Membuat Personal Zone: Antara Mengalah atau Bertahan?
“Kita tidak akan pernah menjadi apa yang kita inginkan dengan tetap menjadi siapa diri kita sekarang”
(Max DePree)
Apakah Anda pernah mendengar istilah Personal Zone atau istilah lainnya yaitu Comfort Zone (zona nyaman)? Banyak sekali terjadi oleh sebagian dari Anda, situasi yang membuat Anda ingin memulai lembaran baru dengan membangun zona pribadi. Salah satu sebabnya bisa karena ketidaknyamanan untuk tinggal di lingkungan bersama orang tua atau di lingkungan tertentu yang membatasi kebebasan Anda. Lalu, kapan sebenarnya kita membutuhkan personal zone dan bagaimana cara membangunnya?
Personal zone atau comfort zone adalah kondisi di mana kita berada di zona pribadi yang menggambarkan identitas kita sebenarnya, termasuk bagaimana kita merasakan sesuatu, bagaimana isi pemikiran kita, sampai mengenal apa yang menjadi keinginan kita sebenarnya. Dalam situasi tertentu seperti seseorang yang mempunyai ibu narsistik, akan mempunyai beberapa kecemasan. Beberapa kecemasan tersebut seperti ketakutan akan ketidaksetujuan beliau. Anda terbebani karena dikontrol secara berlebihan, Anda cenderung membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhan Anda, hal itu juga yang membuat Anda sulit mengekspresikan diri termasuk saat kesal atau marah. Situasi ini bisa membuat Anda kehilangan emosi dan pemikiran Anda sendiri karena terganggu dengan keinginan untuk membahagiakan orang lain walaupun itu membuat Anda tidak menjadi diri sendiri. Maka dari itu Anda butuh membangun zona pribadi dengan tujuan untuk mengenal kembali siapa diri Anda dan apa yang Anda inginkan, bukan apa yang diinginkan ibu, ayah atau orang lain. Nah, berikut beberapa cara yang bisa Anda coba dalam membangun zona pribadi atau personal zone:
Hiraukan Kritik Negatif Tentang Diri Sendiri
Terkadang ada suara-suara di pikiran kita yang mengatakan “Saya belum cukup baik” “Apa yang saya lakukan belum cukup”. Kata-kata itu bisa muncul disebabkan kurangnya penghargaan orang tua terhadap pencapaian-pencapaian kita. Apalagi kritikan tersebut sangat sulit dihilangkan dan dapat membawa kerusakan yang lebih dalam jika dibiarkan begitu saja.
Kunjungi Konselor Terpercaya
Jika Anda mengalami depresi atau kecemasan yang disebabkan oleh kurangnya Personal Zone, ada baiknya untuk mengunjungi seorang konselor. Untuk terbuka dan membagi semua permasalahan kepada orang lain seperti psikolog atau konselor memang tidak mudah. Tetapi bisa menjadi batu pijakan untuk mengatasi permasalahan berkaitan Personal Zone apalagi jika masalah itu berkaitan dengan salah satu dari orang tua Anda yang narsistik.
Membuat Batasan yang Wajar
Sebagian dari kita ada yang akhirnya mencari jati diri dengan belajar hidup mandiri. Apalagi jika hal itu memang bisa meminimalisir tekanan-tekanan yang datang dari orang tua. Di samping itu Anda tetap bisa memutuskan untuk mengunjungi orang tua seminggu sekali atau sebulan sekali. Di sinilah Anda harus bisa menguatkan diri karena tidak mudah terlepas dari kekuatan orang tua yang membayangi kita selama bertahun-tahun. Kuncinya adalah “Percaya pada dirimu sendiri”.
Berhenti Mengubah Orang lain, Ubahlah Dirimu Sendiri
Cobalah untuk tidak memikirkan “Seandainya saya begini…”, “Jika saja ibu saya tidak begitu…”, dan terimalah keadaan yang ada pada Anda saat ini. Cobalah untuk kelilingi diri Anda dengan orang-orang yang mendukung cita-cita dan impian Anda. Dengan begitu Anda bisa mengubah diri Anda sendiri perlahan-lahan menjadi lebih baik.
Terkadang membuat personal zone dengan membatasi jarak antara hubungan Anda dengan orang lain termasuk pergi ke terapi, memahami masa lalu, dan menemukan cinta, belum cukup membuat diri Anda merasa aman. Hal ini membutuhkan waktu dan terkadang cukup lama sampai akhirnya Anda merasa aman (secure). Menurut tulisan oleh seorang psikolog bernama Dr. Pat Frankish tentang seorang wanita yang memutuskan komunikasi dengan ibunya. Wanita tersebut ingin mempertahankan identitasnya dari seorang ibu yang narsistik karena hal itu melemahkan kekuatan hidupnya. Jika Anda membutuhkan Personal Zone seperti wanita tersebut, janganlah merasa bersalah. Bukan berarti itu menjadikan Anda sebagai anak yang tidak berbakti, hanya saja Anda butuh perlindungan diri sebagai seorang individu secara utuh.
Referensi:
Jr. Thorpe. 2016. How to cope with a narcissitic mother. Artikel. Bustle. https://www.bustle.com/articles/197159-how-to-cope-with-a-narcissistic-mother
Mark Banschick. 2013. The Narcissistic Mother II. Artikel. Psychological Today. https://www.psychologytoday.com/blog/the-intelligent-divorce/201312/the-narcissistic-mother-ii
Sumber foto:
https://smediacacheak0.pinimg.com/originals/90/51/cf/9051cff77d60f7a4d71a5c7192c419ff.jpg