CURHAT: Haruskah Saya Bertahan dengan Pasangan yang Tidak Saya Cintai?
Curhat
Dulu saya menikah muda karena pasangan saya hamil di luar nikah. Dan sebenarnya awal mula dulu hanya main-main dan tidak ada perasaan sama sekali. Sampai saat ini saya berusaha untuk mencintai pasangan saya tetapi belum bisa. Sudah hampir 7 tahun saya berusaha untuk mencintainya karena saya tidak mau anak saya menjadi anak yang berasal dari keluarga broken home. Tetapi sekarang saya sudah tidak bisa menahan lagi, saya sudah berbicara dengan keluarga saya. Orang tua saya tetapi tidak mendukung saya untuk mengambil keputusan pisah dengan pasangan saya. Akhirnya anak dan istri pulang ke rumah orang tua istri saya dan saya di rumah. Saya bertemu mereka hanya saat hari Minggu, ketika mereka pulang ke rumah saya. Perubahan yang saya harapkan, apakah saya harus mengikuti kata orang tua untuk bertahan dengan pasangan yang tidak saya cintai atau dengan berpisah tetapi tetap mengasuh anak kami?
Mohon solusinya. Terimakasih
Gambaran: Laki-laki, 25 tahun, Pegawai Swasta
Jawaban Pijar Psikologi
Terimakasih atas kepercayaannya untuk bercerita di Pijar Psikologi.
Berdasarkan cerita yang telah kamu tuliskan, saya mencoba memahami bahwa kamu mungkin sedang bingung langkah apa yang sebaiknya dilakukan karena di lain sisi ada anak yang menjadi pertimbangannya ya.
Sebagai orangtua, pasti kita menginginkan yang terbaik bagi anak. Namun, terkadang kita belum tentu berpikir apakah yang kita pilih sudah pasti baik atau perlu ada hal yang harus diperbaiki dalam hubungan berkeluarga. Setiap pilihan yang akan kamu ambil memiliki risikonya masing-masing. Keputusan tersebut kembali lagi kepadamu dan pasangan untuk memilih mana yang terbaik untuk kalian berdua.
Rasa cinta kasih dan benci itu sebenarnya juga dapat kita bangun sendiri. Kitalah yang menentukan perasaan kita saat ini kepada orang lain. Apakah itu termasuk membohongi diri sendiri? Tidak, tapi itu merupakan proses dari menanamkan untuk memunculkan perasaan itu sendiri. Kebanyakan individu yang tidak menyukai orang lain karena orang tersebut tidak sesuai dengan konsep yang terbangun dari pemikirannya saat memandang orang lain. Sehingga pola pikirlah yang perlu diubah untuk dapat mengubah konsep kita terhadap orang lain.
Ketika kamu dekat pertama kali dengan istri bukankah ada perasaan suka, meskipun kamu sempat mengatakan tidak berdasarkan cinta ketika bersamanya? Itulah yang perlu dipertanyakan kembali, mengapa perasaan itu bisa muncul ataupun hilang. Diskusikanlah dengan pasanganmu, agar dapat saling mengerti dan memahami satu sama lain.
Cobalah untuk mengingat kembali, hal baik apa yang bisa kamu dapatkan darinya selama bersama. Kemudian, cobalah lihat apa kelebihannya yang mungkin belum tentu orang lain miliki karena pada dasarnya setiap orang memiliki kelebihan yang belum tentu orang lain miliki. Begitupun dengan pasangan kita saat ini.
Ketika memilih untuk berpisah, tetap harus ada komunikasi yang baik terjalin antara mantan suami ataupun istri. Anak dapat diasuh bersama-sama sesuai dengan kesepakatan. Yang terpenting komunikai antara orang tua dan anak harus tetap terjalin, tidak hanya membicarakan tentang kebutuhan finansial atau fisik saja, tetapi juga kondisi emosional. Seperti halnya menanyakan bagaimana mereka berteman dengan temannya, hal apa yang mereka sukai dan tidak sukai di lingkungan mereka, sehingga orangtua paham apa yang sedang terjadi pada anaknya.
Berbicara dari hati ke hati antara orangtua dan anak. Menanyakan bagaimana perasaan mereka dan mengungkapkan perasaan kamu serta pasangan kepada anak juga perlu dilakukan. Hal ini agar anak paham kenapa orangtuanya berpisah dan kenapa itu dilakukan.
Keputusan sepenuhnya kembali kepada dirimu dan pasangan.Kalianlah yang menjalankan kehidupan kalian sendiri, bukan orang lain. Carilah orang atau pihak yang dapat menjadi penengah dalam hubungan kamu dan pasangan. ☺
Semoga apa yang saya sampaikan dapat bermanfaat untukmu dan membuatmu merasa lebih baik dari sebelumnya. Tetaplah untuk semangat dan melanjutkan kehidupan yang penuh dengan harapan baru.
Terima kasih telah berbagi.
Salam,
Pijar Psikologi.