Dewi Yull: “Mereka Tak Mendengar Suaraku”

Dewi Yull.jpg

“Skenario Tuhan sangat unik. Saya ini penyanyi dan sudah menyanyi sejak kecil. Kemudian apa yang terjadi? Dua anak saya tidak pernah mendengar suara saya.”

-Dewi Yull

Bagaimana rasanya jika Anda pandai menyanyi, banyak orang memuji-muji suara Anda, namun di saat yang sama orang yang paling Anda cintai tidak bisa mendengar, apalagi memuji suara Anda?

Begitulah yang dirasakan oleh Dewi Yull, penyanyi dan aktris terkenal Indonesia, yang sempat menjadi penyanyi pop terbaik wanita dalam Anugerah Musik Indonesia (AMI) Award tahun 2000 itu. Dewi dianugerahi empat orang anak dari pernikahannya dengan Ray Sahetapy yaitu (Almarhum) Gizca Puteri Agustina Sahetapy (1982 – 2010), Rama Putra (1991), Panji Surya (1993), dan Mohammad Raya Sahetapy (2001). Namun, dua diantaranya, Gizca dan Surya, menderita tuna rungu (tuli).

Memiliki dua orang putra yang tunarungu tentu tidak mudah. Namun, sekalipun Dewi Yull tidak menganggap hal ini sebagai hal yang memberatkan hidupnya. Sebaliknya, ia merasa hal ini merupakan anugerah dan kado terindah dari Tuhan yang mengajarkan banyak hal dalam hidupnya.[1]

“Awalnya saya bertanya, why me? Kenapa harus saya? Tetapi akhirnya saya tersadar bahwa Tuhan tidak pernah ingkar janji. Itu pegangan saya. Kalau kita percaya dan menjaga titipan Tuhan, Dia pasti tidak akan mengabaikan kita,” ujarnya.

Menjadi Orang Tua Anak Berkebutuhan Khusus: Sabar adalah kunci!

Sabar dan optimis adalah kunci untuk membesarkan anak dengan kebutuhan khusus. Dewi Yull pun meyakini iniMemang ia akui perjuangannya untuk membesarkan kedua anaknya yang tuna rungu sungguh menguras tenaga, harta, dan emosi. Proses yang dilalui sangat terjal. Dengan berbekal kesabaran sajalah, ia mulai bangkit menerima kenyataan dan percaya bahwa Tuhan Maha Adil.

Ia terus optimis bahwa Gizca mampu berfungsi dengan baik di masyarakat. Perjuangan ini dimulai saat ia mencari pendidikan yang terbaik untuk Gizca sejak usia empat tahun. Gizca kemudian di sekolahkan di Yayasan Ibu Nasution guna dilatih bicara verbal.  Hal ini dilakukan Dewi Yull untuk menyiapkan Gizca untuk masuk ke sekolah umum. Pada usia 7 tahun, akhirnya Gizca dapat masuk ke SD umum di dekat rumah. Sayangnya, Gizca mengalami tekanan yang berat selama berada di sekolah umum, sebab ia merasa berbeda dengan teman-temannya dan sempat mogok sekolah.

“Akhirnya saya ajak dia keliling mencari SLB yang dia mau, di Tebet, Lenteng Agung, Matraman, di mana saja. Tapi akhirnya dia memilih SLB di Kebun Jeruk. Walaupun jauh dari rumah, buat saya tidak mengapa. Yang penting dia merasa nyaman dan tidak lagi tertekan,” tuturnya.[2]

Proses melatih bicara pun sulit bukan main. Namun, Dewi dengan sabar mengajarkan satu kata selama satu jam setiap pulang sekolah.

Dalam suatu ceritanya yang lain, Dewi Yull menuturkan, kepalanya pernah robek karena di pukul botol Coca Cola yang masih berisi penuh. Pada suatu hari Dewi dan Gizca belanja ke supermarket dan Gizca ingin meminum Coca Cola. Namun saat itu Gizca mengucapkan, “Ola-ola,”. Lalu Dewi mengatakan bahwa jika Gizca ingin Coca Cola, dia harus mengucapkan Coca Cola dengan benar. Marah diperlakukan seperti itu, Gizca marah dengan bergelimpangan di atas lantai dan menjadi tontonan banyak orang di supermarket. Dewi yang bermaksud mendidik hanya membiarkan saja, hingga akhirnya Gizca dapat menyebutkan dengan benar pengucapan, “Coca Cola”. Setelah itu Dewi mengambil satu botol Coca-cola untuk Gizca. Tidak disangka, begitu menerimanya, Gizca kemudian langsung melempar botol Coca Cola itu  ke kepala Dewi hingga hampir robek.

Ia tidak marah, “Yang perlu ‘diobati’ lebih dahulu sebetulnya orangtuanya dan lingkungannya, bagaimana membuat mereka tetap bersemangat dan tak kenal lelah dalam membekali anak-anaknya yang tuli agar bisa mandiri,” ucap Dewi.1

Tak Kenal Lelah Mengembangkan Potensi Anak

Di samping berbagai kesulitan yang dihadapi Dewi dalam membesarkan kedua putranya, Dewi dengan sabar mencari dan mendorong potensi masing-masing anaknya untuk dikembangkan. Dewi berkata, “Untuk membuat anak saya berkembang dengan potensi masing-masing, saya harus belajar lebih dulu.”

“Saya harus mendahului anak saya belajar supaya mereka tidak malu,” ujar Dewi.[3] Seperti saat akan mengajarkan kedua anaknya yang tuna rungu bahasa isyarat, Dewi belajar lebih dulu. Dengan melakukan hal itu, anak-anaknya akan mendapat dukungan moral dan mendekatkan ia dengan anak-anaknya.2

Usaha tak mengenal lelah Dewi akhirnya membuat Gizca tumbuh menjadi sosok yang percaya diri dengan bakat melukisnya, bahkan pada usia 12 tahun ia sudah memamerkan 60 lukisannya dalam pamerang tunggal pada tahun 1994.[4]

Bukan hanya Gizca, Surya yang menderita hal yang sama, tumbuh menjadi pribadi yang percaya diri dengan kemampuannya di bidang teknologi dan olahraga. Pada tahun 2014 lalu, Surya dipercaya mewakili Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) Indonesia dalam ajang IT di Bangkok. Tidak tanggung-tanggung, pada Mei 2014, ia juga mewakili tuna rungu Indonesia untuk bertemu dengan Ratu Elizabeth II dan Prince Philip, Duke of Edinburgh.2 Selain itu, Surya yang saat ini berkuliah di Universitas Siswa Bangsa Internasional dengan separuh beasiswa, juga aktif mengajar bahasa isyarat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia.1

“Tuhan, saya akan menuntut janji bahwa Tuhan tidak akan ingkar kalau anak ini akan membanggakan saya,” ujar Dewi Yull.1

Anugerah Dari Tuhan

Bagi Dewi, anak-anaknya adalah anugrah. Dari mereka, ia belajar untuk merdeka dari tekanan social, menerima kehidupan, dan melawan mitos-mitos di masyarakat.

“Mitos-mitos itu saya pangkas habis pada saat saya menerima puteri saya yang lahir dengan ketidaksempurnaan, bahwa ada tugas yang Tuhan berikan kepada saya,”1

Sumber Data Tulisan

[1]http://www.beritasatu.com/kesehatan/220629-perjuangan-dewi-yull-membesarkan-2-anak-penyandang-tunarungu.htmldiakses pada tanggal 8 Agustus 2016

http://nasional.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/10/10/mufpsf-dewi-yull-jangan-malu-sekolahkan-anak-berkebutuhan-khusus diakses 8 Agustus 2016.

http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/13/10/10/mufq48-anak-dewi-yull-wakili-indonesia-di-kompetisi-it-internasional diakses 8 Agustus 2016.

http://www.antaranews.com/berita/460451/dewi-yull-dan-dua-anak-spesial  diakses 8 Agustus 2016

By: Fakhirah 

Featured Image Credit: http://cdn1a.production.liputan6.static6.com

Fakhirah Inayaturrobbani

Mahasiswa. Penulis. Peneliti. Pecinta hujan

Previous
Previous

Halilintar & Lenggogeni Faruk: Didik Anak Melalui Travelling

Next
Next

Ingin Tahu Jenis-jenis Pengasuhan Orang Tua? Cek Artikel Berikut Ini!