Body-Shaming dan Cara Mengatasinya

“Eh kok gendutan sih?”

“Kayaknya kamu harus diet deh biar langsing”

“Kamu iteman ya sekarang?”

Komentar-komentar itu tak jarang kita temui atau terjadi pada diri kita ketika sedang berada dalam pertemuan keluarga, reuni sekolah, atau situasi-situasi sosial lainnya. Mengkritisi bentuk tubuh atau penampilan seseorang telah menjadi hal yang wajar yang dapat kita temui dalam media sosial bahkan dalam lingkungan orang-orang terdekat. Fenomena ini dinamakan body-shaming.

Body Shaming is Not OK

Body-shaming adalah suatu perilaku mempermalukan seseorang dengan memberikan komentar atau kritik negatif tentang tampilan tubuhnya. Body-shaming yang dilakukan oleh orang-orang terdekat sering kali masih dianggap sebagai wujud kepedulian agar korban body-shaming lebih termotivasi untuk memiliki tubuh “bagus”, “tampan” atau “cantik” yang sesuai dengan standar masyarakat. Sebaliknya, body-shaming dapat memberikan dampak negatif dalam kehidupan korban, meskipun dilakukan dengan cara yang paling halus sekalipun. Karena, tidak semua orang bisa menerima komentar dan body-shaming sebagai hal yang biasa dan wajar.

Salah satu dampak negatif yang ditimbulkan dari body-shaming adalah rasa malu. Perasaan malu yang dialami oleh seseorang akan membuat ia selalu memandang dirinya kurang. Dalam penelitian lain, ditemukan bahwa body-shaming berhubungan dengan gangguan depresi dan gangguan makan yang terjadi pada para remaja perempuan. Pada bulan November 2016, seorang remaja Texas bernama Brandy Vela melakukan tindakan bunuh diri setelah mengalami body-shaming karena bentuk tubuhnya. Dapat kita bayangkan bagaimana body-shaming memiliki dampak yang sangat buruk bagi orang lain.

 Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Berikut ini adalah hal-hal yang dapat kita lakukan ketika kita mengalami body-shaming:

1. Memilih dengan bijak ruang sosial media yang kita ikuti.

Ketika seseorang mengalami body-shaming, ia akan cenderung mem’follow’ akun-akun sosial media yang berhubungan dengan “penurunan berat badan”, “mendapatkan tubuh langsing dan ideal”, atau “membuat kulit terlihat cerah”. Usaha-usaha tersebut bukanlah sesuatu yang negatif, namun apabila kita ingin belajar untuk menerima diri sendiri maka kita perlu melihat suatu hal dengan cara yang lebih positif.  Salah satu cara untuk memotivasi diri agar bisa menerima diri sendiri adalah dengan mengikuti akun-akun media sosial yang mendorong kita untuk memiliki pandangan yang lebih positif pada diri kita sendiri.

2. Belajar untuk mencintai diri sendiri

Ketika kita berolahraga atau melakukan diet, kita cenderung berpikir bahwa semua ini kita lakukan agar kita terlihat lebih cantik, lebih tampan, lebih menarik dan sebagainya. Ada baiknya kita mulai menumbuhkan mindset untuk menerima dan mencintai diri kita. Selalu tanamkan bahwa “Aku berolahraga dan makan makanan yang bergizi karena aku peduli dengan kesehatan diriku sendiri”. Dengan begitu, kita akan lebih bersyukur, menerima, dan mencintai diri.

3. Ekspresikan apa yang kita rasakan

Ketika kita mendapatkan body-shaming dari orang lain kita cenderung mengabaikannya, meskipun mungkin sebenarnya kita merasa sakit hati. Dalam hal ini kita bisa mencoba untuk “speak up”. Ceritakan secara personal terhadap pelaku tentang apa yang kita rasakan ketika ia mengomentari tubuh kita. Dengan demikian, kita tidak hanya melindungi diri kita namun kita juga berkontribusi untuk menyuarakan bahwa “Body shaming is not OK”.

4. Keluarlah dari “tempat persembunyian”

Saat kita mengalami body-shaming seringkali kita merasa jelek, tidak cantik, bahkan kita berasumsi orang-orang akan membicarakan bentuk tubuh dan mengejek kita, sehingga kita memilih untuk “bersembunyi”. Dalam hal ini kita bisa mendorong diri kita untuk melangkah ke luar dari zona nyaman dan berada di tengah-tengah orang di sekitar kita. Apa yang kita pikirkan belum tentu terjadi, sehingga kita perlu mencoba dan melihat bagaimana reaksi orang-orang di sekitar dengan kehadiran kita. Ingatlah selalu bahwa sikap, perilaku, dan kepribadian kitalah yang memiliki peranan penting dalam impresi orang lain terhadap kita.

5. Temukan sisi positif dari dirimu

Ketika ditanya mengenai apa kelebihan dan kelemahanmu, kita cenderung memberikan lebih banyak daftar kelemahan daripada kelebihan yang kita miliki. Cara paling sederhana agar kita lebih bisa berpikir lebih positif tentang diri kita adalah dengan menuliskan apa saja kelebihan yang kita miliki. Setiap malam tuliskan pada selembar kertas 3 hal yang kita sukai tentang diri kita. Ketika kita bangun di pagi hari, baca kembali apa yang telah kita tuliskan itu. Kemudian, sebelum tidur tambahkan lagi 3 hal yang kita sukai tentang diri kita. Latihan ini dapat membuat kita lebih menyadari kelebihan yang kita miliki, sehingga kita merasa lebih bersyukur terhadap diri kita sendiri.

Artikel ini adalah sumbangan tulisan dari Ester Bangun Regianis, seorang sarjana psikologi dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Saat ini Ester telah bekerja menjadi guru pendamping anak berkebutuhan khusus di sebuah sekolah inklusi swasta di Surabaya. Ester juga aktif sebagai relawan dalam pengembangan karakter bagi anak-anak dan remaja yang tinggal di salah satu daerah pinggiran di Surabaya. Ester sangat antusias dengan isu terhadap anak-anak berkebutuhan khusus dan permasalahan remaja. Anda dapat menguhubungi Ester di akun:

Instagram (@esterregi)

Website (https://esterregi.blogspot.com)

 

 

 

Let others know the importance of mental health !

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

CURHAT: Bagaimana Caranya agar Saya Bisa Terlepas dari Judi dan Lilitan Hutang?

Next
Next

Benarkah Orang dengan Gangguan Mental Berbahaya?