Direktori Psikologi: Down Syndrome
Definisi
Down Syndrome (DS) pertama kali diidentifikasi oleh Dr. John Langdong. Down syndrome adalah sebuah gangguan yang disebabkan oleh kelainan genetik berupa trisomi pada kromosom ke 21. Kelainan genetik ini terjadi karena kegagalan sepasang kromosom nomor 21 untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelahan. Akibatnya, kromosom nomor 21 pada anak dengan down syndrome tidak terdiri dari 2 kromosom sebagaimana mestinya, melainkan tiga kromosom (trisomi 21). Hal ini menyebabkan mereka terganggu secara genetika dan memiliki perbedaan pada fisiknya.
Karakteristik
Orang yang mengalami down syndrome memiliki karakteristik yang meliputi:
Bentuk wajah menyerupai mongolian
Kepala dan telinga kecil
Leher pendek
Lidah sering dijulurkan keluar
Otot yang lemah
Memiliki IQ rata-rata kurang dari sama dengan 70.
Perkembangan Anak Down Syndrome
Sulit memusatkan perhatian
Perilaku impulsif
Keterbatasan intelektual
Perkembangan bahasa terhambat
Hiper/hipo sensitivitas indera
Kerentanan saluran pencernaan
Sementara dari segi medis, yang sering dialami oleh orang down syndrome antara lain:
Mengalami gangguan jantung bawaan lahir
Mengalami gangguan pendengaran dan penglihatan
Infeksi berulang
Penyebab
Meski belum diketahui pasti penyebab kelainan kromosom 21, para ahli mengatakan terdapat beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anak terlahir dengan down syndrome, yakni:
1. Usia saat Hamil
Anak dengan down syndrome bisa terjadi di berapapun usia saat ibu mengandung, namun risikonya akan meningkat seiring dengan pertambahan usia. Berikut rasio anak terlahir dengan down syndrome berdasarkan usia ibu hamil:
1:1500 anak berisiko mengalami down syndrome pada Ibu hamil yang berusia 20 tahun
1: 900 anak berisiko mengalami down syndrome pada Ibu hamil yang berusia 30 tahun
1 : 100 anak berisiko mengalami down syndrome pada Ibu hamil yang berusia 4o tahun
2. Memiliki saudara kandung dengan down syndrome
3. Memiliki bayi dengan down syndrome
Wanita yang pernah melahirkan bayi dengan down syndrome memiliki risiko 1:100 melahirkan dengan kondisi serupa di kehamilan berikutnya.
Cara Memaksimalkan Potensi
Terapi Wicara
Perkembangan kemampuan bicara pada anak down syndrome terhambat karena kemampuan saraf dan motoriknya tidak berkembang dengan sempurna untuk berbicara. Oleh karena itu, dibutuhkan kemampuan lain agar anak dengan down syndrome mampu berkomunikasi sebelum mereka benar-benar bisa berbicara. Komunikasi tidak berarti harus dengan lisan, tetapi bisa juga dengan isyarat dan gestur.
Salah satu terapi yang digunakan adalah Total Communication. Total communication adalah kombinasi isyarat dan gestur dengan ucapan lisan untuk mengajarkan bahasa. Dalam total communication orang dewasa menggunakan isyarat dan ucapan lisan ketika berbicara dengan anak. Biasanya hal ini dilakukan didampingi oleh terapis wicara.
Fisioterapi
Tujuan dilakukan fisioterapi bukan untuk mempercepat tingkat perkembangan mereka, tetapi untuk memfasilitasi pergerakan tubuh yang optimal. Terapi fisik biasanya terapis memperhatikan pergerakan fisik apa yang sudah mampu dilakukan anak lalu menentukan apa yang siap untuk diberikan ke anak selanjutnya. Hal ini karena memperhatikan apa yang siap dilakukan anak lebih penting dibandingkan memaksa anak melakukan hal yang terlalu rumit untuk anak.
Misalnya, anak down syndrome mengalami kesulitan berjalan. Kesulitan ini terjadi karena massa otot yang berlebih namun kekuatan ototnya kurang. Terapi dilakukan untuk memfungsikan ototnya secara baik.
Terapi Perilaku
Terapi perilaku dilakukan untuk membentuk perilaku tertentu pada anak. Contohnya, menatap mata orang lain saat berkomunikasi, merapikan mainan setelah bermain, dan aktivitas sehari-hari lainnya.
Terapi Sensori Integrasi
Terapi sensori integrasi dilakukan untuk melatih fungsi penerimaan indra pada anak down syndrome. Terapi ini hanya bisa dilakukan oleh ahli terapi sensori integrasi.
Terapi ABA (Applied Behavior Analysis)
Terapi ABA bertujuan untuk membentuk atau menghilangkan suatu perilaku anak dengan down syndrome. Sebagai contoh, melatih kemampuan bermain, berkomunikasi, dan toilet training. Sementara contoh perilaku yang dihilangkan adalah perilaku yang maladaptif seperti, agresi, merusak properti, menolak melakukan tugas, tantrum dan lain-lain.
“Menjadi Down Syndrome sama seperti lahir dengan kondisi normal. Aku seperti kamu dan kamu seperti aku. Kita terlahir dengan cara yang berbeda. Itulah mengapa aku bisa menjelaskannya dengan caraku sendiri. Aku mempunyai kehidupan yang normal.” – Chris Burke, First Primetime TV Star with Down Syndrome
Catatan
Direktori Psikologi adalah informasi lengkap mengenai gangguan mental yang terdiri dari pembahasan definisi, gejala hingga metode treatment. Semua yang tercantum di direktori ini semata hanya untuk keperluan penambahan pengetahuan. Perlu diketahui, diagnosis gangguan mental tidak bisa diidentifikasi hanya berdasarkan satu atau dua gejala yang dialami. Diagnosis gangguan mental hanya dapat dilakukan oleh psikolog atau psikiater. Jika merasa diri sendiri atau orang terdekat mengalami gejala yang ada disarankan untuk menemui psikolog/psikiater terdekat.