CURHAT: Saya Perempuan Kotor, Hina dan Tak Pantas Hidup . Rasanya Ingin Mati Saja.

Curhat

Saat tulisan ini ditulis, saya masih berumur 21 tahun. Kejadian bermula saat saya masih di Sekolah Dasar, saya dilecehkan oleh tetangga saya sendiri berulang kali di rumah. Tepatnya saat saya duduk di kelas 3 atau 4 SD. Kedua orang tua saya bekerja, sehingga ketika SD saya selalu sendirian di rumah.  Saya tidak berani mengadukan hal tersebut kepada siapapun. Kelas 6 SD saya pindah sekolah dan saya di bully oleh teman-teman saya. Bahkan saya dituduh sebagai pencuri hingga saya tidak mempunyai teman. Saat SMP saya ikut bimbingan belajar dan saya kembali dilecehkan oleh tutor saya berulang kali pula. Ketakutan itu semakin menjadi-jadi. Saya hampir menenggak cairan pembasmi nyamuk di rumah kala itu, tapi saya urungkan karena saya berpikir orang tua saya akan sedih. Di kelas 2 SMP saya sedang menunggu angkutan umum di halte dan seorang eksibisionis menampakkan organ vitalnya di depan saya. Reaksi saat itu saya hanya bisa diam, sampai orang itu pergi dan menangis sejadi-jadinya setelah itu.

Saat saya menjalin hubungan dengan laki-laki di kelas 3 SMP saya kembali dilecehkan atas nama cinta menurutnya. Setelah semua kejadian itu saya tidak berani membuka hubungan dengan laki-laki manapun. Usia saya bertambah, traumatis itu semakin parah. Setiap saya naik jembatan penyeberangan saya selalu berpikir untuk lompat, tapi selalu berhasil saya hindari. Dua hari yang lalu saya kembali dilecehkan oleh seorang bapak-bapak paruh baya di bis. Dia menggesekan alat vitalnya ke bagian belakang tubuh saya, saya ketakutan dan ketika turun dari bis, saya lari dan hampir terserempet mobil. Saya tidak bisa mengendalikan diri saya sampai tubuh saya gemetar dan menangis tak berkesudahan.

Setelah kejadian itu saya selalu mimpi buruk, saya bermimpi tentang trauma masa lalu dan saya melihat diri saya mati di sebuah pantai dengan kondisi mengenaskan. Tubuh saya hancur dihantam puing pesawat yang jatuh. Saya selalu mengalami mimpi buruk ketika saya mengingat pengalaman traumatis tersebut. Saya tidak berani menceritakan hal ini kepada siapapun termasuk orang tua saya sendiri. Saya selalu merasa hina, kotor dan tidak pantas untuk melanjutkan hidup.

Gambaran: Perempuan, 21 tahun, Lainnya

 

Jawaban Pijar Psikologi

Terimakasih atas kepercayaanmu untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Ketika saya membaca apa yang kamu tuliskan, saya merasa sesak dan ingin menangis. Sangat berat apa yang dialamimu. Seolah-olah kamu terus dihantui oleh hal yang sama sejak kecil. Terjadi lagi, lagi, dan lagi. Saya tidak bisa membayangkan seberapa besar kekuatan yang kamu miliki untuk bertahan hingga saat ini. Kamu adalah orang yang kuat menurut saya, sangat kuat. Selama ini kamu menghadapi itu seorang diri. Kamu juga menyimpan semua cerita itu seorang diri. Pastilah kamu membutuhkan keberanian yang sangat besar saat memutuskan dan memulai tulisan pertama lalu menyampaikannya kepada kami. Untuk itu, sekali lagi saya mewakili Pijar Psikologi mengucapkan terima kasih yang besar atas kesediaan kamu untuk berbagi cerita dengan kami.

Mungkin ini adalah garis takdir, sehingga tulisan kamu sampai pada saya. Saya sedikit ingin berbagi kepada kamu, bahwa saya juga pernah mengalami hal yang serupa denganmu. Saya bisa membayangkan betapa saat pertama mengalami itu, kamu merasakan ketakutan dan rasa bingung yang amat sangat. Rasanya ingin bercerita dan meminta tolong, tapi di sisi lain ada ketakutan bahwa kita akan disakiti jika menceritakannya pada orang lain dan jikapun kita bercerita, ada rasa takut orang yang kita mintai tolong tidak akan memberikan bantuan. Dengan kejadian yang seolah-olah terus berulang sepertinya ada rasa terinjak-injak, tidak berdaya, dan sudah tidak kuasa lagi. Akan tetapi, kamu masih berdiri sampai saat ini. Kamu masih berjuang, baik bagi kamu sendiri maupun bagi orangtua. Kamu memutuskan untuk berjuang melalui hal yang mungkin terasa pahit. Ini adalah sesuatu yang perlu diapresiasi. Ini adalah bagian yang hebat dari kamu. Dengan semua kejadian yang kamu alami, saya bisa memahami betapa sulitnya membangun rasa percaya kepada orang lain, terlebih kepada laki-laki. Tidak apa-apa. Saat ini yang kamu butuhkan adalah untuk memberikan waktu dan kesempatan pada diri untuk menyembuhkan lukanya. Yang perlu kamu ingat saat ini adalah bahwa semua yang terjadi itu di luar kendalimu, sehingga itu bukanlah salah kamu. Perbuatan itu bagaimanapun alasannya adalah sesuatu yang tidak bisa dibenarkan. Itu adalah salah, titik. Apapun alasannya. Ini memang bagian dari pengalaman, tetapi ini tidak menjadi penentu siapa dirimu. Kamu lebih dari pengalaman ini. Oleh karena itu, meskipun ini terjadi padamu, kamu tidak lebih rendah dari orang lain. Kamu tetap memiliki haknya untuk bahagia, untuk mencintai, untuk dicintai, dan untuk melakukan apa yang kamu sukai.

Saat ini, apa yang bisa saya berikan kepada kamu melalui tulisan ini akan sangat terbatas. Menurut saya, apa yang kamu alami membutuhkan proses yang berkelanjutan dan secara tatap muka. Oleh karena itu, saya menyarankan kepadamu untuk bertemu dengan tenaga profesional seperti psikolog ataupun psikiater. Di daerah Jakarta Selatan terdapat Yayasan Pulih yang fokus menangani hal seperti yang kamu alami. Saya sarankan kamu untuk mencoba layanan psikologis mereka. Kamu bisa mengunjunginya di alamat Jl. Teluk Peleng 63A, Komplek AL-Rawa Bambu, Pasar Minggu atau menghubunginya di nomor (021) 788 42 580.

Untuk saat ini ada beberapa hal yang kamu bisa lakukan.

1. Relaksasi nafas Jika kamu tiba-tiba teringat tentang peristiwa di masa lalu dan kamu merasakan ketakutan atau kecemasan yang hebat, relaksasi nafas bisa menjadi pertolongan pertama bagi kamu. Relaksasi nafas dilakukan dengan cara,

a. Secara perlahan tariklah nafas panjang

b. Rasakan bagaimana udara masuk melalui hidung dan mengalir memenuhi paru-paru

c. Tahan sebentar

d. Perlahan-lahan hembuskan

e. Rasakan bagaimana udara mengalir dari paru-paru menuju ke hidung dan keluar

f. Lakukan hingga Cube merasa tenang

2. Mencoba bercerita.

Hal kedua yang bisa kamu lakukan adalah mencoba bercerita. Mungkin kamu bisa mencoba untuk sedikit demi sedikit bercerita kepada orang yang kamu percayai. Untuk mengawalinya mungkin memang sulit. Mungkin ada ketakutan bahwa apa yang kita ceritakan akan dianggap sepele, mendapatkan respon yang kurang sesuai dengan yang kita harapkan, dsb. Lakukanlah sedikit demi sedikit, mungkin dari hal yang kamu merasa nyaman untuk bercerita. Terkadang melalui bercerita kita akan mendapatkan dukungan, bantuan, solusi, atau paling tidak kita bisa merasa lega.

3. Meningkatkan keamanan diri. Selain itu, untuk menghindari kejadian serupa ketika berada di tempat atau kendaraan umum, usahakanlah untuk selalu pergi bersama seorang teman. Hindari pergi seorang diri. Jika ada hal yang menakutkan atau kamu merasa ada yang menyentuh dengan tidak sopan dan membuatmu merasa tidak nyaman, teriaklah. Dengan berteriak orang lain akan melihat ke arah kita dan tentu juga ke arah orang yang ada di sekitar kita. Hal ini memungkin kita mendapatkan pertolongan dan untuk menghentikan perilaku orang tersebut. Jika dirasa perlu sampaikanlah pada petugas atau pihak berwajib bahwa ada kemungkinan orang yang melakukan pelecehan seksual di dalam bus tersebut. Hal ini akan membantu kamu dan orang-orang lain untuk meningkatkan keamanan para pengguna kendaraan umum. Tidak apa-apa terlihat sedikit berlebihan karena yang utama adalah keselamatan diri.

Ini berat, pasti. Meskipun demikian, saya melihat ada kekuatan besar dalam diri kamu untuk melalui semua ini. Setiap orang memiliki masa lalu, dimana semua yang telah terjadi tersimpan dan tidak bisa berubah. Setiap orang juga memiliki masa depan, dimana harapan dan cita-cita serta hasil usaha berada. Kita berjalan dari masa lalu ke masa depan, itu artinya kita selalu memiliki kesempatan. Kita selalu memiliki tempat bersama harapan dan cita-cita kita.

Mungkin itu saja yang bisa saya sampaikan. Semoga apa yang saya sampaikan bisa menjadi manfaat bagi kamu. Jika ada yang kurang berkenan, saya mohon maaf. Peluk saya kepada kamu.

Terima kasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

CURHAT: Setiap Hari Saya Merasa Bodoh, Tidak Berguna dan Takut Akan Kegagalan

Next
Next

Cerita Kami: Memaafkan Diri untuk Menjadi Pribadi yang Lebih Baik