Direktori Psikologi: Skizofrenia

Definisi

Skizofrenia, menurut bahasa artinya “pikiran yang pecah”. Hal tersebut ini ditandai dengan gangguan dalam cara berpikir, emosi, berperilaku, dan berbicara. Salah satu ciri skizofrenia yang utama ditandai dengan delusi dan halusinasi yang merupakan jenis dari  psychotic behavior (perilaku psikotik). Perilaku psikotik sendiri merupakan gangguan psikologis berat yang menyebabkan seseorang berhalusinasi dan kehilangan kontak dengan realita. Menurut sebuah penelitian oleh Berzins, Petch, & Atkinson, skizofrenia merupakan gangguan mental kompleks yang mengganggu hampir keseluruhan aspek keseharian individu yang mengalaminya.

Gejala

  1. Delusi, yaitu waham atau keyakinan yang salah akan realita yang sebenarnya terjadi

  2. Halusinasi yaitu kesalahan persepsi seperti mendengar, melihat, dan merasakan objek yang sebenarnya tidak ada

  3. Avolisi yang merupakan ketidakmampuan untuk memulai dan mempertahankan berbagai macam kegiatan, serta memiliiki minat rendah terhadap aktivitas dasar untuk kebutuhan pribadi seperti kesehatan pribadi

  4. Alogia, kehilangan minat untuk berbicara dan lambat dalam menanggapi suatu pembicaraan. Misalnya hanya merespon pembicaraan orang lain dengan jawaban pendek dan isinya terbatas

  5. Anhedonia yang merupakan tidak peduli terhadap aktivitas yang dianggap menyenangkan seperti interaksi sosial, makan, bahkan hubungan seksual

  6. Tidak memperlihatkan respon emosi pada saat yang seharusnya ditunjukkan dan memiliki tatapan kosong

  7. Menunjukan perilaku yang tidak sesuai situasi, seperti tertawa atau menangis tiba tiba

  8. Disorganisasi pembicaraan seperti topik pembicaraan yang tiba-tiba lompat dan tidak logis dalam berbicara

Penyebab

Penyebab dari skizofrenia adalah kombinasi dari beberapa faktor yang meliputi:

Genetika

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa spabila ada salah satu anggota keluarga yang mengalami skizofrenia maka membuat anggota keluarga lainnya lebih rentan untuk mengalami gangguan yang sama. Semakin tinggi tingkat keparahan orangtua yang mengalami gangguan skizofrenia, semakin besar kemungkinan anak untuk mengembangkan gangguan yang sama.

Biologis

Orang dengan sangguan skizofrenia memiliki ketidakseimbangan neurotransmiter, seperti kadar dopamin dan glutamat. Penelitian mengungkapkan bahwa kecelakaan dalam proses persalinan akan mempengaruhi struktur otak yang akhirnya akan memicu munculnya gangguan skizofrenia.

Pengaruh psikologis dan sosial

Pengalaman keluarga pada usia dini seperti interaksi yang terlalu banyak kritik, pertengkaran, permusuhan, dan tekanan hidup yang membuat seseorang stres dan depresi sehingga rentan terjadi kekambuhan skizofrenia.

Penanganan

1. Electroconvulsive Therapy (ECT)

Terapi ini bertujuan untuk memicu kejang singkat sehingga membantu orang dengan gejala skizofrenia kaitannya dengan memperbaiki daya ingat dan mestimulus kesadaran dengan menyebabkan perubahan kimia otak.

2. Obat-obat Antipsikotik

Obat yang digunakan untuk orang dengan gangguan skizofrenia adalah obat neuroleptics untuk mengendalikan saraf sehingga membantu menjernihkan pikiran dan mengurangi halusinasi serta delusi.

3. Terapi individual, kelompok, dan keluarga

Membantu lingkungan sosial di sekitar orang yang memiliki gangguan skizofrenia sehingga lingkungan tersebut bisa memahami dan tanggap untuk penangannya. Misalnya dengan memberi keterampilan komunikasi kepada pihak keluarga.

Catatan

Direktori Psikologi adalah informasi lengkap mengenai gangguan mental yang terdiri dari pembahasan definisi, gejala hingga metode treatment. Semua yang tercantum di direktori ini semata hanya untuk keperluan penambahan pengetahuan. Perlu diketahui, diagnosis gangguan mental tidak bisa diidentifikasi hanya berdasarkan satu atau dua gejala yang dialami. Diagnosis gangguan mental hanya dapat dilakukan oleh psikolog atau psikiater. Jika merasa diri sendiri atau orang terdekat mengalami gejala yang ada disarankan untuk menemui psikolog/psikiater terdekat.

Nurkhalisha Ersyafiani

Mahasiswi Psikologi. Penikmat seni dan pecinta kuliner yang suka berdialog dengan menulis

Previous
Previous

CURHAT: Saya Tidak Ingin Terus Bergantung pada Obat-Obatan dari Psikiater

Next
Next

Ekstrover dengan Social Anxiety Disorder