CURHAT: Saya Merasakan Terlalu Banyak Emosi dan Ini Membingungkan

Curhat

Halo Pijar Psikologi!

Saya baru saja putus cinta. Setiap mengalami patah hati seperti ini, rasanya saya juga mengalami depresi. Meskipun ini hanya dugaan saya pribadi, tidak bisa dipungkiri bahwa saya beberapa kali memiliki pemikiran untuk melakukan bunuh diri (suicidal thoughts). Bisa jadi ini hanya perasaan patah hati yang berlebih memang. Tetapi jika ini hanya perasaan patah hati berlebih, dulu ketika saya merasa tertekan dan tidak tahu harus melakukan apa, pemikiran bunuh diri ini bahkan sudah saya realisasikan menjadi aksi dengan melakukan cutting. Saya seperti Eddie Brock yang berada di film “Venom” yang dirasuki oleh “Symbiote”. Sejujurnya saya tidak bisa menceritakan amarah, kesedihan, kecemasan, dan kebingungan yang saya rasakan ini kepada orang tua dan juga teman-teman. Saya takut mereka akan melihat saya sebagai orang yang berbeda dan memerlukan perhatian lebih. Saya benci ketika ada orang yang memperlakukan saya berbeda.

Gambaran: Laki-laki, 20 Tahun, Pelajar/Mahasiswa.


Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih karena telah mempercayakan Pijar Psikologi untuk menjadi tempatmu berbagi cerita. Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga kamu merasa jauh lebih baik sekarang.

Kami menghargai usaha kamu untuk terbuka mengenai permasalahan yang dihadapi terkait dengan kehidupan kamu. Kamu adalah orang yang kuat. Rasanya tidak mudah menghadapi permasalahan yang kamu alami seorang diri sehingga terkadang mungkin kamu ingin untuk menyerah. Ditambah lagi, kamu merasa bingung mengenai apa yang harus kamu lakukan dalam hidup, ketika rasanya sulit untuk percaya kepada orang lain.

Berdasarkan cerita yang disampaikan, sepertinya kamu merasa sedih, galau dan marah, tanpa kamu mengetahui sebab pastinya. Munculnya perasaan-perasaan tersebut mungkin membuat kamu merasa bingung dan tidak nyaman. Hal tersebut sangatlah wajar. Merasakan berbagai perasaan dalam satu waktu bukan berarti kamu lemah. Kami bangga dengan usahamu untuk bangkit mencari bantuan. Usaha tersebut menandakan bahwa kamu menyadari tentang adanya kebutuhan untuk bertumbuh dan memperbaiki diri.

Memiliki berbagai perasaan yang beragam dalam satu waktu seperti itu tentu tidak nyaman. Tidak apa-apa. Kamu tidaklah sendiri. Banyak orang-orang yang pernah atau sedang merasa seperti itu. Namun, ketika kecenderungan sikap itu justru membuat kamu tidak nyaman, maka mungkin ini saatnya untuk melakukan evaluasi diri. Evaluasi diri bertujuan untuk menemukan alternatif solusi yang positif, memahami diri sendiri dan lebih membuat Kamu nyaman.

Beberapa pertanyaan berikut, semoga dapat menjadi pemantik bagimu untuk mulai mengevaluasi diri:

  1. Sebetulnya, saat ini seberapa kuat perasaan-perasaan seperti rasa sedih, galau, marah dan lain sebagainya itu hadir? (Beri nilai dari 0-100, 0 berarti tidak kuat dan 100 berarti sangat kuat)

  2. Kira-kira sejak kapan perasaan-perasaan tersebut muncul?

  3. Kemudian, apa saja yang mungkin menjadi penyebab munculnya perasaan-perasaan tersebut?

  4. Apa yang saya pikirkan ketika merasakan perasaan-perasaan tersebut?

  5. Apa saja ya pengaruh atau efek samping dari perilaku saya itu?

  6. Kemudian, hal-hal apa saja yang mungkin dapat saya lakukan ketika merasa perasaan tersebut?

Selanjutnya, mari meluangkan waktu yang nyaman bagi diri sendiri. Kemudian boleh menuliskan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas dalam secarik kertas, untuk memudahkanmu memahami keadaan saat ini. Lalu, mari merenungi dengan tenang masing-masing jawabannya. Selain itu, berikut beberapa alternatif solusi lain yang mungkin dilakukan untuk menyamankanmu saat ini:

1.      Mari meluangkan waktu untuk diri sendiri

Meluangkan waktu untuk diri sendiri tidaklah salah. Sesekali kita memang perlu untuk sejenak mengambil jarak dari lingkungan dan memanjakan diri sebagai apresiasi karena telah bertahan dalam situasi yang sulit dan menekan.

Kamu bisa mencoba untuk kembali melakukan aktivitas-aktivitas yang biasanya disukai atau hobi-hobi yang sering kamu lakukan, sembari diiringi musik yang bersemangat jika suka. Pada poin ini, kamu boleh merefleksi diri dengan bertanya, “Kapan ya saya terakhir kali merasa begitu lepas dan senang”. Kamu boleh mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lain yang dapat memantik diri untuk melakukan evaluasi. Hal ini bermanfaat untuk memancing keluarnya emosi positif dalam diri.

2.      Menulis

Hal lain yang dapat dilakukan adalah menuliskan hal-hal yang kamu pikirkan dan rasakan dari aktivitas tertentu. Memulai untuk menulis bisa jadi tidak mudah, terutama ketika merasa tidak bersemangat. Nah, mari mencoba fokus dengan apa yang dipikirkan atau dirasakan, kemudian tulislah dengan bahasa yang menyamankan dirimu. Kamu boleh membebaskan diri untuk menulis tanpa memperhatikan unsur estetika, EYD atau yang lainnya.

Misalnya saja seperti, “Kayaknya aku mau nonton film deh minggu ini”, “Ih temen kuliahku tadi menyebalkan sekali” atau “Baru tidur tiga jam, ngantuk banget”, dan lain sebagainya. Tuliskan saja hal-hal yang terlintas di kepala dan bebaskan diri untuk membagikan hal-hal yang ingin dituliskan.

Secara tidak sadar, pikiran kita sebenarnya sering penuh dengan berbagai hal yang terjadi dalam hidup. Beberapa pikiran terkadang memang berguna, namun beberapa di antaranya justru berisi pikiran-pikiran negatif yang sebaiknya disaring dan tidak disimpan di dalam diri. Kegiatan menulis ini menjadi salah satu cara untuk membuang sampah (pikiran atau perasaan negatif) yang ada dalam diri. Ketika pikiran dan perasaan sudah lebih segar, biasanya kita akan kembali siap menerima ide dan inspirasi, hingga kembali mengerjakan aktivitas harian dengan lebih maksimal.

Setelah menulis pun, biasanya akan merasa lebih lega dan tenang. Menulis memungkinkan seseorang untuk melihat masalah dengan lebih menyeluruh dan memikirkan solusi alternatifnya dengan lebih baik.

Kamu juga bisa menuliskan hal-hal atau aktivitas-aktivitas yang dapat kamu lakukan atau yang dapat membuat suasana hatimu membaik ketika kamu sedang merasa sedih, marah atau galau. Hal ini dapat memudahkan kamu berpikir lebih jernih dan mengetahui hal-hal positif yang dapat kamu lakukan ketika sedang sedih, sehingga kamu tidak lagi menyakiti dirimu sendiri.

3.      Menyingkirkan benda-benda yang dapat memicu munculnya keinginan untuk menyakiti diri sendiri

Kamu dapat menghentikan perilaku menyakiti diri sendiri dengan cara yang pertama adalah menyingkirkan benda-benda yang dapat memicu munculnya perilaku tersebut. Hal ini dapat kamu lakukan ketika kamu memiliki suasana hati yang cenderung baik. Setelah itu, ketika mulai muncul perasaan sedih atau marah, kamu dapat mengalihkan pikiranmu dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang lain, seperti berolahraga, mencoret-coret buku, menggambar atau aktivitas lain yang sudah kamu list sebelumnya.

4.      Mencari bantuan professional

Jika kondisi ini masih berlangsung secara intens selama 2 minggu ke depan, kamu bisa mengunjungi psikolog terdekat untuk membicarakan hal ini secara lebih menyeluruh. Jangan ragu untuk meminta bantuan orang lain ya.

Terima kasih telah berbagi dan tetap semangat menjalani hari.

Salam,

Pijar Psikologi


Catatan: Curhat adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

CURHAT: Saya Adalah Orang yang Sangat Membebani Orang Lain

Next
Next

Apakah Saya Jahat Karena Membenci Ayah Tiri dan Kakak Laki-laki Saya?