CURHAT: Saya Merasa Down Ketika Rekan Kerja Saling Bersosialisasi Tanpa Melibatkan Saya

Curhat

Saat-saat ini di pikiran saya adalah saya merasa sangat kesepian. Saya berpikir bahwa orang-orang sudah mulai menjauhi saya. Saya pikir orang-orang di sekitar saya, dari teman dekat, teman kantor, keluarga besar sudah mengabaikan saya. Tidak menganggap saya penting. Saya membosankan. Saya tidak bisa berbicara. Saya tidak mampu berkomunikasi dengan baik. Saya dihindari oleh orang-orang di sekitar saya.

Perasaan saya belakangan ini sangat sedih. Saya tidak memiliki gairah atau semangat dalam melakukan apapun. Saya memiliki perasaan takut yang besar ketika pergi berangkat ke kantor. Perasaan saya sangat sedih, merasa sangat kesepian. Saya merasa saya sebagai pecundang. Orang yang tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik. Saya merasa tidak bisa fokus atau konsentrasi dalam pekerjaan. Saya merasakan hampa. Saya tidak bisa memahami instruksi pekerjaan saya dengan cepat, saya merasa otak saya bekerja dengan lambat.

Sebenarnya saya sudah merasa bahwa saya memiliki fobia sosial sejak saya SMA. Saya memiliki latar belakang orang tua yang tuna rungu dan tidak berpendidikan. Saya merasa kurang mendapat didikan dan asuhan dari orang tua saya dengan baik sejak saya masih kecil. Sejak SMA saya mulai tinggal di asrama dan saya mulai menyadari banyak ketertinggalan saya. Sejak dari situ saya selalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentang saya. Saya merasa orang-orang merendahkan saya tanpa saya sadari. Teman-teman saya mungkin mencemooh saya tanpa saya sadari. Saya mulai berpikir bagaimana saya harus berbicara, berperilaku, bertindak, dsb, agar saya disukai orang-orang di sekitar saya.

Saya merasa cukup tertekan sepanjang hidup saya. Dan saya semakin tertekan ketika saya telah selesai melaksanakan tugas belajar D4 saya setelah 1,5 tahun dan kembali bekerja di unit saya. Saya merasa syok dan tertekan sekali. Saya tidak bisa beradaptasi atau membaur dengan rekan kerja saya. Rekan kerja saya sekarang sudah saya kenali sejak sebelum saya tugas belajar, namun bukan dalam satu unit kerja yang sama. Sekarang saya ditempatkan di unit kerja yang berbeda dari sebelumnya. Saya tidak berani bicara, tidak berani ikut obrolan rekan kantor saya. Saya jadi sangat pendiam dan kaku. Setiap pagi saya cemas dan begitu berat untuk berangkat ke kantor.

Saya takut setiap pagi jika harus ke kantor sejak saya kembali bekerja setelah tugas belajar. Saya merasa down ketika rekan kerja begitu ramai berbincang tanpa saya terlibat di dalamnya. Saya merasa down ketika saya ditolak oleh teman-teman dekat saya untuk hanya sekadar makan bersama atau jalan bersama.

Saya berharap saya bisa kembali seperti saya dulu sebelum tugas belajar. Saya berharap saya tidak takut untuk ke kantor, saya berharap saya senang dan bersemangat untuk bercengkrama dengan rekan kantor. Saya berharap saya bisa menjaga hubungan pertemanan saya dengan baik. Saya berharap saya bisa ceria setiap saat dan antusias dalam bersosialisasi dan bekerja. Saya ingin berhenti dari rasa sedih dan ketakutan yang tidak ada habisnya ini. Tolonglah saya.

Gambaran: Laki-laki, 26 tahun, Pegawai Negeri Sipil

Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih atas kepercayaan kamu untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Berada di posisimu, kamu pasti merasa berat dan tentu terbebani sekali ya rasanya menjalani hari-harimu dengan perasaan dan pikiran bahwa semua orang disekitarmu seperti mengabaikanmu. Ketika kamu berpikir seperti itu, tentu kamu akan bertanya-tanya mengapa hal itu bisa terjadi.

Mungkin kamu sudah berusaha untuk bisa menjawab alasan dibalik itu semua terjadi, tetapi biasanya ketika seseorang sedang mengalami hal yang sama seperti kamu, mereka akan cenderung untuk melihat jawaban di dalam dirinya sendiri. Hal itu bisa menyebabkan seseorang mulai melihat bahwa kesalahan ada pada dirinya dan kemudian memberi label pada diri sendiri. Kurang lebih hal inilah yang terjadi pada diri kamu.

Kamu menganggap bahwa kamu adalah orang yang penuh dengan segala kekurangan sehingga orang-orang menghindari kamu. Saya sangat bisa memahami bahwa ketika seseorang tidak menemukan jawaban pada orang lain, kita cenderung akan menyalahkan diri kita sendiri. Dengan kondisi yang saat ini sedang kamu hadapi, saya sangat mengapresiasi sekali karena, meskipun kamu telah mengkonsultasikannya kepada psikolog tapi kamu kembali mengkonsultasikan hal ini kepada kami. Saya menganggap bahwa hal itu menandakan adanya tekad, keberanian, dan sikap gigih untuk segera menyelesaikan permaslahan yang kamu hadapi saat ini.

Perasaan sedih, tidak ada gairah dan semangat dalam melakukan apapun, rasa takut yang berlebih yang kamu alami bisa dialami siapa saja yang mungkin sedang menghadapi berbagai tekanan. Hal itu biasanya dialami sebagai dampak dari permasalahan-permasalahan yang belum atau tidak terselesaikan atau dalam kajian psikologi dikenal dengan istilah ​unfinished bussiness. Unfinished business terjadi ketika kita masih merasa tidak nyaman dengan peristiwa yang telah berlalu. Ada yang mengatakan bahwa perasaan bersalah, malu, sedih dan penyesalan yang muncul saat mengingat peristiwa dulu merupakan tanda adanya ​unfinished business dalam kehidupan.

Kamu sempat menyatakan bahwa kamu memiliki phobia sosial sejak SMA karena latar belakang kamu menyebabkan kamu merasa banyak tertinggal dengan yang lain. Hal ini membuat kamu menjadi rendah diri atau minder terhadap orang-orang di sekelilingmu. Itu sangat mungkin terjadi, terlebih lagi kamu mengatakan bahwa kamu merasa kurang mendapat pendidikan yang layak dari orang tuamu.

Walaupun disini saya kurang bisa menilai apakah hal-hal tersebut benar terjadi atau itu hanya akibat rasa minder karena kamu memiliki kondisi yang berbeda dengan teman-temanmu yang lain. Penilaian tentang kondisi pendidikan yang layak atau tidak mungkin akan berbeda definisinya antara satu orang dengan yang lainnya. Mungkin ​unfinished business yang kamu alami bisa jadi karena kondisi sewaktu kamu menempuh sekolah yang masih belum bisa kamu terima sepenuhnya. Mungkin ada perasaan di dalam dirimu bahwa semua yang terjadi saat ini karena kondisimu yang ‘berbeda’ dengan temen-teman yang lain, sehingga kamu memiliki perasaan-perasaan negatif yang kamu sebutkan sebelumnya.

Memang kita sebagai manusia tidak ada bisa menyalahkan kondisi hidup kita, terlebih lagi jika harus mempersalahkan mengapa kita hidup dengan kondisi seperti itu. Setuju atau tidak, apapun yang kita alami di masa lalu akan mempengaruhi kehidupan kita selanjutnya, sehingga kita perlu bijak dalam menilai semua hal yang terjadi dalam hidup kita. Termasuk kehidupan yang kamu alami.

Sebut saja jika memang kondisi orangtua kamu yang terbatas menyebabkan kamu tidak mendapat pendidikan yang layak. Hal ini kemudian menyebabkan kamu tertinggal dengan teman-teman yang lain. Ini adalah akar yang membuat kamu menjadi pribadi yang tidak percaya diri, malu, dan merasa rendah diri. Secara manusiawi saya sangat memahami bagaimana hal tersebut menjadi suatu hubungan sebab-akibat, namun apakah kamu akan membiarkan dirimu dipenuhi dengan perasaan dan pikiran negatif tersebut yang mungkin itu hanya akan semakin menyakiti diri sendiri?

Bila terlalu berfokus dengan kondisi pahit di masa lalu, maka mungkin kamu akan lupa untuk meniti langkah hidup selanjutnya. Akan menjadi lebih baik jika kamu mampu mengubah pandangan itu semua. Kamu bisa memulai melihat kondisi di masa lalu sebagai suatu pelajaran berarti untuk semakin kuat bertahan. Baik atau buruknya pandangan kita terhadap masa lalu, tergantung pada cara kita menilai dan memaknai peristiwa itu.

Tentu itu semua memang membutuhkan proses dan waktu. Tapi saya rasa kamu telah mencoba untuk bertahan dan berusaha untuk mengubahnya. Ditandai dengan kamu yang mampu menyelesaikan tugas belajar dan saat ini telah menjadi Pegawai Negeri Sipil. Walaupun kamu menyatakan bahwa kamu tertekan dengan tugas belajar dan pekerjaanmu, tetapi kedua hal itu adalah ​pencapaian yang luar biasa dengan kondisimu yang seperti itu kamu tetap bisa mencapainya.

Terkadang setiap orang perlu menghargai pencapaian yang telah didapatkan walaupun itu kecil atau mungkin tidak begitu terlihat tetapi seseorang bisa tumbuh dan berkembangn dengan cara menghadai dirinya sendiri. Rasa penghargaan terhadap diri sangat dibutuhkan ketika kita merasa tidak orang yang menghargai kita. Jika kitapun tidak mau menghargainya, lalu bagaimana pikiran dan perasaan positif itu bisa tumbuh di dalam diri kita.

Saya sangat yakin kamu adalah orang yang gigih, kuat dan mampu bertahan walau dalam situasi tertekan sekalipun. Ingatlah bahwa kita juga perlu mencintai diri kita secara tulus tanpa perlu memikirkan bagaimana sikap orang lain terhadap kita. Hal itu mungkin akan bisa membantumu untuk kembali bersemangat menjalani hari-harimu dan kamu akan bisa kembali bisa menjalin hubungan dengan baik dengan orang lain entah itu keluarga, rekan kerja atau teman yang lainnya. Semoga sedikit informasi yang diberikan bisa memberikan manfaat untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Terima kasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Celebrity Worship Syndrome : Fans Akan Melakukan Apapun Demi Idolanya

Next
Next

Muscle Dysmorphic Disorder: Laki-laki pun Bisa Punya Obsesi Bentuk Badan