9 Dukungan Verbal Untuk Seseorang yang Mengalami Kecemasan
“Sudahlah … jangan lebay, masalahmu hanya sebatas itu. Tidak perlu mendramatisir”
“… yang semangat ya! Gitu aja jangan nyerah dulu.”
“Coba deh kamu lebih rajin ibadahnya.”
“Jangan lembek gitu ah, kapan mau dewasanya!.”
Semoga kita tidak termasuk dalam orang-orang yang berkata demikian kepada teman, kerabat atau pasangan yang mengalami gangguan kecemasan.
Memiliki teman, kerabat, sahabat maupun pasangan dengan gangguan kecemasan sangatlah tidak mudah. Tidak jarang kita merasa bingung harus berbuat apa untuk terus mendukung mereka. Dukungan sosial dari orang-orang terdekat diketahui sangat berpengaruh terhadap mereka yang memiliki gangguan kecemasan. Penting untuk menggunakan kata-kata dan cara yang sesuai untuk menunjukkan empati dan kepekaan kita terhadap mereka yang mengalami gangguan kecemasan. Kata-kata atau bentuk dukungan yang kurang tepat dapat menjadikan pemicu meningkatnya kecemasan hingga hal terburuk seperti putus asa dan menyerah terhadap hidup. Lalu bagaimana sebaiknya kita, sebagai teman atau kerabat berperilaku dan berkata untuk menunjukkan dukungan terhadap seseorang yang mengalami gangguan kecemasan?
Baca juga : Memahami Dampak Kecemasan Bagi Kehidupan di sini.
Berikut ini 9 hal yang dapat kita katakan sebagai bentuk dukungan kepada seseorang yang mengalami gangguan kecemasan.
1. Aku tahu ini berat untukmu”
Tidak ada drama pada seseorang yang mengalami kecemasan. Mereka tidak mengada-ada dan menambah-nambahi kecemasannya hanya untuk mendapatkan perhatian. Seseorang dengan gangguan kecemasan selalu merasa ‘berat’, lelah, dan terkikis dengan kecemasan tersebut. Maka tugas kita adalah memahami dan berempati terhadap mereka bahwa hidup dengan gangguan kecemasan itu tidak mudah.
2. “Take Some Time, It is OK Not to be OK”
Sebagian besar orang-orang yang mengalami kecemasan membutuhkan waktu untuk mengetahui penyebab kecemasan dan menerimanya. Maka dari itu, kita bisa memberikan dukungan berupa jaminan keamanan, kenyamanan dan waktu yang cukup untuk mereka merasa tidak baik. Kita bisa meyakinkan mereka bahwa sebenarnya tidak menjadi masalah jika kita tidak selalu dalam keadaan baik dan berpikir positif. Hal itu tidak menunjukkan bahwa diri kita buruk, akan tetapi memberi kita cukup waktu untuk merasakan emosi yang muncul dalam diri.
3. “Apa yang Bisa Aku Bantu?”
Orang-orang dengan gangguan kecemasan mungkin akan terus mengulangi topik-topik yang banyak membuat mereka merasa takut sekaligus cemas. Di saat seperti ini, yang dapat kita lakukan adalah mendengarkan dengan sabar serta menawarkan bantuan. Misalnya, apa yang mereka butuhkan untuk bisa menjadi tenang, menemani mereka refreshing, memberikan dukungan dan keyakinan bahwa mereka aman dan akan baik-baik saja, atau sesederhana menjadi pendengar kekhawatiran mereka.
Baca juga : Ketika Depresi dan Kecemasan Menyerang Bersamaan di sini.
4. “Aku selalu mendukungmu”
Ada baiknya kita memberi tahu teman, kerabat atau pasangan bahwa kita selalu ada dan mendukungnya dalam keadaan apapun terlebih saat mereka mengalami kecemasan. Sampaikan kepada mereka bahwa kita selalu mendukungnya terlebih ketika mereka memutuskan untuk melakukan konseling atau terapi oleh profesional.
5. “Kamu Sudah Berjuang Keras”
Seseorang dengan gangguan kecemasan cenderung berpikir bahwa dirinya adalah seseorang yang gagal secara pribadi dan sosial. Maka dari itu, kita perlu meyakinkan bahwa seberapapun berat masalah dan pikiran yang bergumul dalam dirinya, dia telah berjuang dengan sangat keras untuk bertahan, melawan dan tidak menyerah pada keadaan. Pastikan bahwa ia yakin dirinya masih memiliki harapan di setiap esok hari.
6. “Aku Yakin Kamu Bisa Mengontrol Kecemasanmu”
Seseorang dengan gangguan kecemasan cenderung melihat sisi negatif dan hal-hal buruk dalam dirinya yang kemudian menutup pandangannya terhadap sisi dan kemungkinan positif. Tugas kita adalah mengingatkannya akan hal-hal yang selama ini tertutupi akibat kecemasannya. Kata-kata seperti “kamu hebat”, “kamu kuat”, “kamu bisa”, terkadang memiliki makna yang sangat berarti ketika seseorang dilanda kecemasan. Hal paling penting adalah meyakinkannya bahwa dia mampu untuk mengontrol dirinya, termasuk kecemasannya.
7. “Pelan-pelan Kamu Akan Membaik”
Penting untuk kita meyakinkan orang-orang dengan gangguan kecemasan bahwa perlahan-lahan ia akan membaik dengan membantunya untuk mengontrol dirinya secara penuh dengan bersikap tenang. Hal itu bisa kita lakukan dengan bersama-sama mengatur nafas secara teratur sehingga diharapkan secara perlahan dia akan dapat mengontrol dirinya kembali dan semuanya akan baik-baik saja.
Baca juga : Cara Mengurangi Kecemasan di sini.
8. “Aku Di sini Untukmu”
Orang-orang dengan gangguan kecemasan sering merasa sendiri karena terkadang mereka merasa tidak ada yang bisa dan mau memahami kecemasannya. Untuk itu, kita perlu memberi tahu mereka bahwa kita ada sebagai support system yang akan selalu ada kapanpun mereka butuhkan. Biarkan teman, kerabat maupun pasangan kita tahu bahwa mereka bisa mengandalkan kita kapan saja tanpa takut akan penghakiman dan penilaian. Yakinkan bahwa tidak ada yang berubah dari cara pandang kita terhadap mereka bahkan setelah mereka menceritakan tentang kecemasannya tersebut
9. “Aku Peduli dan Menyayangimu”
Pada akhirnya yang paling dibutuhkan oleh seseorang dengan gangguan kecemasan adalah sebuah kepedulian, empati dan kasih sayang yang tiada berujung. Yakinkan mereka bahwa kita menyayanginya dan bersedia membersamainya dalam berjuang mengontrol kecemasannya tersebut. Kata-kata dukungan, kepedulian, dan pernyataan kasih sayang sangat berarti bagi seseorang dengan gangguan kecemasan. Untuk itu, jangan ragu mengungkapkannya kepada mereka yang mengalami gangguan kecemasan.
***
Hal terpenting dalam mendampingi dan mendukung seseorang dengan gangguan kecemasan adalah dengan tidak menghakiminya, apapun bentuk penghakiman itu. Kita tidak tahu betapa berat dan lelahnya seseorang yang mengalami gangguan kecemasan. Kita juga tidak tahu kapan dan bagaimana mereka mengalami gangguan tersebut karena gangguan ini berkembang dari hal-hal kompleks, seperti faktor genetik, struktur kimia otak, kepribadian, perilaku sehari-hari dan kejadian-kejadian dalam hidup/trauma. Daripada menghakimi seseorang dengan gangguan kecemasan, alangkah lebih baik apabila kita berempati dan mengedukasi diri tentang gangguan kecemasan sehingga kita bisa memberikan informasi, bantuan dan dukungan yang tepat untuk bisa mengontrol kecemasan tersebut.