Cyber Disorder: Pesan dari Dunia Maya untuk Kesehatan Mental

Bermain game lebih dari 3 jam sehari menyebabkan peluang kecanduan yang lebih tinggi.

Candu yang dihasilkan dari berselancar di dunia maya berpotensi mengakibatkan isolasi sosial, depresi, perpecahan keluarga, perceraian, kegagalan akademik, bahkan sampai kehilangan pekerjaan.

Tentang Cyber disorder

Cyber disorder adalah sebuah istilah untuk menggambarkan fenomena seseorang yang mengalami adiksi internet hingga menyebabkan fungsi sosial di kehidupan nyata terganggu. Cyber disorder terdiri atas beberapa tipe gangguan seperti cybersex, cyber-relationships, cyber bullying, computer addiction, dan internet addiction.

Game: Dua Sisi yang Bersinggungan

Salah satu gangguan terkait internet addiction yang banyak dijumpai di sekitar adalah kecanduan bermain online game. Organisasi kesehatan dunia, WHO, menyatakan bahwa gaming disorder yang melanda generasi milenial membuat seseorang tidak bisa mengontrol hasrat bermain game dan memposisikan bermain game baik secara online maupun offline sebagai prioritas utama, meskipun seseorang tersebut sudah mengetahui konsekuensi buruk. Misalnya penurunan performansi diri di sekolah, dan kehilangan waktu berinteraksi dengan keluarga dan teman. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada remaja laki-laki yang intens bermain game selama 6 bulan pertama akan memunculkan agresivitas.

Gejala dari gaming disorder dapat dilihat dari adanya peningkatan frekuensi waktu bermain game. Dari yang awalnya hanya 3 jam sehari menjadi 5 jam sehari. Seseorang dapat dikatakan kecanduan ketika ia memiliki pola perilaku bermain game dengan intens selama 12 bulan. Bermain game memang dapat meningkatkan fungsi kognitif. Akan tetapi, perilaku bermain game secara terus menerus sampai kehilangan makna di lingkungan sosial justru dapat merusak otak. Serebelum yang bertugas menata emosi dan mengendalikan perilaku menjadi terganggu.

Baik cyber disorder maupun gaming disorder ditandai dengan kecenderungan mengakses internet dalam jangka waktu lama. Muncul rasa cemas ketika seseorang sedang tidak online.  Seiring berjalannya waktu, seseorang akan mulai menunjukkan perilaku berbohong atau manipulatif di media sosial dengan motif pribadi, moody dan mudah tersinggung, serta mengalami penurunan fungsi sosial dan fisik di kehidupan nyata.

Dampak terburuk adalah menurunnya kesehatan secara mental. Seseorang menjadi lebih fokus melibatkan dirinya untuk memenangkan permainan online sampai melupakan kebutuhan berinteraksi dengan keluarga dan teman. Tanpa sadar, seseorang yang kecanduan bermain game akan melupakan kebutuhan diri, tidak berminat pada aktivitas sosial, serta mengabaikan tanggung jawab primer di kehidupan nyata.

Pelarian dari Rasa Cemas Menghadapi Kenyataan

Setiap orang memiliki caranya sendiri untuk melampiaskan ekspresi. Entah berupa ekspresi ketertarikan, penasaran, kekesalan, kesepian dan amarah. Seseorang berperluang melarikan diri ke dunia maya karena merasa lebih aman dan bebas.

Di satu sisi dunia maya memang membantu kita refresh sejenak dari hiruk pikuk pekerjaan. Di sisi lain, dunia maya dapat menjebak siapapun yang ‘berpetualang’ tanpa tahu waktu. Seseorang yang nyaman melampiaskan kejenuhan atau kesepiannya di dunia maya mengakibatkan munculnya rasa ketagihan. Bisa berupa ketagihan bermain game online, belanja onlinescrolling sosial media tanpa tujuan, dan aktivitas lainnya yang dilakukan secara virtual.

Rasa ketagihan yang berlarut-larut membuat kita betah terlibat dalam dunia maya sampai membuat aktivitas sehari-hari terganggu. Hal itu pula yang mendidik kita untuk mudah melarikan diri dari kecemasan. Padahal kecemasan yang kita hadapi sehari-hari sejatinya bukan untuk diabaikan, melainkan dihadapi sebagai proses menuju pendewasaan.

Pesan Untuk Kesehatan Mental Kita

Dunia maya memfasilitasi kita untuk melihat peluang yang mungkin tidak kita dapatkan di dunia nyata. Peluang mendapatkan informasi pekerjaan, membangun networking dengan berbagai macam orang di seluruh dunia, membangun hubungan romantis via media sosial, membeli make up secara online dengan biaya murah, dan aktivitas lainnya yang kita lakukan hanya dengan melalui layar komputer. Akan tetapi, kita akan sangat mudah kehilangan kontrol diri jika dunia maya membuat kita ketergantungan.

Seseorang yang kecanduan berselancar di dunia maya kebanyakan diiringi dengan rasa percaya diri yang rendah ketika dihadapkan pada dunia nyata. Kita sebagai insan yang peduli pada kesehatan mental sebaiknya dapat menyeimbangkan kebutuhan bersosialisasi di dunia maya dan dunia nyata.

Nurkhalisha Ersyafiani

Mahasiswi Psikologi. Penikmat seni dan pecinta kuliner yang suka berdialog dengan menulis

Previous
Previous

Kerja di Startup: Tetap Stres Walau Bahagia

Next
Next

Fakta dan Mitos tentang Pedofilia