Lebih Nyaman Bersosialisasi Di Dunia Maya? Ternyata ini loh, Penyebabnya!

unsplash-image-FPt10LXK0cg.jpg

“Internet merupakan sesuatu yang besar, kuat, dan tanpa akhir yang digunakan oleh sebagian orang untuk melengkapi hidupnya”

–Andrew Brown

Perkembangan teknologi tentu saja memberikan pengaruh terhadap perilaku masyarakat, salah satunya dalam hal penggunaan internet. Di era global ini, tak jarang ditemukan beberapa orang berkumpul bersama, namun masing-masing sibuk dengan gadget-nya. Judulnya sihquality time bersama keluarga atau teman. Tetapi kenyataannya, sedikit sekali komunikasi yang terjalin di antara mereka. Apakah ini, yang dinamakan berkualitas? Remaja juga seringkali menghabiskan waktu di warnet atau di depan komputer untuk online, gaming, atau chatting. Bila sudah kecanduan, cukup sulit untuk melepaskan diri dari pengaruh internet ini, apalagi bila dialami sejak masih anak-anak.

Internet addiction atau kecanduan menggunakan internet ini, juga memengaruhi para pengusaha. Contoh, banyak pengusaha kuliner yang menyediakan free wifi bagi para pelanggannya. Selain itu, pengusaha kartu perdana pun berlomba-lomba menyediakan kuota internet yang besar dengan harga yang murah. Tentu saja kedua fasilitas tersebut memengaruhi jumlah penggunaan internet pada masyarakat.

Mungkin Anda seringkali berpikir bahwa internet addiction selalu memberikan dampak yang buruk di kehidupan nyata, seperti bermasalah dalam hal akademik dan relasi sosial, kurang tidur, asupan makanan yang kurang, dan aktivitas fisik yang sedikit.1 Namun, bagi individu yang mengalami depresi dan social phobia (ketakutan pada situasi sosial yang meliputi interaksi dengan orang lain)2, internet dapat memberikan dampak yang positif bagi mereka. Wanita yang mengalami depresi dapat menggunakan internet untuk mengurangi depresinya karena mereka dapat memeroleh dukungan sosial, pencapaian, dan mengontrol ‘dunia’-nya melalui karakter pada dunia maya tersebut. Hal tersebut dapat melepaskan mereka dari kesulitan emosional yang dihadapi di kehidupan nyata. Bagi wanita dengan social phobia, internet dapat menyediakan interaksi sosial secara tidak langsung (tidak tatap muka). Hal ini menyebabkan mereka dapat merasa lebih nyaman dan merasa terlibat dalam suatu percakapan.1

Mengapa demikian?

Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa terdapat hubungan antara kepribadian individu dengan kemungkinannya mengalami internet addiction.3

  1. Introvert: Kubey, Lavin & Barrows (2001) mengungkapkan bahwa individu introvert seringkali merasa kurang nyaman bila harus berelasi sosial secara tatap muka langsung dengan orang lain. Sehingga mereka menyalurkan kebutuhan untuk bersosialisasi dengan melalui internet. Pada dasarnya, individu introvert tidak ingin perasaan dan emosinya terlihat orang lain, sehingga ia menggunakan internet untuk mengatasi perasaan-perasaannya, seperti merasa tak berdaya atau gelisah. Berdasarkan penelitian oleh Landers dan Lounsbury (2006), diketahui bahwa semakin tinggi introversitas seseorang, maka semakin tinggi pula penggunaan internetnya karena menggunakan internet merupakan kegiatan dimana mereka dapat memfokuskan perhatiannya.4

  2. Ketidakstabilan emosi (stres dan depresi): Morahan-Martin dan Schumacher (2000) mengungkapkan bahwa individu yang tidak stabil secara emosional, memiliki kemungkinan untuk merasa kesepian sehingga lebih mudah menjadi kecanduan terhadap internet. Sedangkan ketika berinteraksi di internet (entah melalui game atau chatting), individu tersebut akan lebih mudah mendapat perhatian dan dukungan dari lingkungan sekitarnya.

  3. Keterbukaan terhadap pengalaman baru: Levine dan Stokes (1986) mengungkapkan bahwa individu yang terbuka dengan pengalaman baru, cenderung akan memiliki rasa penasaran untuk mengeksplorasi internet, sehingga waktu yang ia habiskan untuk internet pun menjadi lebih banyak.

Nah, sekarang sudah lebih mengerti ‘kan, mengapa ada beberapa individu yang lebih nyaman untuk bersosialisasi di dunia maya?  Namun, tetap berusaha mengembangkan hubungan sosial di dunia nyata ya!


Sumber Data Tulisan

1Resiko internet addiction yang lebih tinggi pada remaja dengan ADHD dan depresi, selengkapnya dapat ditinjau dalam artikel http://www.video-game-addiction.org/video-game-addiction-articles/internet-addiction-higher-in-teens-with-adhd-depression.htm

2Definisi, simptom, treatment dan pencegahan mengenai Social Phobia lebih lanjut dapat ditinjau dalam artikel http://socialphobia.org/social-anxiety-disorder-definition-symptoms-treatment-therapy-medications-insight-prognosis

3Peran prediktif dari kepribadian pada internet addiction, selengkapnya dapat dibaca melalui jurnal https://www.academia.edu/6400463/Predictive_Role_of_Personality_Traits_on_Internet_Addiction?auto=download

4Hubungan antara introversitas dan internet, selengkapnya dapat ditinjau dalam artikel https://www.academia.edu/27231728/HUBUNGAN_ANTARA_INTROVERSITAS_DENGAN_KECANDUAN_INTERNET_PADA_MAHASISWA_INTISARI_FELITA_NINDYAS_DEWI_SUDJONO

Referensi lain:

What you need to know about internet addiction by Dr. Kimberly Young, TEDxBuffalo, https://www.youtube.com/watch?v=vOSYmLER664

By: Jesslyn Antoinette Justine 

Featured Image Credit: www.addiction.com

Jesslyn Antoinette Justine

Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha

Previous
Previous

Agar Tidak Kecanduan Internet, ini tipsnya!

Next
Next

I’m Not Stupid Too : Tidak Ada Anak yang Tidak Berguna