Membaca Buku Bersama: Alternatif Kegiatan Edukatif untuk Orang tua dan Anak Selama Pandemi

father-reading-book-daughters-bed_23-2147737588.jpg

Selama pandemi COVID-19 ini, kegiatan belajar, bekerja dan sebagainya dilakukan di rumah. Kita semua dipaksa untuk tetap tinggal di rumah dan sebisa mungkin mengurangi aktivitas di luar rumah demi meminimalisir persebaran virus yang sedang mewabah sekarang ini. Alhasil banyak anak-anak yang menghabiskan waktu di rumah dan hal ini seringkali membuat orang tua kewalahan. Bukan saja anak-anak mendapat banyak tugas dari sekolah, mendisiplinkan penggunaan gawai dan menonton televisi juga menjadi tugas yang cukup menantang bagi orang tua. Apalagi, bagi orang tua dengan anak-anak yang masih berusia balita, tidak jarang para orang tua mengeluh karena kehabisan ide untuk mengisi waktu dengan anak-anak mereka. 

Artikel ini akan membahas tentang membaca buku cerita sebagai kegiatan yang mudah dan menyenangkan untuk dilakukan orang tua bersama anak-anak selama masa pandemi.

***

Membaca buku bersama merupakan salah satu aktivitas menyenangkan yang bisa dilakukan oleh orang tua di rumah. Banyak penelitian telah menunjukkan berbagai efek positif yang didapatkan dari membaca buku bersama anak, seperti meningkatkan skill pra-literasi dan kemampuan bahasa anak serta memperkaya kosa kata yang dimiliki oleh anak. Bahkan, sebuah penelitian jangka panjang yang dilakukan oleh Hayes dan Berthelsen pada tahun 2019 menunjukkan adanya perbedaan kemampuan akademis pada anak-anak kelas 3 SD antara anak-anak pada waktu usia 2-6 tahun sering membaca buku bersama dengan orang tuanya dengan anak-anak yang tidak membaca buku bersama orang tua. Kemampuan akademis ini mencakup kemampuan membaca, menulis, dan aritmatika.

Selain itu, membaca buku bersama anak dapat membantu anak memahami emosi yang dirasakan oleh dirinya maupun orang lain melalui karakter yang dibacanya. Hal ini dapat meningkatkan perkembangan kemampuan sosial anak. Melalui interaksi antar karakter yang dibacanya, anak-anak dapat belajar bahwa setiap perilaku yang dilakukan seseorang itu didorong oleh keyakinan, emosi, serta harapan tertentu. Membaca buku juga dapat membantu orang tua untuk menjelaskan hal-hal yang sifatnya kurang konkret atau hal yang terlalu abstrak untuk dijelaskan kepada anak-anak. Maka, membacakan cerita atau mendongeng bersama anak dapat menjadi solusi yang menyenangkan sekaligus menjadi kegiatan yang sarat edukasi.

Bagaimana Cara Membaca Buku Bersama Anak dengan Baik?

Perlu diingat bahwa aktivitas ini merupakan aktivitas membaca bersama anak, bukan membaca untuk anak. Untuk mengoptimalkan perkembangan bahasa anak, orang tua perlu memberikan waktu bagi anak untuk berbicara juga. Orang tua dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan terbuka seperti apa yang baru saja terjadi kepada karakter utama. Selain bertanya, penting juga bagi orang tua untuk memberikan cukup waktu bagi anak untuk menyusun jawaban mereka. Semakin muda usia anak, semakin banyak waktu yang dibutuhkan.

Lalu, bagaimana caranya mengarahkan pertanyaan untuk tidak saja mengembangkan kemampuan bahasa anak, tetapi juga mengasah keterampilan sosialnya? Berdasarkan sebuah eksperimen yang dilakukan pada anak-anak di tahun 2013, terdapat empat hal yang dapat dilakukan, dengan menceritakan satu cerita yang sama sebanyak empat kali.

1. Alur Cerita

Ketika orang tua membaca buku cerita bersama untuk pertama kalinya, maka orang tua perlu memberi tahu pada anak tentang  judul dan penulis buku yang sedang dibaca. Orang tua dapat mengajak anak untuk melihat halaman sampul dan membahas gambar apa saja yang ada di sana, bagaimana kira-kira ceritanya nanti. Kemudian, anak diajak melihat semua ilustrasi yang ada di dalam buku ceritanya sembari dijelaskan bagaimana alur ceritanya. Ketika membaca buku cerita ini bersama, pastikan orang tua menjelaskan beberapa kata yang belum dipahami oleh anak.

2. Tema Sosio-Kognitif

Kali kedua orang tua membacakan buku cerita yang sama, orang tua menanyakan pertanyaan-pertanyaan terkait dengan tema sosio-kognitif. Pertanyaan-pertanyaan yang diberikan orang tua bersifat terbuka dan fokus pada perasaan, pikiran, keyakinan, serta harapan karakter yang diceritakan. Contohnya, mengapa karakter utama melakukan ini atau itu, bagaimana perasaan salah satu karakter jika karakter lainnya melakukan ini atau itu, mengapa karakter ini merasa begitu, dan lain sebagainya.

3. Dihubungkan dengan Pengalaman Pribadi Anak

Kali ketiga, orang tua memberikan pertanyaan-pertanyaan lain seputar pengalaman anak dan kemiripan dengan peristiwa yang terjadi di cerita. Orang tua dapat bertanya dengan pengandaian juga, sesuai dengan usia anak, seperti bagaimana perasaan anak jika hal yang sama terjadi padanya, mengapa anak merasa demikian, dan apa yang akan dilakukan anak jika hal yang sama terjadi.

4. Anak Bercerita Balik

Setelah mendiskusikan isi cerita beberapa kali, mintalah anak untuk bercerita ulang. Hal yang perlu diingat di sini adalah bahwa orang tua sifatnya menjadi pendengar, sehingga orang tua perlu sabar dan memberi waktu yang cukup bagi anak untuk menyelesaikan ceritanya. Jangan terburu-buru mengoreksi atau menyudahi cerita anak.

***

Selama pandemi, kita menjadi lebih intens bertemu dan berinteraksi bersama dengan anggota keluarga, termasuk orang tua dengan anak-anaknya yang mungkin sebelumnya tidak intens berinteraksi karena anak-anak belajar di sekolah dan orang tua bekerja di luar rumah. Maka, waktu di rumah yang lebih banyak sekarang ini tidak ada salahnya untuk meningkatkan bonding sekaligus membantu anak-anak mendapatkan kegiatan yang tidak kalah edukatif dengan kegiatan pada waktu ia di sekolah. Melakukan aktivitas yang edukatif dan menyenangkan bersama anak tidak harus sulit, membaca cerita bersama dengan anak dapat menjadi salah satu aktivitas yang dapat dicoba selama anak-anak belajar di rumah. Selamat membaca bersama anak!


 Artikel ini adalah artikel sumbang tulisan dari Awa Fauzia Malchan. Ia adalah seorang mahasiswa jurusan Psikologi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Selain sibuk menjadi mahasiswa, Awa juga mengajar paruh waktu di sebuah Kelompok Bermain di Yogyakarta. Ia tertarik dengan topik-topik terkait psikologi pendidikan dan kognitif. Awa dapat dihubungi melalui email awafauzia@gmail.com dan instagram @annisamalchan


Sumber gambar: www.freepik.com

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

CURHAT: Saya Tidak Tahu Kemana Arah Karir dan Hidup Saya

Next
Next

CURHAT: Saya Semakin Stres Karena Tumpukan Tugas Kuliah dan Orang Tua yang Sering Marah-Marah di Rumah