Narsis yang Kita Pahami Selama Ini, Mitos atau Fakta?
Narsis, sebuah kata yang tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia, terutama bagi mereka yang berusia remaja atau dewasa awal. Narsis merupakan salah satu gangguan kepribadian dengan nama Narcissistic Personality Disorder. Pada kenyataannya, gangguan kepribadian narsistik masih dimaknai secara beragam oleh banyak orang.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Pijar Psikologi, terdapat lima besar ciri-ciri orang yang memiliki ganguan kepribadian narsistik yang dipahami oleh responden. Karakteristik tersebut adalah percaya diri, membanggakan diri sendiri, bersikap berlebihan, menunjukkan diri sendiri, dan menyukai berfoto. Bagaimana ilmu psikologi memandangnya? Yuk kita pelajari lebih jauh!
Percaya diri
Seseorang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik memang memiliki kepercayaan diri yang berlebih, terutama ketika menganggap dirinya sebagai seseorang yang spesial1. Kepercayaan diri yang berlebih ini dapat disebabkan oleh rendahnya self-esteem2. Apa itu self-esteem? Self-esteem adalah penghargaan pribadi atas apa yang kita mampu atau miliki.
Self-esteem dibangun atas pencapaian nyata, nilai-nilai yang dianut, dan kepedulian yang ditunjukkan seseorang kepada orang lain2. Di sisi lain, seseorang yang menerima penghargaan atas sesuatu yang belum tercapai membuatnya menjadi merasa tidak aman dan gelisah. Hal ini dapat menimbulkan ketakutan atas kegagalan atau kelemahan, fokus pada dirinya sendiri, perasaan tidak berguna, dan dorongan tidak sehat untuk menjadi yang terbaik.
Membanggakan dan menunjukkan diri sendiri
Sifat membanggakan diri sendiri ini juga berhubungan dengan rendahnya self-esteem. Seseorang yang memiliki gangguan kepribadian narsistik akan membesar-besarkan apa yang telah dicapainya atau miliki untuk mendapatkan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk meningkatkan self-esteem–nya. Orang dengan gangguan kepribadian narsistik akan sensitif dengan kritik negatif sehingga pujian atau kekaguman dari orang lain akan membuatnya aman1,2.
Bersikap berlebihan
Berlebihan yang seperti apa? Tentunya berlebihan yang berhubungan dengan bagaimana seseorang menilai diri dan menunjukannya pada lingkungan sekitar. Self-esteem yang terancam bisa saja membuat orang dengan gangguan kepribadian narsistik berusaha meningkatkan nilai dirinya dalam ukuran yang tidak wajar sehingga hal tersebut justru menyakiti dirinya sendiri. Self-esteem yang terancam misalnya adalah ketika orang lain mengatakan bahwa pekerjaan yang kita kerjakan buruk padahal selama ini kita merasa bahwa kita memiliki kemampuan yang baik dalam pekerjaan tersebut.2
Menyukai berfoto
Menyukai foto tidak disebutkan sebagai kriteria gangguan kepribadian narsistik dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V (panduan psikolog dan ilmuwan psikolog untuk menentukan gangguan jiwa yang digunakan secara internasional)1. Tidak semua orang yang menyukai foto memiliki gangguan kepribadian narsistik.
Berfoto untuk mendapatkan penghasilan, mengabadikan momen-momen terbaik dalam hidup, sekadar update akun media sosial, bahkan untuk mendapatkan like dalam keperluan kompetisi merupakan sesuatu yang wajar. Meskipun demikian, kita perlu waspada dengan alasan kita berfoto dan mengunggahnya ke media sosial. Jangan sampai foto tersebut membuat orang lain tidak nyaman karena merasa kita tinggi hati atau ternyata konten foto tersebut menyakitinya.
Nah, kita sudah mengetahui lebih jauh mengenai bagaimana narsis melalui sudut pandang psikologi. Apabila ditelusuri, ternyata narsis berhubungan dengan rendahnya self-esteem. Apa yang dapat kita lakukan untuk mencegah hal tersebut? Salah satunya adalah mau menerima masukan dari orang lain dan menjadikannya sebagai sumber perbaikan diri. Tidak ada salahnya kita menerima pandangan orang lain karena sejatinya manusia tidak dapat menilai dirinya secara objektif 100%.
Mau menerima masukan orang lain membuat hubungan kita dengan orang lain terjaga baik. Selain itu, kita juga perlu mengenali diri lebih dalam sehingga terbentuk kesadaran atas kekurangan serta kekuatan diri yang membuat kita lebih realistis dalam menjalani hidup. Namun, bagaimana jika orang lain di sekitar kita menunjukkan gejala gangguan kepribadian narsistik? Tetaplah bersamanya dan memberi masukan dengan cara yang baik. Apabila Anda tidak mampu mengatasinya, segera hubungi psikolog atau praktisi kesehatan jiwa lain ya!
Apakah Anda punya cara lain untuk menghindari gangguan kepribadian narsistik ini? Bagaimanapun caranya, jangan sampai usaha kita justru menyebabkan masalah baru ya! Yuk, kita coba sekarang!
—-
Sumber Data Tulisan
1American Psychiatric Association. (2013). Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders V. Washington DC: American Psychiatric Publishing.
2Firestone, L. (2012). Self-Esteem Versus Narcissism. Diakses dari Psychology Today website: http://www.psychologytoday.com/blog/compassion-matters/201206/self-esteem-versus-narcissism