CURHAT: Saya Sulit Membuka Hati Lagi Karena Takut Tidak Bisa Membahagiakan Pasangan

Curhat

Halo Pijar Psikologi!

Saya mencintai seorang teman. Dia lebih tua dari saya dan ia pernah menikah lalu bercerai. Dari pernikahannya itu, ia dikaruniai seorang anak. Singkat cerita, kemudian kami menjalin hubungan romantis. Saya juga memiliki niatan untuk menikahinya. Saya tahu seluk-beluk tentangnya dan masa lalunya. Saya pun menyadari dan melihat ke dalam diri saya tentang kekurangan-kekurangan diri saya yang terus saya coba perbaiki.

Pada suatu waktu, dia pernah mengalami depresi dan waktu itu saya mencoba mengajaknya untuk bertemu psikiater. Akhirnya, dia merasa tidak nyaman dengan sikap saya yang seringkali memperlihatkan emosi yang tidak stabil. Saya mendengar hal itu dari temannya. Tidak hanya itu, saya pun kemudian tahu bahwa ia merasa jijik dengan laki-laki. Dia tidak membenci saya, tetapi dia membenci laki-laki karena masa lalu yang pernah dia alami.

Begitu mendengar hal tersebut, saya tidak terpengaruh sama sekali. Tidak juga ingin melepasnya, saya tetap ingin melindunginya, mengayominya, dan membahagiakannya. Namun, saya juga sadar kekurangan diri saya yang hanya akan membuat masalah dan menimbulkan trauma lamanya. Kemudian kamipun mengakhiri hubungan.

Saat ini saya merasa takut untuk mulai membuka hati dan mencari pengganti. Saya merasa tidak ada jaminan bahwa saya tidak akan melakukan kesalahan yang sama seperti laki-laki yang telah menyakitinya, atau bahkan saya bisa menjadi laki-laki yang jauh lebih kejam dari masa lalunya itu. Namun, saya tidak pernah menyerah untuk terus memperbaiki diri, tapi saya pun tidak bisa mengelak bahwa hubungan saya yang telah lalu itu telah membekas dalam diri saya seperti trauma. Saya takut, saya tidak bisa membahagiakan wanita yang saya cintai.

Gambaran: Laki-laki, 24 Tahun, Pegawai Swasta.


Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih atas kepercayaanmu untuk bercerita di Pijar Psikologi.

Halo, bagaimana kabarmu saat ini? Bagaimana perasaanmu setelah menuliskan keresahan ini pada kami? Semoga kamu dalam keadaan yang lebih baik dari sebelumnya.

Mencintai seseorang adalah sebuah keberanian yang luar biasa. Sebab, ketika kita memutuskan untuk mencintai, itu artinya kita bersedia untuk memberikan apapun yang terbaik pada dia yang kita cinta. Kami percaya bahwa kelak sosok yang menjadi pendamping hidupmu adalah orang yang beruntung.

Pertama, hal yang perlu kita sadari dalam mencintai adalah mencintai tidak sama dengan menjalin hubungan dengan komitmen. Mencintai dapat dilakukan satu arah, tapi menjalin komitmen hanya dapat dilakukan dua arah.

Keinginan untuk mengayomi dan melindungi sosok yang dicintai adalah sesuatu yang sangat wajar. Kami juga mengapresiasi kepedulianmu terhadap teman yang mengalami depresi. Namun, kita tidak dapat membuat seseorang berubah jika bukan dirinya sendiri yang siap dan bersedia.

Bukan salahmu apabila perempuan yang kamu cintai belum siap menjalin komitmen, bukan juga salah perempuan tersebut ketika ia belum siap membuka hati. Karena terkadang yang belum tepat adalah waktu dan situasi.

Beberapa pertanyaan di bawah ini bisa dijadikan refleksi dan pertimbangan untuk menjalin komitmen dengan seseorang:

  • Seperti apa konsep hubungan versi dirimu?

  • Hal apa yang kamuharapkan dari pasanganmu kelak?

  • Hal apa yang kamuharapkan dari dirimu sebagai pasangan?

  • Apakah saat ini saya sudah siap membuka diri untuk komitmen baru?

Konflik dalam sebuah hubungan adalah bagian dari hubungan itu sendiri. Tidak mungkin tidak terjadi konflik antara dua orang yang memiliki karakter dan latar belakang berbeda. Tidak ada juga yang bisa menjamin bahwa tidak akan ada orang yang tersakiti dalam sebuah hubungan. Ingat bahwa hubungan bukan tentang menghindari konflik dan tidak saling menyakiti, tapi tentang memberikan toleransi, memaafkan, dan memperbaiki diri.

Hati itu ibarat sebuah gelas kaca, air adalah cinta dan kasih sayang yang ada di dalamnya. Bagaimana mungkin kita dapat memberikan cinta jika isi dalam gelas kaca itu masih kosong?

Seringkali kita terlalu sibuk mencintai orang lain dan melupakan diri sendiri. Kita terlalu sibuk membahagiakan orang lain sampai kadang melupakan kebahagiaan diri sendiri. Kondisi inilah yang membuat kita jadi mudah sedih, merasa tidak berharga dan merasa tidak mampu melakukan apapun untuk orang yang kita cintai.

Menumbuhkan perasaan cinta pada diri sendiri sama dengan menumbuhkan cinta pada orang lain. Saat kita jatuh cinta, kita ingin memberikan perhatian dan melakukan apapun demi orang yang kita cintai. Maka sekarang waktunya untuk melakukan itu kepada diri sendiri.

Bagaimana caranya?

  • Mulailah dengan menjalani pola hidup sehat, makan makanan bergizi, istirahat yang cukup dan olahraga teratur.

  • Setiap hari, cobalah berikan penguatan positif pada diri sendiri, misalnya, “Hai, Kamu hebat! Terima kasih sudah menjadi orang baik hari ini! Ayo semangat!”

  • Apresiasi diri sendiri setiap kali berhasil melakukan sesuatu. Contohnya: “Hi self,you finally did it! I know it was not easy for you but look at you, you can do it!”

Berikut ini beberapa artikel Pijar Psikologi yang bisa kamu baca agar lebih memahami makna cinta terhadap diri sendiri:

  1. Orang terpenting dalam hubungan romantismu (https://pijarpsikologi.org/orang-terpenting-dalam-hubungan-romantismu/)

  2. Tentang mencintai diri sendiri (https://pijarpsikologi.org/mencintai-diri-sendiri-tidak-selalu-menjadikan-anda-seorang-n arsistik/)

  1. Berdamai dengan kerapuhan diri (https://pijarpsikologi.org/berdamai-dengan-kerapuhan-diri/)

Jika setelah membaca balasan ini kamu merasa membutuhkan konsultasi langsung dengan psikolog, ada beberapa daftar konseling psikolog yang tersedia di sekitar wilayah tempat tinggalmu:

Ruko The Prominence 38F/ 32, Alam Sutera, Jl. Jalur Sutera Boulevard, Panunggangan Tim., Pinang, Kota Tangerang, Banten 15143

Sindangsari, PasarKemis, Tangerang, Banten 15560

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga memberikan perspektif baru untukmu. Selamat jatuh cinta dengan diri sendiri!

Terima kasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi


Catatan: Curhat adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Hal Berharga yang Saya Dapatkan dari Putus Hubungan

Next
Next

Dukungan Sosial Terhadap Anggota Keluarga yang Memiliki Gangguan Mental