#TETOT: Menebar Kebahagiaan dengan Media Sosial
“Sosial media perlu kedewasaan. Banyak yang tidak punya itu.”
– Ridwan Kamil
Siapa yang tidak kenal Ridwan Kamil? Arsitek dan perancang kota lulusan ITB ini begitu fenomenal sejak beliau menduduki jabatan sebagai walikota Kota Bandung pada tahun 2013. Tidak hanya karena perubahan dan inovasi yang diberikan pada Kota Bandung, beliau juga terkenal atas keaktifannya di media sosial seperti Twitter, Facebook, maupun Instagram. Bagi Ridwan Kamil, media sosial adalah sarana untuk membangun Kota Bandung, karena dari sanalah beliau dapat berinteraksi dan mengajak masyarakat secara langsung untuk berperan aktif dalam berbagai upaya dan inovasi untuk membuat Bandung menjadi kota yang lebih baik.
Sebagai warga asli Bandung dan telah tinggal di dalamnya selama puluhan tahun, Kang Emil (panggilan akrab Ridwan Kamil) menyadari bahwa masyarakat Kota Bandung itu kreatif, terutama anak-anak mudanya. “Bandung adalah kreativitas dan kreativitas adalah Bandung,” begitu tutur beliau. Salah satu bukti kreatifnya masyarakat Bandung adalah warga kampung napi Blok Tempe yang mampu menyelesaikan permasalahan banjirnya dengan mengelola sampah, air, dan asuransi kesehatan secara mandiri. Selain itu, terdapat pula komunitas-komunitas kreatif warga Bandung yang tergabung dalam Bandung Creative City Forum (BCCF). Melalui forum ini, para pemuda mencoba memberikan solusi untuk Kota Bandung melalui kontribusi-kontribusi kecil. Namun, jangan salah paham dulu. Bahkan kontribusi-kontribusi kecil ini berdampak besar hingga mendapat penghargaan Urban Leadership Awards dari IUR, salah satu NGO di Amerika Serikat, loh!
Selain kreatif, warga Bandung itu juga narsis. Semua orang ingin unjuk gigi dan eksis di dunia maya. Melihat potensi masyarakat, terutama pemuda yang kreatif dan narsis, Kang Emil mendakwahkan berbagai macam gerakan sosial dan kolaborasi kebaikan dengan memanfaatkan media sosial. Seperti Gerakan Bike Sharing, Beberes Bandung, Gerakan Sejuta Biopori, Gerakan Pungut Sampah (GPS), dan sebagainya. Beliau yakin bahwa media sosial adalah alat kekuatan baru bagi masyarakat untuk melakukan perubahan dalam banyak hal. Bahkan kita sendiri juga sudah banyak melihat contohnya, bukan? Misalnya saja slogan #SavePalestine yang terus dikampanyekan di media sosial hingga ribuan orang dari seluruh penjuru dunia turun langsung untuk turut membantu korban penyerangan di sana.
Peran media sosial tidak berhenti sampai di situ. Kang Emil juga memanfaatkannya sebagai alat pemotong jalur birokrasi menjadi tidak lagi rumit dan berbelit-belit. Dengan menggunakan teknologi dunia maya, komunikasi menjadi lebih efektif dan efisien. Masyarakat bisa langsung mengadukan masalah kepada walikota dan dinas terkait untuk segera ditindaklanjuti. Jajaran pemerintahan juga bisa segera melaporkan tugasnya secara langsung hanya dengan mengunggah gambar dan menulis caption. Dengan begitu, tidak hanya menjadi lebih mudah dan efektif, birokrasi juga menjadi lebih terbuka, minim penyelewangan, dan asik!
Melalui buku ini, kita bisa tahu bahwa media sosial tidak melulu membawa dampak buruk. Sejatinya media sosial itu bagaikan dua mata koin. Di satu sisi ia dapat menjadi senjata yang berdampak negatif apabila digunakan untuk menebar kebencian (misal: cyber bullying) dan semisalnya. Di sisi lain, ia dapat menjadi alat penebar kebahagiaan apabila dimanfaatkan dengan bijak. Pak Ridwan Kamil sendiri memilih untuk memanfaatkan media sosial sebagai alat penebar kebahagiaan dengan memanfaatkan kemampuan dunia maya yang mampu memotong jarak dan waktu. Jadi, apakah Anda siap menebar kebermanfaatan dan kebahagiaan dengan media sosial seperti Kang Emil? Buku ini tentu dapat menjadi bahan pelajaran dan referensi.
Sumber Data Tulisan (sertaan daftar pustaka atau footnote)
Identitas Buku
Judul buku : #TETOT Aku, Kamu, dan Sosial Media
Penulis : @ridwankamil
Penerbit : Sygma Creative Media Corp.
Tahun terbit : 2014
Ketebalan : 317 halaman