Direktori Psikologi: Borderline Personality Disorder
Borderline Personality Disorder (BPD) adalah gangguan mental yang memiliki karakteristik seperti, ketidakstabilan mood, kebingungan akan identitas diri sendiri, kesusahan untuk menjalin hubungan dengan orang lain, serta ketidakstabilan dalam berperilaku. Orang dengan gangguan BPD ini mengalami masa amarah yang intens dan kecemasan yang bisa berlangsung beberapa jam hingga hari. Istilah borderline digunakan karena orang dengan gangguan BPD berada di batas antara psikosis dan neurosis. Psikosis adalah gangguan mental yang mengakibatkan kesalahan dalam memaknai kejadian dan bisa memunculkan halusinasi. Neurosis dicirikan dengan perasaan cemas, depresi dan perasaan stres lainnya secara berlebihan. Pada akhirnya, orang dengan gangguan BPD mempunyai kendala dalam mengontrol emosinya.
Gejala
Mempunyai pemikiran yang tidak konsisten mengenai identitas diri
Masa cemas dan amarah yang bisa berlangsung beberapa jam hingga hari
Perasaan terisolasi, hampa dan kesepian
Ketakutan yang intens terhadap penolakan dan ditinggalkan oleh orang lain
Mempunyai pengalaman menjalin hubungan yang tidak stabil dengan orang lain, sehingga ada perubahan perasaan yang cepat dari intimasi ke kebencian terhadap orang yang sama
Terlibat dalam perilaku yang membahayakan diri sendiri seperti self-harming, percobaan bunuh diri, mengonsumsi narkoba atau alkohol secara berlebih dan aktivitas seksual yang tidak aman.
Kesulitan untuk percaya dengan orang lain yang diikuti dengan ketakutan yang irasional mengenai niat orang lain terhadap dirinya
Penyebab
Penyebab BPD adalah kombinasi dari beberapa faktor yang meliputi:
1. Genetika
Penelitian pada anak kembar, menunjukkan apabila salah satu anak mempunyai gangguan BPD maka kembarannya juga memiliki gangguan yang sama. Seseorang akan lima kali lebih rentan mengalami gangguan BPD apabila ada salah seorang dari keluarganya dengan gangguan yang sama.
2. Lingkungan
Orang dengan gangguan BPD pernah mengalami kejadian kekerasan, seperti kekerasan fisik pada masa kanak-kanak atau kekerasan seksual. Pengalaman diabaikan dan ditinggalkan oleh orangtua turut menjadi pemicu munculnya gangguan BPD.
3. Fungsi Otak
Adanya gangguan pada struktur dan fungsi otak pada area pengontrolan emosi dan reaksi. Dampaknya adanya gangguan komunikasi bagian otak yang mengontrol emosi dan area penilaian atau pengambilan keputusan.
Gender dan Gangguan BPD
Penelitian menemukan bahwa populasi dewasa lebih rentan untuk muncul gangguan BPD. Lebih spesifiknya, sebanyak 75% wanita dewasa memiliki kecenderungan yang lebih tinggi untuk mempunyai gangguan BPD daripada pria dewasa. Gangguan BPD pada kedua gender mempunyai manifestasi yang berbeda. Pria yang terdiagnosis dengan gangguan BPD lebih terlihat pada perilaku eskternalnya, seperti agresif, anti-sosial dan perilaku menyakiti diri sendiri. Sedangkan pada wanita, lebih pada perilaku internalnya, seperti merasa sedih yang mendalam hingga menangis atau ketergantungan yang berlebih.
Terapi
1. Psikoterapi
Ada beberapa psikoterapi yang digunakan oleh psikiater atau psikolog dalam menangani gangguan BPD.
Dialectical Behvaioral Therapy (DBT)
Terapi ini membantu dalam menghadapi emosi negatif yang intens serta mengurangi perilaku yang bisa menyebabkan konflik dalam sebuah hubungan.
Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
CBT pada orang dengan gangguan BPD membantu dalam menghadapi dan menyadari pikiran negatif yang muncul. Selain itu, memodifikasi kerangka berpikir yang negatif dan mengimplementasikan perubahan perilaku
Psychodynamic psychotherapy.
Terapi psikodinamika membantu dalam meningkatkan kesadaran orang dengan gangguan BPD akan perasaan dan pemikiran mengenai dirinya sendiri maupun orang lain. Selain itu membantu dalam mengurangi perilaku menyakiti diri sendiri.
2. Obat
Obat yang digunakan untuk orang dengan gangguan BPD adalah obat anti depresan dan mood stabilizer untuk mengontrol mood swing. Selain itu ibat jenis antipsychotic membantu saat adanya gangguan berpikir.
Catatan
Direktori Psikologi adalah informasi lengkap mengenai gangguan mental yang terdiri dari pembahasan definisi, gejala hingga metode treatment. Semua yang tercantum di direktori ini semata hanya untuk keperluan penambahan pengetahuan. Perlu diketahui, diagnosis gangguan mental tidak bisa diidentifikasi hanya berdasarkan satu atau dua gejala yang dialami. Diagnosis gangguan mental hanya dapat dilakukan oleh psikolog atau psikiater. Jika merasa diri sendiri atau orang terdekat mengalami gejala yang ada disarankan untuk menemui psikolog/psikiater terdekat.