CURHAT: Saya Semakin Stres Karena Tumpukan Tugas Kuliah dan Orang Tua yang Sering Marah-Marah di Rumah

Curhat

Halo Pijar Psikologi!

Sebelumnya terimakasih telah membantu saya pada konsultasi saya sebelumnya. Ini adalah konsultasi  kedua saya di layanan konsultasi Pijar Psikologi. Sebulan yang lalu, di akhir bulan februari saya benar-benar merasa down. Sampai saya berpikir kalau saya mati adalah jalan keluarnya. Selama seminggu saya benar-benar tidak bisa fokus melakukan apa-apa. Saya pun tidak makan, tidak tidur dan alhasil saya merasa sangat lemas.

Parahnya, pada saat kondisi saya seperti itu, orang tua saya terus saja membicarakan masalah pekerjaannya. Padahal saya sudah muak mendengarnya. Saya hanya bisa tiduran di kamar dan bengong sepanjang hari. Saya selalu melakukan apa yang orang tua saya perintahkan, tapi saya tetap saja dimarahi dengan berbagai alasan. Puncaknya, mama saya berkata “kamu kalau ga mau bangun, mending ga usah bangun sekalian.” Disitulah saya merasa kalau saya mati mungkin itu adalah jalan yang terbaik. Setiap malam, saya selalu berpikir mungkin ini hari terakhir saya hidup di dunia. Hal itu membuat saya resah, susah bernapas, detak jantung juga menjadi tidak karuan sampai-sampai saya tidak tidur karena takut saya besok tidak bisa bangun lagi.

Beruntungnya saya, saya bisa melalui masa-masa itu. Namun, belakangan ini saya kembali merasakan hal-hal yang dulu saya kira sudah selesai itu. Saya pikir saya sudah pulih, tapi ternyata belum. Saya semakin stres karena tugas kuliah yang makin banyak. Saya juga stres karena orang tua masih saja membicarakan masalah-masalah pekerjaan mereka. Mama makin suka marah-marah di rumah dan itu membuat keadaan rumah tidak sehangat dulu. Ayah dulu selalu mengerti keadaan saya, sekarang berubah semenjak adik saya lahir. Saya lelah. Lelah sekali. Saya makin benci dengan diri saya sendiri.

Kebiasaan self–harm saya makin sering saya lakukan. Mood saya berantakan, kadang bagus, kadang tidal. Kadang bahagia sekali, kadang sedih sekali. Begitu juga dengan emosi saya, emosi saya tidak terkontrol. Saya mudah menangis dan mudah marah. Di sisi lain, saya tidak tahu keberadaan teman-teman saya dimana, saya menjadi sangat kesepian. Saya ingin kembali seperti dulu, tapi saya benar-benar merasa sudah tidak ada harapan untuk itu. Bagaimana caranya saya bisa tidur seperti biasa, tidur yang cukup dan berkualitas. Bagaimana caranya agar saya bisa makan sehat dengan pola makan yang cukup dan teratur sehingga saya bisa sehat? Terima kasih.

 

Gambaran: Perempuan, 19 Tahun, Mahasiswa.


 Jawaban Pijar Psikologi

Halo, terima kasih karena telah mempercayakan Pijar Psikologi untuk menjadi tempatmu berbagi cerita. Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga ketika membaca balasan ini, kamu sudah merasa lebih baik ya.

Kami sungguh kagum denganmu. Kamu berani untuk mencari bantuan atas kondisi yang sedang dialami saat ini. Kami yakin, tidak mudah bagimu untuk mengumpulkan niat, keberanian, dan rasa percaya dalam mengungkapkan masalah yang sedang mengganggu pikiran dan mencari bantuan pada kami. Namun, kamu sudah melakukannya. Ini merupakan bagian yang hebat dari dirimu. Berdasarkan cerita yang sudah disampaikan, kami dapat memahami apa yang sedang kamu rasakan kali ini. Sepertinya ada perasaan sedih, marah, dan kecewa karena terus menerus mendapat tuntutan dari orang tua sedangkan kondisi saat ini belum memungkinkan untuk memenuhi harapan tersebut. Bahkan, kamu sampai merasakan keluhan fisik, seperti kurang bersemangat, tidak mau makan, tidak bisa tidur, sehingga membuatmu semakin tidak nyaman. Merasakan berbagai perasaan dalam satu waktu bukan berarti kamu lemah. Kami salut dengan usahamu untuk bangkit mencari bantuan. Usaha tersebut menandakan bahwa kamu menyadari tentang adanya kebutuhan untuk bertumbuh dan memperbaiki diri. Memiliki berbagai perasaan yang beragam dalam satu waktu seperti itu tentu tidak nyaman, ya. Tidak apa-apa. Kamu tidaklah sendiri. Kamu telah berjuang dengan sangat baik. Sehingga, pada saat ini, paru-parumu sedang bernapas, kedua matamu sedang membaca kata-kata ini, jari-jarimu sedang merasakan sentuhan dari apapun yang sedang kamu genggam, dan kita dapat bertemu kembali melalui konsultasi ini. Pada saat ini juga, bagian dirimu yang menginginkan untuk bertahan hidup lebih kuat dari bagian dirimu yang ingin menyerah. Untuk itu, kami tidak akan pernah bosan dan berhenti mengucapkan terima kasih karena sudah bertahan walau mungkin selama ini lebih banyak melalui semuanya seorang diri. Tidak ada salahnya jika sekarang kamu juga berterima kasih pada dirimu sendiri yang telah berjuang banyak untuk dapat melalui hari-hari yang berat kemarin.

Jika hidup adalah sebuah perjalanan. Lalu, sejauh kita melangkahkan kaki hingga saat ini, berapa kali kita jatuh? Berapa kali kita gagal? Berapa kali kita merasa terpuruk dan seakan tidak bisa melangkah lagi? Kegagalan, kesulitan, dan penderitaan adalah bagian dari pengalaman hidup manusia yang tidak dapat dihindari. Dari waktu ke waktu, kita akan berjumpa dengan peristiwa-peristiwa yang tidak terduga, dan mungkin saja membuat kita terjebak dalam keterpurukan. Begitulah roda kehidupan berjalan.

Berdasarkan cerita yang telah disampaikan, saat ini kamu merasa stres (cemas, takut, sedih, merasa kecewa, serta marah dengan diri sendiri) dan kamu merasakan jantung berdebar, sulit bernapas, dsb. Itu semua merupakan reaksi umum pada semua orang bila menghadapi situasi yang menekan. Merasa cemas adalah hal yang wajar, tetapi cemas yang berlebihan kurang baik akibatnya bagi tubuh kita. Mengapa? Karena cemas yang berlebihan, akan terus menerus memacu kerja jantung dan fungsi tubuh lainnya untuk bekerja lebih berat dari biasanya, dan hal tersebut tentunya akan menghabiskan banyak energi. Padahal, saat ini tubuhmu sangat memerlukan banyak energi untuk menghadapi tugas kuliah yang semakin banyak dan situasi rumah yang juga menghabiskan banyak energi. Untuk mengatasinya, mari kita coba melakukan langkah-langkah berikut ini agar perlahan-lahan kita bisa tenang serta nyaman ketika menghadapi berbagai hal dalam kehidupan.

1. Bernapas dengan jari-jari

Latihan ini bertujuan untuk mengembalikan orientasi kita pada kondisi saat ini dan di sini. Jangan biarkan diri kita terlarut pada masalah yang sedang berlangsung, maupun membayangkan terlalu jauh kedepan akan hal-hal yang mungkin bisa terjadi. Kita perlu tenang dulu agar bisa berpikir jernih, sehingga mampu melakukan fungsi sehari-hari secara normal, dan mampu melakukan tugas-tugas lainnya yang perlu kita selesaikan. Caranya adalah sebagai berikut:

  1. Letakkan salah satu tangan di hadapan kita dengan telapak tangan menghadap ke wajah.

  2. Dengan menggunakan jari telunjuk tangan satunya, sambil menarik napas, telusuri perlahan-lahan bagian luar ibu jari kita mulai dari bawah hingga puncaknya. Berhenti sejenak, tahan napas, kemudian telusuri secara perlahan bagian dalam jempol dari puncak ke bawah sambil menghela napas.

  3. Tarik napas lagi, kemudian telusuri jari berikutnya (jari telunjuk) dari bawah ke atas, berhenti sejenak, telusuri ke bawah sambil menghembuskan nafas.

  4. Lakukan latihan ini sampai jari kelingking.

  5. Setelah itu, mari kita ulangi kembali dari jari kelingking sampai ibu jari.

Untuk lebih jelasnya, kamu bisa mengakses link berikut ini sebagai contoh: https://www.youtube.com/watch?v=BAt58vJLBsQ

Mari kita usahakan pertahankan kondisi ini, dan setiap kali merasa tegang, ulangi latihan bernapas ini. Dengan menghitung napas, diharapkan kita akan lebih tenang dan tubuh lebih siap menjalani aktivitas sehari-hari. Percayalah pada proses kekuatan alamiah pemulihan diri.

2. Belajar untuk memaafkan dan menerima diri sendiri

Memaafkan diri sendiri merupakan langkah awal untuk menerima diri apa adanya, memaafkan orang lain, serta melanjutkan hidup dengan perasaan yang lebih positif. Salah satu cara yang bisa dilakukan yaitu berbicara dengan diri sendiri (self- talking) dengan mengucapkan:

“Jika aku telah melukai seseorang, sengaja atau tidak sengaja, aku meminta maaf. Jika siapapun telah melukaiku, sengaja atau tidak sengaja, aku memaafkan mereka. Jika aku telah melukai diriku sendiri, sengaja atau tidak sengaja, aku menawarkan permintaan maaf.”

Kita bisa mengubah atau membuat kalimat sendiri selama merasa cukup nyaman untuk mengucapkannya. Kita memutuskan untuk memaafkan diri dan mencintai diri daripada menjadi pengkritik utama diri sendiri. Kita memilih menjadi teman dan partner yang welas asih dengan diri sendiri. Kita kembali berpikir tentang hubungan kita dengan diri sendiri. Apakah selama ini kita sudah mencintai dan memaafkan diri kita? Atau, justru kita sangat kejam dalam memperlakukan diri sendiri? Dengan pemahaman itu, maka kita akan bersikap welas asih dalam menjalani hidup. Segala peristiwa yang terjadi adalah bagian dari hidup yang perlu dijalani dan diterima. Itulah yang dimaksud dengan self-compassion, sebuah cara yang kita lakukan untuk tetap berlaku baik terhadap diri sendiri. Kita memilih untuk tetap memberikan kebaikan, pengertian, dan belas kasih terhadap diri sendiri dengan penuh pemahaman. Pemahaman bahwa penderitaan, kegagalan, ketidakmampuan, ketidaksempurnaan adalah bagian dari pengalaman semua manusia.

3. Mengingatkan diri sendiri ketika keinginan self-harm datang menghampiri

Mari latih diri kita untuk mengingatkan diri kita sendiri ketika keinginan self-harm kembali muncul. Dengan penuh keyakinan, kita bisa mencoba untuk mengucapkan beberapa kalimat di bawah ini. Tujuannya adalah untuk mengingatkan bahwa diri kita berharga. Karena kita berhak untuk dicintai, setidaknya oleh diri kita sendiri. Berikut ini adalah beberapa kalimat yang dapat kita coba ucapkan:

“Aku tidak akan mendapatkan kebahagiaan dengan menyakiti diriku sendiri”

“Aku berharga, bagaimanapun kondisi diriku saat ini”

“Aku akan berhenti menyakiti diriku karena kedamaian tidak akan aku temukan dalam rasa sakit”

“Menyakiti diriku sendiri hanya akan menghasilkan kepuasan sesaat dan tidak akan mengantarkanku pada kebahagiaan yang aku inginkan”

Kami yakin, setiap manusia memiliki kemampuan healing yang luar biasa. Kita lebih besar dari masalah kita. Kita punya kontrol terhadap diri kita dan masalah yang ada. Mungkin memang membutuhkan waktu yg lama untuk menyembuhkan diri dari luka, tapi pada akhirnya kita pasti sembuh. Mari segera mungkin cari bantuan profesional seperti Psikolog Klinis atau Psikiater. Apabila pada masa pandemi ini konsultasi dengan profesional masih belum memungkinakan, kamu bisa melakukannya secara online.

Berikut ini adalah beberapa daftar layanan psikologi yang dapat kamu jadikan sebagai referensi:

1. Layanan psikologi terkait dampak pandemi COVID-19 SEJIWA

Hubungi 119 lalu tekan 8

2. Layanan Telekonseling Satgas COVID-19 HJIPKJ

Daftar: bit.ly/TelekonselingMasyarakat

WhatsApp: 08119737123 / 081295172920

Layanan ini gratis dan online, melalui video call aplikasi Zoom

3. Klinik Terpadu Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Depok

No. Telp. 021 78881150

4. Pion Clinician

No. Telp. dan WhatsApp: 081213332314

Email: info@pionindonesia.com

Website: https://pionindonesia.com/contact-us/

Sekali lagi kami ingin mengapresiasi perjuangan yang sudah kamu lalui sampai sekarang. Kamu sudah berjuang dengan sangat baik. Semoga dengan keberanian untuk membuka diri kepada kami, Kamu juga semakin berani untuk menghadapi segala situasi yang dihadapi. Selamat berproses menjadi dirimu yang lebih baik lagi. Percayalah bahwa setiap orang berhak untuk merasakan kebahagiaan, begitupun denganmu. Terima kasih telah bertahan ya!

Terima kasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi


Catatan: Curhat adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya. 

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Membaca Buku Bersama: Alternatif Kegiatan Edukatif untuk Orang tua dan Anak Selama Pandemi

Next
Next

CURHAT: Perubahan Mood yang Drastis Membuat Saya Kelelahan