Cerita Kami: Memaafkan Diri untuk Menjadi Pribadi yang Lebih Baik
Akhir-akhir ini kegagalan tengah akrab dengan saya. Mulai dari tak bisa menepati target yang saya tetapkan, tak bisa mengungkapkan emosi yang saya miliki kepada orang lain hingga kegagalan saya dalam mendapatkan pekerjaan seperti yang diharapkan oleh orang di sekitar saya. Saat seperti ini, saya akan mengutuk diri saya sendiri, menganggap bahwa saya adalah orang yang paling tidak berguna. Terlebih saat melihat orang lain selangkah lebih dulu dari saya, saya makin merasa sebagai orang yang gagal. Perasaan sebagai orang yang gagal berujung pada menyalahkan diri saya sendiri. Berbagai pemikiran negatif yang berakhir pada tangisan pun menjadi hal yang biasa bagi saya.
Belajar Memaafkan Diri Sendiri
Saat saya semakin menyalahkan diri saya sendiri, saat itulah berbagai pemikiran negatif muncul dalam diri saya. Saya sadar, bahwa pemikiran negatif tersebut akan makin mendorong saya untuk menyalahkan diri hingga dirundung perasaaan membenci diri sendiri. Hingga saya mencoba melakukan suatu hal yang tak pernah terpikirkan untuk saya lakukan dahulu. Saya mencoba untuk memaafkan diri sendiri. Memaafkan diri sendiri memang terdengar aneh, seolah saya harus mengakui bahwa telah membuat kesalahan dan butuh untuk dimaafkan. Namun, saya memang tengah membuat kesalahan dan bukan tidak mungkin akan terus membuat kesalahan dalam hidup ini, kesalahan tersebutlah yang membawa saya untuk menyalahkan diri saya sendiri.
Sehingga saya perlu mencoba untuk belajar bahwa segala kesalahan yang dilakukan memang sudah terjadi dan ada di masa lalu. Saya tak bisa mengubah masa lalu namun saya dapat melakukan hal yang lebih baik dari segala kesalahan yang saya lakukan di masa lalu. Penyesalan yang berlarut – larut hingga menyalahkan diri sendiri takkan mengubah apapun. Hal tersebut malah dapat berpengaruh buruk terhadap kesehatan mental saya.
Setiap Orang Memiliki Waktu yang Berbeda
Kalimat yang berulang kali saya dengar dan saya percaya adalah bahwa setiap orang memiliki waktu yang berbeda. Beberapa teman sebaya saya sudah mendapatkan pekerjaan lebih dulu dari saya, ada yang sudah beberapa kali berpindah tempat kerja, ada yang sudah mendapat promosi jabatan, ada juga yang memilih untuk melanjutkan pendidikannya dan beberapa ada yang masih berkutat dengan kelulusannya. Namun apakah itu berarti satu dan lainnya lebih berhasil dan yang lainnya lebih gagal? Hal tersebut belum tentu benar. Semua tergantung dari bagaimana saya dan teman saya menjalani proses kami. Hidup bukanlah suatu perlombaan karena kita tak tahu apa sebenarnya garis finish yang tengah kita tuju itu, setiap orang memiliki definisi garis finish yang berbeda.
Namun kegagalan adalah salah satu proses yang harus dilalui. Kegagalan itulah yang nanti akan mengantarkan pada apa yang diinginkan, bukankah menghabiskan jatah kegagalan itu lebih menyenangkan daripada mengurung diri dengan menyalahkan kegagalan yang dialami?
Memaafkan Diri dengan Tetap Berusaha yang Terbaik
Satu hal yang saya coba tekankan pada diri saya adalah bahwa kegagalan yang saya dapatkan bukan tidak mungkin akan saya dapatkan di kemudian hari, sehingga saya perlu berdamai dnegan kegagalan dan memaafkan diri saya atas segala kesalahan yang membuat saya gagal. Namun hal tersebut tak boleh membuat saya kehilangan tujuan saya. Tidak apa-apa bila saya harus istirahat sebentar, tidak apa-apa bila saya ternyata harus mencapai ke tempat tujuan saya lebih lama karena ternyata saya harus melakukan hal lain. Namun saat menjalaninya, mengerahkan kemampuan terbaik yang saya miliki serta tetap berusaha adalah hal yang harus tetap saya lakukan.
“LIFE IS A SERIES OF UNFORTUNATE EVENT, BUT WHAT CAN WE DO, IT’S NOT LIFE IF WE DIDN’T ENCOUNTER TO ANY MISFORTUNE. AT A TIMES LIKE THAT, ALL WE CAN DO IS LAUGH IT OFF, TAKE A LESSON AND MOVE FORWARD” -AUTHOR
Let others know the importance of mental health !