Mencegah Kecanduan Internet Pada Pengguna Cilik
Internet adalah sebuah anugerah dan sekaligus sebuah kutukan untuk generasi muda
– J.K Rowling
Zaman dengan kebebasan mengakses internet seperti saat ini tentu memberikan kemudahan-kemudahan di segala aspek kehidupan bagi semua penggunanya, seperti kemudahan mengakses game online, browsing, dan hingga berkomunikasi dengan orang lain. Usia bukan lagi menjadi hambatan bagi siapapun untuk mengakses internet selama media untuk mengaksesnya tersedia. Tak jarang pula orang tua memberikan berbagai fasilitas seperti laptop maupun gadget untuk menunjang komunikasi maupun pendidikan anaknya. Namun, selain memiliki sisi positif, tentu internet juga memiliki sisi negatif. Hal itulah yang perlu dicermati oleh para orang tua sebelum memberikan izin pada anak untuk mengakses internet. Berikut beberapa dampak negatif pada anak-anak akibat terpapar internet:
Menurunkan kesehatan mata
Badan kurang bergerak karena hanya terpaku pada monitor (gadget)
Menurunkan prestasi belajar
Mengurangi jam istirahat
Membatasi lingkungan sosial anak
Meningkatkan risiko ketergantungan internet
Sebagaimana pepatah mengatakan, lebih baik mencegah daripada mengobati, orang tua tentu memiliki kewajiban untuk dapat mengontrol penggunaan internet bagi anak agar tidak mengalami ketergantungan terhadap internet. Nah, apa saja yang dapat dilakukan? Berikut beberapa tips yang dapat Anda lakukan:
1.Batasi waktu untuk mengakses internet
Demetri Christakis, seorang direktur di rumah sakit anak di Seattle, Amerika Serikat, menyarankan bahwa sebaiknya anak diberi batasan waktu selama 1 jam saja untuk mengakses internet[1]. Karena apabila akses internet diberikan secara bebas dan tidak terbatas, dikhawatirkan akan mengurangi aktivitas fisik dan aktivitas sosial yang diperlukan untuk tumbuh kembangnya.
2. Mengajari dengan memberi contoh
Mengamati dan meniru adalah salah satu cara bagaimana anak belajar untuk bertingkah laku[2]. Sebagai lingkungan belajar pertama bagi anak, keluarga perlu memberi contoh bagaimana menggunakan internet secara tidak berlebihan. Contohnya, menghindari mengakses internet ketika sudah masuk jam tidur dan tidak melakukan hal lain ketika sedang melakukan kewajibannya.
3. Internet sebagai “bonus”
Berikan jangka waktu tertentu untuk mengakses internet setelah anak-anak menyelesaikan suatu tugas yang diberikan[2]. Misalnya, anak diperbolehkan mengakses internet selama 10 menit setelah ia mengerjakan PR. Hal ini dilakukan agar anak tetap bertanggungjawab dengan tugasnya tetapi juga tetap memberikan apa yang diinginkan sebagai haknya. Sistem ini dapat dikembangkan dengan variasi bonus sesuai tingkat kewajiban yang telah mereka penuhi.
4. Sediakan waktu bersama keluarga
Bagaimana karakteristik keluarga yang bahagia? Tentu hal itu tidak diukur dari banyaknya gadget, kendaraan, atau bahkan kuota internet yang dimiliki oleh anggota keluarga. Psikolog keluarga meyatakan bahwa menghabiskan waktu bersama dengan keluarga akan meningkatkan kedekatan di antara mereka [3]. Kebersamaan ini tidak hanya dipandang sebanyak apa waktu yang diluangkan untuk saling menghabiskan aktivitas bersama, tetapi juga sebaik apa kualitas waktu yang telah diluangkan untuk kebersamaan tersebut. Untuk meningkatkan kualitas kebersamaan keluarga, hendaknya dilakukan dengan tanpa gangguan apapun, terutama godaan untuk mengakses internet.
5. Mengalihkan keinginan untuk mengakses internet
Untuk menghindari penggunaan internet yang berlebihan, orang tua dapat memberikan alternatif lain agar anak tidak melulu memfokuskan pikirannya untuk mengakses internet. Cara ini dapat divariasi agar tidak membosankan. Contohnya dengan mengalihkan aktivitasnya pada membaca buku dongeng bersama, bermain puzzle, dan sebagainya.
6. Meminta bantuan orang lain
Untuk mengawasi dan mengontrol anak, tidak bisa selama 24 jam sehari dilakukan sepenuhnya oleh orang tua. Dalam menyiasati keterbatasan akses tersebut, orang tua dapat meminta bantuan orang lain yang dapat “menggantikan” mereka secara sementara dalam mengawasi anaknya. Orang lain yang dapat diminta bantuannya adalah guru, asisten rumah tangga, maupun teman atau saudara si anak.
Nah, beberapa kiat diatas dapat dilakukan untuk menekan risiko anak memiliki ketergantungan terhadap internet. Bila kini semuanya dimudahkan internet, bukan berarti harus “tunduk” dengan internet, bukan?
Sumber Data Tulisan
Buku Teori Kepribadian oleh Feist & Feist
Buku Marriages and Families: Intimacy, Diversity and Strength oleh Olson, DeFrain, dan Skogrand
By: Nurmalita Rahman
Featured Image Credit: http://centruldeparenting.ro