CURHAT : Saya Selalu Merasa Tidak Cukup Baik untuk Bisa Berteman dengan Orang Lain

Curhat

Halo Pijar Psikologi!

Semenjak saya masuk ke jenjang perkuliahan, saya merasa sangat payah dalam  membangun hubungan dengan orang lain. Lingkup pertemanan saya pun hanya itu-itu saja. Saya seringkali merasa takut untuk berinteraksi dengan orang lain karena saya sepertinya “not good enough” atau tidak cukup baik untuk bisa berteman dengan orang lain. Ketika saya mencoba berbicara dengan orang, terkadang merasakan cemas berlebihan yang akhirnya membuat kalimat saya menjadi susah dipahami dan terbata-bata. Selain itu, energi saya juga terkuras habis-habisan ketika bertemu dan berlama-lama dengan orang lain. Padahal, dulu tidak separah ini. Kondisi saya yang seperti ini membuat saya stres karena yang saya pahami di usia ini saya harus mencari dan berteman dengan banyak orang, tetapi saya malah takut untuk berinteraksi dengan mereka.

Sejujurnya, sebulan terakhir saya merasa hidup saya berantakan. Saya terus-terusan merasa cemas dan menghindari masalah. Saya juga merasa tidak mampu dan berat untuk mengatakan apa yang ada di pikiran saya. Selain membuat saya kesulitan untuk fokus pada tugas kuliah, perasaan ini  membuat saya bertengkar dengan kedua orang tua karena saya tidak bisa mengatakan pada mereka apa yang saya ingin dan tidak ingin lakukan. Apakah yang saya rasakan ini adalah hal yangg lumrah bagi kebanyakan orang yang sedang berproses untuk tumbuh dan berkembang? Atau saya yang memang bermasalah?

Gambaran: Perempuan, 19 Tahun, Mahasiswa.


Jawaban Pijar Psikologi

Terima kasih karena telah mempercayakan Pijar Psikologi untuk menjadi tempatmu berbagi cerita. Bagaimana kabarmu hari ini? Semoga kamu merasa jauh lebih baik sekarang.

Setelah membaca dan mencoba memahami cerita yang kamu sampaikan, rasanya pasti tidak nyaman berada di posisimu. Banyak hal-hal yang kamu pikirkan yang membuat kamu merasa cemas, bingung, dan bahkan lelah. Di satu sisi, kamu ingin terhubung dengan orang-orang di sekitar. Namun di sisi lain, ada ketakutan dan kelelahan yang dirasakan olehmu. Hal ini tentunya menjadi dilematis karena hal ideal yang diinginkan kurang sesuai dengan apa yang saat ini terjadi.

Kami sangat mengapresiasi keputusanmu untuk bercerita karena tidak semua orang mau dan siap berbagi apalagi mengenai hal yang kurang menyenangkan. Hal ini tentunya menjadi salah satu indikator bahwa kamu mengetahui dan mengenali kebutuhan dirimu sendiri.

Usiamu saat ini berada pada tahap usia peralihan/transisi dari remaja menuju ke dewasa. Pada usia ini, banyak sekali hal yang akan menjadi fokusmu dan seakan-akan datang secara bersamaan. Tugas-tugas tersebut rasanya harus dijalankan atau diselesaikan, tetapi tampaknya terlalu banyak sehingga pada beberapa orang dapat menimbulkan tekanan. Saat ini, salah satu hal yang menjadi fokusmu mungkin adalah membangun hubungan yang baik dengan orang lain, termasuk hubungan pertemanan. Terkait hal ini, pasti senang rasanya memiliki banyak teman atau kenalan. Namun, jika seseorang tidak memiliki begitu banyak teman atau kenalan seperti standar yang telah dibuat oleh lingkungan sekitar, hal tersebut juga bukan menjadi masalah. Pertemanan tidak hanya soal kuantitasnya, tetapi juga kualitas dari hubungan tersebut perlu menjadi pertimbangan. Memliki teman yang dapat membuat kita bertumbuh dan mendukung satu sama lain menjadi sangat penting. Jika memang saat ini kamu belum bisa berinteraksi dengan banyak orang atau kurang nyaman berada di antara banyak orang, tidak apa-apa. Segala sesuatu itu butuh proses dan tidak serta merta terjadi seperti yang kita bayangkan.

Hal lain yang bisa kamu lakukan adalah dengan mencoba mengenali kembali penyebab dari perasaan-perasaan yang kamu alami. Bisa jadi ada sumbangsih dari negative thoughts atau mungkin pikiran self-blaming yang ada di kepalamu. Kamu bisa mencoba menuliskan hal-hal tersebut sehingga lebih mudah terpetakan. Setelah menulisnya, kamu bisa menanyakan kembali pada dirimu sendiri apakah yang kamu pikirkan tersebut memang benar atau hanya pikiran semu. Sebagai contoh, ketika kamu mengatakan bahwa dirimu “tidak cukup baik” untuk berinteraksi dengan orang lain, “Apakah hal tersebut memang benar?Apakah tidak ada sama sekali orang yang mau berinteraksi atau berteman dengan kamu? Adakah hal lain yang membuktikan bahwa kamu tidak cukup baik?”. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini perlu diajukan untuk membuktikan validitas dari apa yang kamu pikirkan.

Kegiatan lain yang bisa dilakukan yakni menulis. Dengan menulis, kamu bisa berlatih untuk mengekspresikan pikiran dan perasaanmu. Meskipun kamu memiliki hambatan untuk menyampaikannnya kepada orang tua, tetapi dengan menuliskannya, setidaknya kamu bisa mengurangi beban-beban yang ada di hati dan pikiranmu. Jika memang masih belum mampu untuk menyampaikannya tapi sangat ingin pesan tersebut sampai pada orang tua, menulis surat untuk orangtua juga bisa jadi salah satu alternatif yang bisa dicoba.

Terkait dengan kesulitanmu untuk fokus dengan tugas yang perlu dikerjakan, selain dengan membuat jadwal atau mengatur waktu, kamu perlu meregulasi emosi yang dirasakan. Mengelola rasa cemas dan pikiran-pikiran yang dirasa menekan tersebut dapat dilakukan salah satunya dengan mendengarkan musik. Mendengarkan musik dapat membuatmu menjadi lebih tenang. Selain itu, kegiatan lain yang bisa dilakukan adalah dengan berolahraga.

Baca juga: Mengelola Stres dengan Berolahraga di sini.

Kamu adalah orang hebat yang berani untuk bertahan hari ini. Meskipun sangat lelah, terimakasih banyak karena kamu sudah berhasil melewati berbagai rintangan selama ini. Jika kamu masih merasa tidak baik-baik saja, kamu bisa menemui psikolog terdekat untuk menjadi teman berceritamu. Selalu ada jalan bagi mereka yang kuat dan mau berusaha. Semangat untuk melanjutkan hari dan berproses!

Terimakasih telah berbagi.

Salam,

Pijar Psikologi.


Catatan: Curhat adalah sesi konsultasi yang disetujui oleh klien untuk dibagikan kepada pembaca agar siapapun yang mengalami masalah serupa dapat belajar dari kisahnya.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

Menjadi Manusia Seutuhnya dengan Mengelola Emosi Negatif

Next
Next

Gagasan Jung dan Adler Tentang Berdamai dengan Diri Sendiri