Filter Media Sosial: Saatnya Beranikan Diri

Hidup di era milenial telah memengaruhi gaya hidup manusia sehingga tidak bisa lepas dari gadget, kapanpun dan di manapun. Kehadiran gadget ini menyebabkan semakin lekatnya hubungan manusia dengan media sosial yang dimilikinya. Media sosial yang banyak digunakan saat ini antara lain: Facebook, Twitter, Instagram, Tumblr, Whatssapp, dan Line.

Berbagai macam pilihan media sosial tersebut seakan-akan mendorong manusia untuk memiliki akun di setiap pilihan yang ada. Dengan memiliki akun tersebut, kita dimudahkan untuk menjalin komunikasi dengan orang lain.

Berlandaskan pada proyek kecil yang dilakukan penulis terhadap pengguna media sosial berusia 20 tahunan, diketahui bahwa sebagian besar dari mereka adalah pengguna Instagram yang aktif. Twitter, Whatssapp, Line, Tumblr, maupun Facebook menjadi pilihan selanjutnya setelah Instagram.

Fenomena yang Terjadi di Media Sosial

X bercerita, ia suka melihat explore yang ada di Instagram. Dengan melihat itu, ia pernah menemui sebuah post yang membahas salah satu permasalahan di Indonesia. Permasalahannya berhubungan dengan dugaan klaim budaya Indonesia oleh negara tetangga. Seketika post tersebut diilimpahi komentar berupa hujatan maupun umpatan terhadap negara tetangga. Melihat hal tersebut, X merasa miris dan malu. Orang-orang yang berkomentar seolah-olah tidak berakal untuk memilah terlebih dahulu mana yang baik untuk disampaikan di kolom komentar.

X juga berkisah, ia pernah merasa minder melihat foto yang diunggah temannya. Foto tersebut menggambarkan temannya sebagai sosok perempuan yang cantik dan menarik. Kemudian, ia membandingkan dengan dirinya dan kalah cantik dan menarik dari temannya tersebut.

Di sisi lain, Y berbagi kisahnya saat bermain Tumblr. Y mengaku pernah menulis suatu hal yang sensitif karena berkaitan dengan SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan). Sekonyong-konyong, tulisannya dipenuhi dengan hujatan dan perdebatan. Selain itu, Y juga pernah menerima pesan yang bersifat negatif dan menyerang dirinya dalam fitur ask box yang di Tumblr.

Selain itu, muncul akun-akun unik di media sosial. Sebagai contoh adalah akun “mimiperi” di Instagram. Ada yang memandang akun tersebut sebagai suatu hal yang lucu dan menghibur. Namun, ada juga yang merasa heran kenapa akun tersebut harus mempermalukan dirinya untuk jadi bahan tertawaan orang.

Filter Isi Media Sosialmu!

Mau tidak mau, kita harus menerima kehadiran media sosial dengan berbagai fitur di dalamnya. Setelah itu, kita dapat menemukan cara yang tepat untuk hidup berdamai dengan berbagai fenomena yang muncul karena media sosial.

Mungkin beberapa poin di bawah ini bisa dicoba untuk memfilter isi media sosialmu!

Berteman dengan Akun yang Memberi Pengaruh Positif

Kita bebas memilih untuk berteman dengan siapa saja di media sosial. Pertemanan ini tidak terbatas pada orang-orang yang kamu kenal juga di dunia nyata, tetapi juga dengan orang-orang yang baru atau ingin kamu kenal di dunia maya.

Terkadang, orang yang kamu kenal di dunia nyata bisa menjadi sosok yang berbeda di dunia maya. Terlebih lagi dengan orang yang kamu kenal hanya di dunia maya. Ada saat ketika kamu merasa baik-baik saja, namun seiring berjalannya waktu, kamu merasa sebaliknya. Hal ini pun menyebabkan kamu merasa tidak nyaman dan terganggu oleh kehadirannya di media sosial.

Dengan demikian, penting bagi kita untuk memilah dan memilih akun-akun yang memberi pengaruh positif bagi kehidupan di media sosial.

Berani Unfollow, Block, Mute, atau Hide

Beberapa media sosial yang ada telah memberikan fitur seperti unfollow, block, mute, atau hide untuk memfilter isi yang ada. Dengan menerapkan fitur-fitur tersebut, kita dapat menciptakan lingkungan media sosial yang nyaman dan bermanfaat bagi diri kita. Bila kamu merasa temanmu di media sosial malah membuat dirimu merasa minder atau negatif, jangan takut untuk unfollow. Tindakan ini bagaikan tindakan pencegahan agar diri kita tidak terpengaruh oleh hal buruk maupun terganggu oleh orang lain.

Berani Terbuka dan Berbicara

Apabila kamu merasa terganggu dengan update temanmu, tidak ada salahnya kamu membicarakannya secara langsung. Mungkin saja temanmu tidak menyadari kalau yang dia lakukan itu suatu hal yang menyebalkan. Namun, kamu menyampaikan dengan cara yang baik pula agar temanmu merasa tidak tersinggung.

Tandai Konten yang Buruk

Jika kamu melihat suatu konten yang buruk dan merugikan di media sosial, cobalah untuk melaporkan konten tersebut. Fitur yang dimiliki seperti report this post atau flag dapat menjadi cara untuk menciptakan suasana dunia maya yang inspiratif dan suportif.

Pilih Aplikasi yang Nyaman Bagimu

Mungkin di antara kamu ada yang merasa tidak nyaman lagi di Instagram, lalu beralih ke Twitter. Ada yang merasa tidak aman di Tumblr, lalu beralih Instagram. Begitu juga contoh peralihan penggunaan aplikasi media sosial lainnya.

Apa kamu pernah menyadari bahwa keberagaman media sosial tersebut seolah menciptakan suasana serta kenyamanan yang berbeda? Salah satunya adalah Twitter yang diibaratkan sebagai media yang bebas untuk berceloteh apa saja. Namun, banyak hal baik di dalamnya dengan mem-follow akun-akun bermanfaat. Twitter yang memiliki fitur untuk menyembunyikan suatu informasi berdasarkan kata tertentu, membuat seseorang merasa lebih nyaman bermain di sana.

Di samping itu, Tumblr diibaratkan sebagai tempat yang nyaman untuk menulis ide, pikiran, ataupun perasaan. Pengguna Tumblr cenderung lebih pasif dalam memberikan respons dibandingkan pengguna aplikasi yang lain. Hal inilah yang membuat seseorang nyaman untuk mengungkapkan perasaannya di Tumblr karena tidak akan banyak yang memberi komentar.

You are the one who has the power to change your own mindset, and in turn, influence those around you

Marissa Donnely

Kebahagiaan hidup kita memang bukan bergantung pada keadaan sekitar, melainkan diri sendirilah yang memegang kendali untuk bahagia atau tidak. Begitu pula dengan hidup di media sosial. Bukan berarti kita harus menutup diri dari media sosial. Akan tetapi, diperlukan upaya untuk menciptakan suasana media sosial yang ramah dan baik untuk kebahagiaan diri kita.

Zahrah Nabila

a psychology student who is still learning and should treat herself first, before treat others

Previous
Previous

Kurangi Kecemasan Anda dengan Cara Ini!

Next
Next

Media Sosial Penebar Kecemasan. Atur Penggunaannya!