Ketika Keputusan Menikah Muda Melupakan Faktor Kesehatan

Pada hakikatnya, setiap manusia memiliki hasrat untuk memiliki keturunan setelah melalui sistem pernikahan yang sah sebagai syaratnya. Selain karena usia hubungan yang sudah dirasa cukup lama, tuntutan dari keluarga juga kerap menjadi alasan seseorang untuk mempercepat momen pernikahan. Padahal, usia keduanya masih terbilang cukup muda. Akhirnya, sebuah pertanyaan besar pun muncul, apakah ini memang waktu yang tepat untuk memilih menikah muda?

Dalam perjalanannya pun, sejumlah ungkapan seperti ‘banyak anak banyak rezeki’ ataupun yang berbau seksisme seperti ‘jangan sampai jadi perawan tua’ pun mendorong pihak perempuan untuk menyegerakan pernikahannya. Belum lagi faktor budaya, seperti salah satu suku di NTB yang melakukan pernikahan pada anak-anak yang masih belia karena demi melanjutkan adat istiadat setempat. Apakah masa muda mereka harus hilang begitu saja dengan mengembang tugas dan tanggungjawab sebagai sepasang suami istri?

Hal ini bisa dinilai dari kacamata psikologis dan medis, keputusan untuk menikah muda tidaklah disarankan karena dicurigai dapat berdampak buruk bagi kondisi sang istri. Prof. Dr. Partini, sosiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) menyatakan bahwa perempuan yang menikah di usia dini lebih rentan mengalami depresi dan bunuh diri karena meningkatnya beban ekonomi keluarga.

Bukan hanya masalah psikologis, menikah muda juga membawa masalah lainnya dari sisi medis. Berikut penjelasan lengkap mengenai dampak buruk bagi kesehatan:

1. Pertumbuhan Janin yang Kurang Optimal

Tahukah Anda, bahwa menikah muda ternyata meningkatkan risiko terjadinya komplikasi masalah kesehatan bagi ibu maupun anaknya, mulai dari fase kehamilan hingga persalinan tiba?

Karena usia yang belia, membuat sang istri dan suami kurang memiliki pengetahuan mengenai janin dan kehamilan, sehingga seringkali para ibu muda menganggap remeh hal-hal yang berhubungan dengan cara memenuhi kebutuhan gizi janin hingga bahan pangan apa saja yang harus dihindari selama hamil. Hal inilah yang seringkali menjadi faktor janin tidak dapat tumbuh secara optimal, sehingga menimbulkan risiko akan terlahir dalam keadaan prematur.

2. Pendarahan saat Persalinan

Kelainan letak serta lepasnya plasenta yang mengakibatkan timbulnya pendarahan adalah kasus paling sering terjadi pada wanita yang hamil di usia muda.  Sayangnya, masih banyak yang menganggap remeh hal ini. Padahal, pendarahan ini terbukti tidak hanya memicu kematian janin, namun juga membahayakan nyawa ibu saat persalinan.

3. Pecah Ketuban karena Panggul yang Belum Berkembang

Seperti yang telah kita ketahui, panggul merupakan jalur keluarnya janin dari rahim. Pada wanita muda, panggul biasanya masih berukuran kecil karena masih dalam fase perkembangan dan belum sampai pada ukuran yang ideal. Satu yang tidak diperhatikan adalah, kecilnya ukuran panggul dapat mempersulit keluarnya bayi hingga memicu kemungkinan pecah ketuban sebelum waktu persalinan.

4. Meningkatkan Risiko Terkena Kanker Rahim

Bagi kaum wanita, risiko utama yang harus menjadi perhatian ketika memutuskan untuk menikah muda adalah meningkatnya kemungkinan terkena kanker rahim. Abrori M. Kes., dosen Ilmu Kesehatan Reproduksi Universitas Muhammadiyah Pontianak, menyatakan bahwa belum matangnya sel-sel leher rahim pada wanita muda menyebabkan mereka lebih rawan terkena infeksi ketika melakukan hubungan intim.

Abrori menambahkan, bahwa pada berusia 12-20 tahun, organ reproduksi wanita sedang aktif-aktifnya berkembang. Idealnya, sel-sel leher rahim ini tidak mengalami kontak atau rangsangan apapun dari luar selama aktif membelah diri. Stimulasi seperti penetrasi dari penis sehingga masuknya sperma, sel kemudian dapat tumbuh secara abnormal dan menjadi awal mula munculnya penyakit kanker rahim (kanker serviks).

5. Mental yang Belum Matang

Dari segi psikologis, pasangan yang menikah di usia muda dinilai masih memiliki ego serta tingkat emosional yang belum stabil. Hasilnya, mereka akan merasa cemas serta panik dalam menghadapi perubahan peran serta tanggung jawab yang harus diambil.

Tidak jarang, kondisi ini berujung pada perceraian, menurunnnya kesehatan mental satu atau kedua belah pihak, bahkan memicu timbulnya depresi hingga keinginan untuk bunuh diri

****

Menikah memang menjadi kodrat setiap insan. Namun, perlu juga diperhatikan momen yang tepat bagi tubuh Anda untuk menerima peran serta tanggungjawab yang baru sebagai sepasang suami istri. Selain itu, bagi orangtua, seharusnya memiliki pemahaman atas risiko yang muncul jika memaksa anak untuk segera menikah di usia muda, baik bagi kesehatan fisik serta mental.

Pada dasarnya, pernikahan bukanlah perkara kesiapan materi saja, namun erat hubungannya dengan kedewasaan fisik serta mental. Jadi, jangan paksakan pernikahan jika memang salah satu pihak belum merasa siap seutuhnya. Semoga bermanfaat!

 

Artikel ini dikirimkan oleh Go Dok sebagai bentuk kerja sama dengan Pijar Psikologi. Go Dok adalah penyedia ragam layanan kesehatan online. Bisa dikunjungi di go-dok.com

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Berdamai dengan Kerapuhan Diri

Next
Next

CURHAT: Saya Merasa Tidak Berguna dan Ingin Lari dari Kehidupan