CURHAT: Saya Takut Bahagia, Takut Merasa Bersalah dan Menarik Diri dari Lingkungan

Curhat

Saya merasa 3 tahun terakhir ini tidak bersemangat menjalani hidup, terutama ketika terpentok dengan masalah keluarga (perselisihan atau semacamnya). Saya selalu kepikiran mengenai masalah keluarga dan itu sangat mengganggu konsentrasi saya pada hal lain.

Sedikit cerita mengenai keluarga saya: orang tua saya memiliki perbedaan prinsip dan pola komunikasi yang tidak lancar (ibu bekerja di luar negeri sejak 16 tahun yang lalu- 3 tahun sekali pulang, sedangkan ayah di Indonesia sebagai buruh serabutan. Jadi selama itu kurang lebih ibu lah yang menafkahi keluarga), sehingga walaupun mereka masih dalam ikatan pernikahan tetapi tak berbeda dengan dua orang yang berjalan sendiri-sendiri. Keretakan rumah tangga orang tua sebenarnya sudah saya ketahui sejak 13 tahun yang lalu. Sejak saat itu saya sebagai anak pertama merasa berkewajiban untuk bisa mempersatukan ayah dan ibu, namun sampai saat ini saya masih belum bisa melakukannya dan itulah yang membuat saya sering menyalahkan diri. Pun, setiap saya teringat kondisi keluarga saya, entah kenapa dada saya sakit, tenggorokan seperti tercekik, dan air mata turun tak bisa berhenti (Seingat saya hal itu adalah satu-satunya yang bisa membuat saya menangis tersedu). Namun, disaat seperti itu juga saya berusaha menghibur diri dengan pemikiran bahwa diluar sana banyak anak yang mengalami hal yang lebih buruk dari saya. Dan itu membuat saya malu karena terlalu lemah menghadapi ini semua.

Kondisi keluarga itu juga mempengaruhi mental saya dari masa pra-remaja hingga dewasa awal (saat ini). Saya pernah merasakan takut berbuat salah (mythopobia), takut bahagia (cherophobia), menarik diri dari lingkungan, merasa rendah diri, sulit berkomunikasi dengan orang yang baru, sulit (takut) berinteraksi dengan laki-laki, merasa tidak pantas dicintai bahkan takut menjalani pernikahan. Dan puncaknya adalah 3 tahun terakhir – merasa lebih parah 6 bulan terakhir- saya merasa tidak bersemangat untuk hidup (saya membayangkan bunuh diri, tapi bukan berarti saya ingin bunuh diri karena saya masih takut dimurkai Tuhan, saya tidak akan sanggup dibenci Tuhan) dan mengalami beberapa gejala depresi (seperti makan lebih banyak dari sebelumnya tapi tetap lemas tak bertenaga, insomnia karena kepikiran terus, tak suka lama-lama berinteraksi dengan orang lain (kecuali anak-anak), selalu khawatir mengenai masa depan). Sebenarnya saya sudah pernah mengalami seperti ini ketika saya kelas 3 SMA akhir menjelang masuk kuliah. Apa mungkin apa yang saya rasakan ini juga disebabkan kebimbangan di masa quarter life (yang belum stabil)?

Apa yang harus saya lakukan? Apa saya harus move on dari “kewajiban” mempersatukan orang tua dan lebih memilih fokus pada masa depan dan cita-cita saya? Bagaimana cara melupakan masalah “kondisi keluarga” itu? (saya sudah berusaha mensugesti diri untuk melupakannya, tapi bagi saya keharmonisan keluarga sangat penting dan apa yang terjadi pada keluarga saya hingga saat ini seperti sudah melekat menjadi sebuah trauma yang sulit hilang)

Selain itu, di usia saya yang masuk usia menikah, saya masih kesulitan untuk berinteraksi dengan laki-laki. Ada rasa tidak percaya diri dan khawatir dikecewakan-mengecewakan (saya sudah berusaha mensugesti diri kalau dalam sebuah hubungan wajar saja ada fase dikecewakan-mengecewakan. Tapi kekhawatiran itu masih sering datang). Bahkan ketika saya lewat di depan segerombol teman laki-laki pun, saya merasa mereka “tidak tertarik” pada saya. Saya merasa kurang percaya diri di depan mereka karena saya tidak memiliki paras yang “enak dipandang” (meskipun saya sudah berusaha memperbaiki penampilan saya) dan trauma terhadap hubungan laki-laki dan perempuan (yang tergambar dari hubungan ortu saya). Pun ketika berkomunikasi dengan laki-laki, entah kenapa saya seperti membangun tembok yang sangat tinggi. Apa yang harus saya lakukan supaya ketidakpedean dan kekhawatiran saya itu terkikis atau bahkan menghilang?

Mohon saran dan motivasinya. Terima kasih.

Gambaran: Perempuan, 24 tahun, Wiraswasta

Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih atas kepercayaan untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Setelah membaca dan memahami cerita yang Anda sampaikan, saya dapat mengerti bahwa rasanya pasti sungguh tidak nyaman berada di posisi Anda saat ini. Pasti rasanya berat berada di kondisi keluarga yang mungkin tidak sesuai harapan Anda. Di satu sisi ada rasa kecewa, marah, sedih namun di sisi lain Anda juga merasa memiliki tanggung jawab untuk membantu menjaga keutuhan keluarga Anda. Anda juga merasa bingung bagaimana harus bersikap dan menghilangkan segala ketakutan serta kekhawatiran Anda.

Meskipun begitu, perlu Anda ketahui bahwa Anda sudah melakukan usaha terbaik Anda. Bukan masalah jika Anda merasa sedih dan tidak nyaman dengan kondisi saat ini yang Anda alami. Hal tersebut bukan berarti Anda kemudian menjadi seorang yang lemah, akan tetapi hal tersebut menandakan bahwa Anda masih memiliki kepekaan terkait dengan rasa.

Boleh jadi, jika saya yang berada di posisi Anda belum tentu bisa bertahan layaknya Anda saat ini. Namun, perasaan yang Anda rasakan saat ini tentunya bukan untuk dipelihara. Saya sangat mengapresiasi kesediaan Anda untuk bercerita dan mengungkapkan perasaan Anda karena hal ini tentunya tidak mudah. Setidaknya, dengan bercerita saat ini Anda sudah mengambil langkah yang tepat.

Pada usia Anda saat ini, individu akan mengalami fase eskplorasi, ketidakstabilan, fokus terhadap diri, dan ada perasaan bingung kemana harus melangkah. Namun, di sisi lain individu seusia Anda juga memiliki kesempatan untuk mengubah hidup menjadi lebih baik. Menyadari dan menerima bahwa Anda sedang berada pada masa tersebut merupakan salah satu hal yang perlu dilakukan. Sadari dan terima bahwa memang Anda saat ini belum bisa mewujudkan apa yang Anda inginkan, tidak apa-apa. Setelah itu, susun rencana dan usahakan apa yang telah Anda rencanakan. Tentunya bukan hal yang mudah untuk melakukan hal ini, namun bukan berarti tidak bisa. Percayalah bahwa Anda mampu untuk melakukannya asal Anda mau dan siap untuk berubah.

Mengenai kewajiban untuk mempersatukan orangtua sebenarnya hal tersebut merupakan niat yang sangat baik. Akan tetapi, hal ini bukan sepenuhnya tanggung jawab Anda. Tidak ada orang yang menuntut Anda untuk melakukan hal tersebut, kecuali mungkin diri Anda sendiri. Bersatunya kedua orangtua Anda tentunya juga membutuhkan kesiapan dan kemauan dari kedua orangtua Anda. Tidak perlu untuk membebani diri dengan suatu hal yang mungkin tidak sepenuhnya bisa kita lakukan. Lakukanlah hal-hal yang sekiranya sanggup Anda lakukan sesuai dengan kemampuan yang Anda miliki karena setiap orang mempunyai porsinya masing-masing.

Seperti yang telah Anda nyatakan sebelumnya, terkait dengan kekhawatiran Anda untuk menjalin hubungan dengan laki-laki, Anda perlu menguatkan pemahaaman Anda bahwa di dalam hubungan apapun akan selalu ada dua sisi, yakni menyenangkan dan tidak menyenangkan. Dalam setiap hubungan pasti ada pasang surut yang setiap pasangan mengalaminya dan hal itu merupakan hal yang wajar. Namun hal itu bukan berarti menjadi kendala untuk tidak melangkah. Berdamailah dengan diri Anda dan mungkin orang-orang di sekitar Anda yang dirasa memiliki andil sehingga Anda memiliki padangan tersebut. Perlu diingat bahwa jalan hidup masing-masing individu berbeda, sehingga apa yang Anda lihat belum tentu akan Anda alami.

Setiap orang tentunya dikaruniai kelebihan dan kekurangan oleh Tuhan, begitupun Anda. Terkait dengan penilaian Anda terhadap diri Anda, perlu Anda pahami bahwa apa yang Anda pikiranakan secara tidak langsung mempengaruhi penilaian orang lain terhadap Anda. Oleh karenanya, mari mencoba memulai untuk menghargai setiap hal yang Anda miliki. Jangan hanya berfokus kekurangan yang kita miliki, percayalah banyak kelebihan yang ada dalam diri Anda. Dengan demikian, orang lain juga akan belajar untuk menghargai diri Anda.

Berbicara tentang permasalahan yang Anda hadapi, akan lebih baik jika Anda dapat menemui psikolog secara langsung atau bertatap muka. Dengan bertemu dengan psikolog, Anda akan memiliki kesempatan untuk menceritakan hal-hal yang mungkin belum sempat Anda ceritakan di sini. Di samping itu, Anda akan didampingi untuk belajar mengelola pikiran dan perasaan yang dimiliki. Harapannya, dengan belajar mengelola pikiran dan perasaan yang Anda miliki, nantinya Anda juga dapat mengelola perilaku Anda dengan baik. Anda bisa mencoba mendatangi rumah sakit daerah terdekat atau layanan psikologi yang ada di Fakultas Psikologi kampus terdekat.

Jika Anda belum berkesempatan untuk bertemu dengan psikolog secara langsung, Anda dapat mencoba beberapa hal yang membantu Anda menuangkan emosi yang sedang Anda rasakan. Anda dapat memulai dengan menuliskan hal-hal yang Anda syukuri setiap harinya, sekecil apapun. Selain itu, Anda bisa mencoba untuk menuliskan kelebihan dan kekurangan yang Anda miliki sehingga tampak jelas tidak hanya ada dalam pikiran Anda.

Meskipun tampaknya tidak besar, namun menulis terbukti dapat membantu memetakan pikiran dan perasaan yang mungkin sedang Anda rasakan dengan lebih jelas. Jika sekiranya masih ada hal-hal yang perlu untuk dibagi terkait dengan permasalahan ini, Anda berkesempatan sekali lagi untuk bercerita kepada Pijar Psikologi. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Terima kasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

9 Dukungan Verbal Untuk Seseorang yang Mengalami Kecemasan

Next
Next

Mengobati Luka Batin dengan Memaafkan Diri Sendiri