CURHAT : Saya Merasa Tidak Pantas untuk Memiliki Kebahagiaan. Saya Harus Bagaimana?

Curhat

Halo Pijar Psikologi!

Saya adalah seorang pegawai swasta yang merasa kurang beruntung dalam banyak hal. Selain tertekan karena masalah pekerjaan, baru-baru ini saya juga tertekan karena kehilangan pasangan saya. Seringkali saya merasa menjadi seorang yang tidak berguna hidup di dunia ini. Setiap malam datang, penyesalan mendalam atas diri saya juga akan ikut datang. Ketika hal itu terjadi, saya akan menangis dan membenci diri saya termasuk semua yang ada di dalam diri saya ini. Saya merasa sangat takut, sedih, dan cemas ketika harus dihadapkan pada pemikiran mengenai kebahagiaan. Tidak bisa ditampik jika saya memang punya harapan untuk bisa berbahagia seperti orang lain. Mendapat pekerjaan yang menyenangkan serta memiliki pasangan yang begitu penyayang rasanya sangat-sangat indah. Mimpi yang terlalu sempurna ini, di saat yang sama juga mendatangkan perasaan bahwa diri ini tidak pantas untuk memiliki kebahagiaan yang seperti itu. Saya sangat bingung harus melakukan apa sekarang.

Gambaran : Perempuan, 21 Tahun, Pegawai Swasta.


Jawaban Pijar Psikologi

Terimakasih sebelumnya karena telah mempercayakan Pijar Psikologi untuk menjadi tempat berbagi cerita.

Dari apa yang telah disampaikan, sepertinya saat ini tengah menjadi masa yang menyesakkan bagi kamu. Hampir semua yang ada dan terjadi pada diri tidak sesuai dengan harapan. Rasa tidak berharga dan kegagalan terasa sangat erat melekat, sehingga apapun yang  kamu lakukan, seakan selalu berujung pada perasaan kecewa. Perasaan kecewa ini, mungkin bercampur aduk dengan perasaan marah dan juga takut. Sehingga, tidak hanya terasa menyesakkan, situasi ini juga terasa sangat menekan. Dengan keadaan dan pemikiran yang seperti ini, kebahagiaan terlihat jauh sekali untuk diraih.

Kebahagiaan memang merupakan hal yang diidam-idamkan oleh banyak orang. Hal ini wajar karena ketika merasa bahagia seseorang merasa sangat nyaman dan tanpa tekanan. Terlebih lagi, ketika dihadapkan pada kenyataan yang penuh dengan tekanan baik dari diri sendiri, pasangan, keluarga, lingkungan sosial, ataupun pekerjaan. Rasa bahagia seolah selalu ampuh menjadi penyembuh dari semua itu. Ini adalah alasan kenapa kita selalu mendambakan kebahagiaan. Namun, sebenarnya apa kebahagiaan itu?

Dalam bahasa Indonesia, bahagia memiliki makna perasaan atau keadaan senang dan tentram bebas dari tekanan. Dari makna tersebut, yang bisa kita garis bawahi adalah bahwa bahagia merupakan sebuah keadaan atau perasaan. Baik keadaan, maupun perasaan adalah hal yang dinamis. Mereka akan senantiasa berubah ketika memang sudah waktunya bagi mereka untuk berubah

Berbicara mengenai tekanan, kita sebagai manusia tentu tidak pernah terlepas dari tekanan. Tekanan itu dapat muncul dari manapun dan dalam bentuk apapun, mulai dari hal sederhana seperti gatal di punggung, hingga masalah yang lebih kompleks seperti pekerjaan dan percintaan. Karena bentuk tekanan yang berbeda, tentu kita perlu memperlakukan itu dengan cara yang berbeda pula. Ada kalanya, tekanan itu masih berupa situasi yang bisa kita usahakan; misalnya gatal di punggung itu tadi. Ketika kita merasakan gatal di punggung kita dapat meredakannya dengan menggaruk. Baik dilakukan dengan tangan, alat, ataupun meminta bantuan. Berbeda jika rasa gatal itu terjadi pada bagian tubuh kita yang terluka, yang kalau disentuh justru akan memperparah luka itu.

Dari contoh di atas, kita dapat melihat bahwa ada hal yang dapat kita ubah dan ada pula hal yang cukup diterima keberadaannya. Misalnya dari apa yang kamu sampaikan, terkait pekerjaan dan pasangan. Terkait dengan pekerjaan misalnya, pekerjaan saat ini terasa sangat menekan bagi kamu. Meskipun demikian, kamu masih memiliki kesempatan untuk mengelola tekanan ini. Bagaimana caranya agar tekanan dalam pekerjaan ini dapat berkurang? Apa yang membuat pekerjaan ini menjadi menekan bagi dirimu? Apakah jenis pekerjaannya, lingkungannya, atau rekan-rekan sesama pekerja? Dengan melihat hal yang membuat kita tertekan, kita akan lebih cepat mendapatkan cara  yang terbaik untuk mengelolanya. Beberapa pilihan mungkin dengan melatih keterampilan diri, meminta bantuan dari rekan dan keluarga untuk menjadi teman bercerita, atau perlu mencari pekerjaan lain. Tentu setiap pilihan tindakan yang kita ambil akan memiliki konsekuensinya masing-masing.

Begitu pula dalam masalah pasangan. Ketika kita ingin memiliki pasangan yang dapat menerima diri kita apa adanya, kita akan mencari cara agar itu dapat tercapai. Misalnya, dengan menunjukan diri kita apa adanya, terbuka terkait apa yang dirasakan dan dipikirkan. Hal ini tentu akan lebih sulit ketika ada hal dari diri kita yang tidak kita sukai. Ketika ada hal yang kita tidak sukai dari diri, kita cenderung untuk menolak keberadaannya dan menyembunyikan hal tersebut (faking good). Ketika dari dalam diri kita sendiri masih sulit untuk menerima kekurangan itu, maka tidak adil jika kita menuntut orang lain untuk menerimanya. Oleh karena itu, yang baik dipertimbangkan untuk masalah percintaan adalah kamu perlu menerima diri sendiri secara tulus terlebih dahulu.

Baca juga : Sudahkah Anda ‘Menerima’ Diri Anda di sini

Selama ini mungkin kita lebih mudah untuk melihat kekurangan dibandingkan kelebihan diri. Baik kekurangan ataupun kelebihan yang ada adalah bagian dari diri kita, satu sisi tidak akan lengkap tanpa sisi lainnya. Saat ini, cobalah untuk melihat kelebihan-kelebihan yang ada pada dirimu, sekecil apapun itu. Lalu, rangkul lah mereka sebagai bagian dari dirimu dan percaya bahwa itulah yang menjadi kekuatanmu. Dari tulisan ini, kami dapat melihat bahwa ada ketangguhan dalam dirimu. Kami yakin, itu hanyalah satu dari banyak kelebihan kamu.

Tidak bisa menyentuh rasa gatal dibagian tubuh yang terluka, sama seperti kita seharusnya memperlakukan apa yang benar-benar tidak bisa kita ubah. Salah satunya adalah pengalaman atau kejadian yang sudah terjadi. Seringkali kita membawa beban berupa rasa kecewa, marah, takut, sedih, dan lain sebagainya, dari pengalaman masa lalu ketika kita melangkah ke masa depan. Tentu saja hal ini membuat langkah kaki kita berat untuk menyongsong suatu hal baru di hari kemudian. Untuk itu, demi dirimu sendiri, mulai lah melepaskan beban itu satu per satu. Caranya adalah dengan memaafkan diri sendiri atas pengalaman-pengalaman tidak menyenangkan yang kamu alami. Memaafkan diri sendiri atas emosi-emosi tidak menyenangkan yang dirasakan dan atas hal-hal yang tidak kamu sukai pada diri sendiri.

Saat ini, apa yang terjadi mungkin belum seperti apa yang kamu harapkan. Tetapi hingga detik ini, kamu telah melakukan yang terbaik dari yang bisa kamu lakukan. Hargai usahamu, maafkan dirimu atas harapan yang belum tercapai.

Terima kasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi


Catatan: Curhat adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Apa yang Bisa Kita Lakukan Ketika Muncul Pemikiran Bunuh Diri?

Next
Next

CURHAT: Dulu Saya Ceria, Sekarang Saya Tidak Tahu Lagi Bagaimana Cara Berbahagia