih susah, tapi sementara waktu ini fokus dulu saja ke kebahagiaan Anda. Sudah banyak juga kok orang-orang di Indonesia yang memutuskan tidak menikah, baik straight atau gay. Dan Anda cukup bilang belum bertemu yang cocok.

Bagi saya, Anda adalah orang yang hebat, Di tengah masalah Anda, anda masih bisa bekerja dan berada dalam keadaan finansial yang cukup baik. Sementara ini, fokuskan diri Anda ke karir dan kebahagiaan Anda. Cari lingkungan yang sekiranya dapat menerima Anda apa adanya. Saya yakin di jaman ini mulai banyak orang-orang yang lebih menerima LGBT. Carilah orang-orang itu dan jadilah diri sendiri.

Selanjutnya lagi, kenali diri Anda lebih dalam, apakah Anda “murni” seorang homoseksual, atau Anda masuk kategori biseksual? Lalu, tanyakan kembali ke diri Anda, apakah Anda siap jika menjalani hubungan dengan wanita? Apakah nilai-nilai yang Anda anut berseberangan dengan orientasi seksual Anda? Coba renungkan pertanyaan ini dan berdamai dengan diri sendiri.

Bagi saya, Anda adalah lelaki sejati karena Anda sayang dan peduli terhadap orang tua. Anda adalah lelaki sejati karena Anda berani membuka diri dan bercerita ke kami. Banyak sekali laki-laki yang memiliki permasalahan emosi namun tak berani membuka diri. Anda adalah laki-laki sejati karena mau memikirkan kebahagiaan orang-orang terdekat Anda.

Fokuslah ke kebahagiaan diri Anda dulu, stabilkan kondisi emosi Anda. Jika masih ada pikiran bunuh diri, segera hubungi professional terdeka di daerah Anda.

Jika emosi Anda sudah stabil, cobalah renungkan pertanyaan yang saya ajukan di atas dan semakin berdamailah dengan diri sendiri.

Yakinlah bahwa ke depan semuanya akan menjadi lebih baik.

 

Terima kasih

Salam

Pijar Psikologi

Catatan: Curhat, adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya. Nama klien dan nama konselor kami anonimkan

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

CURHAT: Saya Takut dengan Masa Depan, Rasanya Saya Ingin Mati Saja

Next
Next

Kesendirian Meningkatkan Kualitas Hidup