CURHAT: Apakah Keinginan Saya Meninggalkan Pacar yang Egois Adalah Keputusan Tepat?

Curhat

Saya sudah berpacaran dengan seorang wanita selama 10 bulan. Kami berdua mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing tentunya. Namun ada satu sifat dari dia yang saya tidak suka yaitu sulit dinasehati. Misal dia terbukti melakukan kesalahan saya selalu nasehati dan berusaha untuk tidak marah tapi dia malah marah balik ke saya dengan alasan yang kadang tidak jelas.

Kadang suka minta maaf tapi kadang minta maaf dengan nada tidak ikhlas. Berbeda dengan dia, jika saya melakukan kesalahan saya selalu berusaha minta maaf dengan tulus bahkan kadang memberikan sesuatu untuk membujuk dia supaya memaafkan saya. Sampai pada akhirnya sewaktu malam hari kita saling bertelepon, lalu dia minta saya bernyanyi dan sempat saya tolak beberapa kali karena alasan malu sedang banyak orang. Telepon pun dia matikan dan waktu itu juga saya inisiatif langsung telepon lagi dan menuruti apa maunya dia, tapi malah di-reject terus. Akhirnya saya tanya lewat pesan Whatsapp sekaligus suruh dia angkat telponnya buat dengerin saya nyanyi. Tapi dia bilang udah terlanjur bete dan gak mau. Akhirnya saya kirim nyanyian saya lewat VN (voice note) tapi tetap saja dia gak menerima dan bilang kalau dia pengennya tadi bukan sekarang padahal baru beberapa menit berlalu.

Akhirnya saya dengan tulus minta maaf dan mengakui kesalahan. Awalnya cuma di-read saja, kedua kali saya minta maaf tapi masih di-read saja. Akhirnya besoknya kebetulan tgl 20 yang merupakan tanggal jadian kita. Seperti biasa saya ngucapin dengan panjang lebar. Tapi sungguh sakit hati ketika pesan saya itu juga hanya di-read saja. Yang ada di pikiran saya kenapa hanya dengan kesalahan kecil saja dia bisa semarah itu sama saya sampai mengabaikan hari jadi kami berdua. Saya marah, saya merasa gak dihargai, saya kecewa, kenapa saya harus selalu mentolerir setiap kesalahan dia sedangkan saya salah sedikit dan sudah minta maafpun kelihatannya sudah melakukan hal besar. Pesan terakhir saya ke dia ucapan anniversary tadi, sesudah itu saya tidak menghubungi dia lagi karena dia mengabaikan saya duluan dan saya pun bisa seperti dia. Bukan dendam, tapi saya merasa lelah,ini bukan pertama kali tapi yg bikin saya berhenti ketika dia tidak menghargai hubungan kita. Saya tekadkan dalam diri saya buat pergi dari kehidupan dia karena merasa tidak cocok namun saya tidak akan mengucapkan putus duluan.

Pertanyaannya

Apakah yang saya lakukan sudah tepat dengan pergi meninggalkan wanita seperti itu?

Perasaan saya tentunya sedih, kangen dan kehilangan. Tapi logika saya selalu bilang apa yang saya lakukan itu sudah betul.

Gambaran: Laki-laki, 20 tahun, Wiraswasta

Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih atas kepercayaannya bercerita kepada Pijar Psikologi.

Dari cerita yang kamu sudah kamu bagikan kepada kami, saya sangat memahami bahwa saat ini kamu sedang merasa dilema dalam menyikapi hubungan dengan pasangan kamu. Saya juga bisa merasakan bahwa selama berhubungan, kamu cukup bijak menyikapi pasangan kamu yang sedikit banyak masih menggunakan egonya yang tinggi. Kamu juga selalu berusaha agar hubungan yang dijalani tetap berjalan dengan baik sehingga setiap kali kamu melakukan kesalahan, kamu lebih bisa menurunkan ego dengan meminta maaf, mengakui kesalahan bahkan hingga memberikan barang agar dia bisa membaik. Seringkali dalam berhubungan, ada harapan kita juga mendapatkan perlakukan yang sama dari pasangan. Minimal egonya bisa sedikit diturunkan agar masalah bisa diselesaikan. Sudah berusaha secara terus menerus untuk menurunkan ego tetapi pasangan tidak memberi penghargaan tentu rasanya sangat melelahkan sekaligus menyakitkan. Ada perasaan tidak dihargai, kecewa, marah, bahkan sedih campur aduk menjadi satu. Namun, di sisi lain tetap ada perasaan sayang dan tidak rela untuk kehilangan orang yang disayangi.

Sebelum saya memberikan pendapat saya, ada satu hal yang secara jujur ingin saya apresiasi dari sikap kamu. Kamu memilih bersedia menceritakan masalah kamu, hingga meminta pertimbangan orang lain agar nantinya keputusan yang akan kamu ambil bisa lebih bijak, saya rasa tidak semua orang bisa melakukan hal itu. Hal tersebut menunjukkan kamu sudah lebih matang dalam mengambil tindakan.

Dalam menjalin hubungan, dinamika yang terjadi bisa bermacam-macam. Adanya konflik dalam hubungan merupakan hal yang normal dan biasa terjadi karena ketika mampu melewati konflik tersebut, maka harapannya hubungan tersebut akan terus bertumbuh dan makin kuat. Justru ketika hubungan berjalan baik-baik saja tanpa ada permasalahan, maka hubungan tersebut perlu dipertanyakan. Hubungan yang sehat adalah hubungan yang saling memberi dukungan dan memelihara satu sama lain. Hubungan sehat ini memiliki ciri-ciri seperti adanya rasa kasih sayang, rasa aman, kebebasan dalam berpikir, saling peduli dan menyayangi, serta menghormati perbedaan pendapat yang ada.

Namun, beberapa orang seringkali tidak menyadari bahwa di dalam hubungan yang dijalani, terdapat hubungan yang tidak sehat. Hal ini sering dinamakan toxic relationshipToxic relationship adalah hubungan yang tidak menyenangkan bagi diri sendiri atau orang lain. Hubungan ini juga akan membuat seseorang  merasa  lebih  buruk. Ciri-ciri toxic  relationship antara lain merasa tidak aman, ada kecemburuan, keegoisan, ketidakjujuran, sikap merendahkan, memberi komentar negatif dan mengkritik. Seseorang yang terjebak dalam toxic relationship dapat menyebabkan terjadinya konflik batin dalam diri. Konflik batin ini akan mengarah pada amarah, depresi, atau kecemasan. Pada intinya, toxic relationship menyebabkan mereka yang terlibat di dalamnya kesulitan untuk hidup produktif dan sehat secara fisik maupun psikologis. Menjalani hubungan dengan orang lain secara dekat menjadi kebutuhan sosial setiap manusia. Akan tetapi, bukan berarti membiarkan diri terjebak dengan orang yang salah. Membiarkan diri terjebak dalam toxic relationship bukanlah sebuah keputusan yang bijak dalam menjalani kehidupan. Hal ini sama saja seperti melupakan untuk menyayangi diri sendiri.

Dari penjelasan di atas, saya ingin mencoba memberi pemahaman terkait adanya toxic relationship yang kemungkinan terjadi pada hubungan yang sedang kamu jalani. Perlu kamu pahami juga, orang yang memiliki sikap egois itu menunjukkan bahwa kemungkinan dirinya sedang bermasalah. Hanya saja dia bingung untuk menyelesaikannya. Namun, sebagai manusia biasa wajar ketika kita belum bisa sepenuhnya bijak menyikapi orang yang seperti itu. Adanya sikap egois yang berlebihan dari pasangan hingga pasangan yang lain merasa tidak dihargai menjadi salah satu tanda bahwa ada yang keliru dan perlu dibenahi dalam hubungan tersebut agar bisa lebih sehat serta kedua belah pihak bisa sama-sama merasa nyaman. Nah, sekarang pertanyaannya adalah apakah keputusan yang kamu pilih tepat dengan pergi meninggalkan wanita seperti itu? Kamu tentu paham bahwa setiap pilihan itu pasti ada resikonya. Ketika memilih untuk meninggalkan, resikonya mungkin akan merasa kehilangan, sedih, perlu usaha yang lebih untuk bangkit lagi dan tentunya akan menghilangkan kesempatan untuk memperbaiki hal-hal yang keliru. Namun, positifnya mungkin merasa lebih bebas, tidak terus-terusan merasa kecewa, sakit hati, maupun merasa tidak dihargai. Di lain sisi, ketika memilih untuk bertahan, resikonya juga kemungkinan besar ada yakni misalnya perlu lebih sabar, lebih siap ketika sewaktu-waktu egonya kembali kambuh. Positinya, kamu bisa belajar lagi untuk memahami pasangan kamu serta lebih bijak menyikapinya. Misalnya, kalau merasa tidak nyaman dengan sikap dia yang terlalu egois dan kurang bisa menghargai hubungan, coba lebih terbuka dan dikomunikasikan lagi dalam keadaan tenang agar sama-sama saling paham. Jika kemarin sudah dicoba untuk menasehati, mungkin perlu dievaluasi lagi cara menasehatinya agar dia lebih bisa menerima.

Menghadapi pacar yang egois memang sering membuat kita makan hati. Sampai pada batas tertentu, pasti akan terbesit keinginan mengakhiri. Tetapi, jangan tergesa-gesa mengambil keputusan, apalagi jika sebenarnya dia benar sayang padamu, hanya tidak tahu bagaimana caranya untuk tidak selalu memikirkan dirinya sendiri. Jika kamu juga menyayanginya, kamu bisa mengurangi ke-egoisannya itu dengan menunjukkan bagaimana caranya jadi pacar yang tidak egois. Dicoba dulu sebelum kamu benar-benar memilih menyerah, ya. Sekali lagi, keputusan akan seperti apa ada di tangan kamu. Semangat!

Terima kasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Direktori Psikologi: Gangguan Pedofilia

Next
Next

Antara Tuntutan dan Harapan: Beban Emosional Seorang Anak Pertama