Perempuan dan Menikah: Sekarang atau Nanti?

Perempuan belum menikah di usia 30-an adalah momok bagi masyarakat zaman dahulu. Akan tetapi, kini perempuan sudah lebih bebas untuk menentukan jalan hidupnya. Perempuan tidak lagi terbelenggu dalam keharusan untuk segera menikah, tetapi bisa menjalankan apa yang terbaik untuk hidupnya. Meskipun begitu, sebagian perempuan masih ingin menikah segera di usia 20-an. Perempuan ini merasa pernikahan dalam waktu dekat adalah yang terbaik untuk hidupnya.

Berbagai tuntutan mulai dari keluarga, budaya, serta sosial turut memengaruhi keinginan menikah pada perempuan. Seringkali orangtua menanyakan rencana pernikahan anaknya ketika kuliah telah selesai. Sementara dari sisi sosial, masyarakat memandang kesuksesan hidup seseorang ketika memiliki keluarga yang bahagia. Sebagai tambahan, tidak bisa dipungkiri bahwa pernikahan adalah bagian utuh dari budaya.

Kapan Nikah?

Pertanyaan "kapan nikah?" menjadi nightmare bagi anak-anak muda saat ini, terutama perempuan. Seolah perempuan akan lapuk dan tidak mungkin laku jika melewati usia 28 tahun. Bahkan, belakangan sempat marak berita bahwa menjadi single adalah sebuah masalah.

Perempuan berada di posisi dilematis. Ketika zaman sudah memberikan banyak pilihan, perempuan masih saja diikat dengan berbagai tekanan sosial. Ketika perempuan memilih bekerja, orangtua takut nanti anaknya akan lupa menikah karena keasyikan bekarir. Ketika memilih untuk melanjutkan pendidikan, muncul keraguan akan sulit menemukan lelaki yang lebih tinggi untuk menjadi pendamping hidupnya.

Perlu diketahui bahwa pernikahan bukan lagi sekadar pencapaian. Pernikahan adalah sebuah kesepakatan yang mantap antara dua insan. Pernikahan tidak hanya didasari sama-sama cinta, sama-sama suka, tetapi juga dibutuhkan kematangan emosional, finansial, dan lainnya

Sebagian Perempuan Ingin Segera Menikah

Pernikahan adalah hak. Perempuan yang memutuskan untuk menikah muda juga punya alasannya sendiri. Sebagian dari perempuan menilai, pernikahan adalah suatu hal yang harus segera dilakukan. Pengaruh dari keluarga, budaya serta agama turut memengaruhi keinginan untuk segera menikah. Gambaran kehidupan yang indah setelah menikah juga menjadi salah satu alasan. Gambaran kehidupan ini mudah ditemui di media sosial, seperti pesta pernikahan yang indah ataupun kemesraan pasangan yang telah menikah. Selain itu, tekanan sosial dari orang terdekat berupa semakin banyak dari mereka yang sudah menikah turut menjadi alasan tambahan.

Perempuan yang ingin segera menikah meyakini, lelaki adalah sosok yang penting dan merasa tidak lengkap jika tidak memiliki pasangan. Perempuan pun ingin segera menjalani hidup bersama pasangan yang halal dan terikat secara legal. Dengan demikian, perempuan merasa lebih aman dan pasti dalam menjalani hubungan dengan pasangannya.

Sebagian Perempuan Ingin Menunda Pernikahan

Di zaman ini, tugas perempuan bukanlah lagi di sumur, kasur dan dapur. Sebagian perempuan memiliki prioritas yang ingin dicapai, yang dirasa jauh lebih penting daripada pernikahan. Ditambah lagi, pernikahan dinilai sebagai sesuatu yang merumitkan. Bahkan, membayangkan hidup bersama satu orang seumur hidup terasa sebagai sesuatu yang menyeramkan.

Pengalaman pahit yang pernah dialami perempuan juga turut berpengaruh pada keputusan menikah. Bisa jadi sebagian trauma melihat ibunya yang pernah disakiti ayah atau pernah dikhianati dan dilukai oleh pasangan sebelumnya. Pengalaman pahit ini menyebabkan perempuan sulit mengartikan sebuah pernikahan. Hingga akhirnya, memilih untuk mandiri dan tidak bergantung pada laki-laki.

Mungkin Belum Bertemu Lelaki yang Tepat

Mungkin sebagian perempuan belum menemukan sosok lelaki yang tepat sehingga dirinya belum menginginkan pernikahan. Lelaki yang dirasa kehadirannya penting dan layak diperjuangkan, lelaki yang mampu menyeimbangi peran dan diri perempuan, serta menjadi tempat yang aman dan nyaman.

Lelaki dan Perempuan Bertumbuh Bersama

Perempuan sudah tidak lagi dipandang sebagai seseorang yang lemah. Perempuan telah tumbuh menjadi seseorang yang berpendidikan tinggi dan mampu memenuhi kebutuhan finansialnya. Kecenderungan alpha pada diri perempuan memberikan pandangan seakan-akan mereka kuat dan tidak memerlukan lelaki sebagai pendamping hidupnya. Mungkin saja, mereka menanti sosok lelaki yang jauh lebih kuat dan mampu meluluhkan dinding pembatas yang sangat kokoh pada diri perempuan.

Setiap Perempuan Memiliki Kisahnya Masing-Masing

Setiap perempuan memiliki kisahnya masing-masing. Ada yang belum menemukan jodohnya tapi ingin segera menikah, ada yang berfokus pada pengembangan dirinya sehingga menunda pernikahan, ada yang sulit memercayai sebuah pernikahan karena pengalaman pahit yang pernah dialami, serta ada yang sudah dalam tahap menuju pernikahan.

Perempuan yang ingin segera menikah bukan berarti tidak memikirkan keinginan dalam hidupnya dan terkesan mudah menyerah atas cita-citanya hanya karena seorang lelaki. Bukan berarti mereka terkesan begitu lemah dan menggantungkan hidupnya secara penuh kepada pasangannya. Di sisi lain, perempuan yang tidak menikah bukan berarti membenci laki-laki. Mereka juga membutuhkan lelaki, tetapi mungkin belum ingin memikirkan atau membuka dirinya. Mereka merasa akan ada waktu yang tepat dimana diri juga merasa lebih mantap untuk menjalin hubungan pernikahan.

Pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan momen berharga bagi kehidupan seseorang. Setiap perempuan pun memiliki kisah dan tantangan yang berbeda, yang berpengaruh pada pilihan hidupnya untuk menikah. Kita tidak berhak untuk menilai dan menghakimi pilihan hidup seorang perempuan karena ada alasan yang jauh lebih dalam di baliknya. Alangkah lebih baik bila kita bisa saling memahami dan menghormati keputusan yang ada, tanpa harus mencibir satu sama lain.

Zahrah Nabila

a psychology student who is still learning and should treat herself first, before treat others

Previous
Previous

Permintaan Maaf Tidak Cukup untuk Menghadapi Perasaan Bersalah

Next
Next

Perilaku Menunda Pekerjaan Memengaruhi Performa?