Mempraktekkan Mindfulness untuk Meningkatkan Kesehatan Fisik dan Mental

unsplash-image-c4N-cSfRFbs.jpg

“Kekuatan kerjasama masyarakat dalam berupaya menciptakan kesehatan jauh lebih hebat daripada semata-mata usaha pekerja medis, klinik atau Rumah Sakit.”

(Mark Hyman)

Kutipan di atas mengingatkan kita bahwa menjaga kesehatan merupakan tanggung jawab masing-masing diri kita, bukan hanya tanggung jawab  para pekerja medis. Dengan memiliki masyarakat yang peduli terhadap kesehatan, maka bangsa ini bisa menjadi bangsa yang lebih kuat dalam mengayomi rakyatnya.

Sehat itu sendiri memiliki banyak sekali definisi, baik dari WHO, literasi bahasa maupun perundang-undangan. Maka dari itu, kami mempertimbangkan definisi WHO terhadap kondisi sehat menjadi definisi yang paling standar.
Menurut WHO, “Sehat tidak cukup diartikan sebagai kondisi tidak adanya penyakit atau gangguan. Lebih dari itu, sehat merupakan sebuah kondisi menyeluruh di mana aspek kesejahteraan fisik, mental dan sosial berdayaguna dengan baik.” (WHO, 7 April 1948). [1]

Banyak sekali cara yang bisa kita lakukan untuk mencapai kondisi sehat. Sehat secara fisik bisa diwujudkan dengan rutin melakukan olahraga, tidur yang cukup dan makan makanan dengan menu yang bergizi. Sehat secara mental dapat dicapai dengan melakukan meditasi, beribadah, melakukan rekreasi, maupun membiasakan diri untuk selalu berpikiran positif. Sehat secara sosial bisa diwujudkan dengan bergaul dengan masyarakat dari lingkungan sekitar, melakukan kegiatan amal, dan sebagainya.

Selain hal-hal yang disebutkan di atas, ada juga cara baru yang cukup efektif untuk meningkatkan kesehatan fisik, jiwa, dan kesejahteraan sosial, yaitu mindfulness. Pada abad 21 ini praktek mindfulness banyak digaung-gaungkan di dunia barat karena manfaatnya yang besar untuk membuat diri kita menjadi lebih sehat dan bahagia.

Mindfulness sendiri pada awal mulanya adalah suatu praktek yang digunakan untuk mengobati pikiran dan tubuh berdasarkan teknik meditasi Buddha yang kemudian dipopulerkan oleh Jon Kabat Zinn, seorang peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Massachusets.

Mindfulness bisa didefinisikan sebagai suatu keadaan pikiran dan perasaan yang hidup sepenuhnya di masa sekarang. Mindfulness ini telah terbukti secara ilmiah dapat mengobati depresi, kecemasan, penyakit dalam, penyalahgunaan obat, dan sebagainya. Hal ini dikarenakan pada saat berada dalam keadaan mindfulness, seseorang lebih menyadari siklus tubuhnya dan fokus kepada pikirannya.

Lalu apa saja yang bisa kita lakukan untuk mempraktekkan mindfulness demi mencapai kondisi sehat secara fisik, jiwa, dan kesejahteraan sosial?
Beberapa praktek mindfulness di bawah ini dapat kita lakukan secara teratur supaya kita dapat meningkatan kesehatan [2] :

1. Untuk meningkatkan kesehatan fisik:

  • Mencetak pola pikir bahwa olahraga bukan merupakan suatu beban, namun secara perlahan membiasakan diri menikmati setiap sesi olahraga yang kita lakukan.

  • Mempraktekkan mindfulness saat makan dapat dilakukan dengan merasakan aroma makanan kita, melihat baik-baik warna makanan, tekstur dan bentuknya, serta membayangkan bagaimana makanan matang yang kita makan diproduksi dari tanaman, hujan dan matahari supaya kita lebih bersyukur atas anugrah makanan yang kita dapatkan.

    2. Untuk meningkatkan kesehatan mental:

  • Membiasakan diri memiliki mindset untuk hidup sepenuhnya di masa sekarang. Kecemasan merupakan hal wajar yang dapat terjadi pada setiap orang. Banyak hal yang menjadi sumber kecemasan seseorang, diantaranya terlalu mengkhawatirkan keadaan-keadaan yang akan terjadi di masa depan atau justru terlalu menyesali kejadian-kejadian di masa lalu. Maka dari itu, hidup sepenuhnya di masa sekarang atau yang bisa disebut dengan istilah mindfulness merupakan salah satu resep untuk mengatasi kecemasan bahkan mindfulness juga merupakan salah satu kunci untuk meraih kebahagiaan.

  • Berusaha untuk selalu berpikiran positif. Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh Daniel Goleman dalam bukunya Emotional Intellegence, “Orang yang berpandangan cerah, tentu saja lebih mampu bertahan menghadapi keadaan sulit, termasuk kesulitan medis.” (Goleman, 1996). [4]

    3. Untuk meningkatkan kesejahteraan sosial:

  • Belajar mengenali emosi yang sedang kita alami. Terkadang kita tidak mampu mengenali emosi apa yang sedang kita alami. Saat merasa sedang gelisah kita perlu belajar mengenali mengapa kita gelisah. Misalnya apakah dikarensakan kita sedih karena gagal mendapatkan pekerjaan yang kita idam-idamkan atau sesungguhnya kita marah karena kata-kata seseorang yang menyakiti hati kita. “Orang yang bahagia menggunakan emosinya sebagai radar untuk mengenali keadaannya dan keadaan lingkungan sosialnya saat ini.” (Kash dan Diener, 2014). [5]

  • Melepaskan segala bentuk keterikatan. Menurut salah satu nilai ajaran Buddha, keterikatan pada suatu hal dapat menyebabkan kesengsaraan hidup. Hal tersebut bisa berupa uang, jabatan, kekasih, kekuasaan, popularitas, dan sebagainya. Sedangkan dalam keadaan mindfulness kita akan bebas dari berbagai macam keterikatan.

Kesehatan adalah harta yang sangat berharga. Dengan memiliki fisik dan mental yang sehat, kita dapat melaksanakan aktivitas sehari hari dengan produktif. Maka dari itu, kita sebaiknya bersungguh-sungguh menjaga kesehatan kita. Mempraktekkan beberapa teknik mindfulness di atas akan membantu kita dalam meningkatkan kesehatan fisik, mental, dan kesejahteraan sosial.


 Sumber Data Tulisan

[1] Dirujuk dari definisi terstandart WHO yang terdapat pada  http://www.who.int/about/definition

[2] Diadaptasi dari sumber online : Greenberg, Melanie. 22 Februari 2012. Nine Essential Qualities of Mindfulness. Psychology Today. www.psychologytoday.com. 31 Desember 2015

[3] Selengkapnya bisa dibaca pada halaman  www.mindful.org/3MindfulThingstoDoWhenYouEat.

[4] Selengkapnya bisa anda baca pada buku Emotional Intelligence karya Daniel Goleman. 1996. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama

[5] Selengkapnya dapat dibaca pada : Kashdan, Todd B dan Diener, Robert.  2013. What Happy People Do Differently. Psychology Today Magazine.

Image Featured Credit: http://www.howeightloss.com/

By: Nuurul Ilaahi

Nuurul Rahmawati

Mahasiswa Magister Profesi Psikologi Pendidikan UGM

Previous
Previous

Fakta Mitos di Balik Sesuatu/Pemikiran yang Berlebihan Tentang Kuliah

Next
Next

Adele : Seorang Penyanyi yang Terancam Kehilangan Suara