19 Hal yang Perlu Dilakukan Terhadap Anak Pelaku Bullying (Part 2)

Seperti yang telah dijelaskan di artikel sebelumnya mengenai bullying dan hal-hal yang bisa dilakukan orang tua ketika anak adalah pelaku bullying, maka sebenarnya bullying adalah fenomena sekaligus keprihatinan kita bersama. Kita adalah orang tua, jajaran pengajar di institusi pendidikan, teman atau kolega, masyarakat, warganet dan pengguna media sosial. Terjadinya bullying tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua dari pelaku bullying saja. Namun, juga kita semua. Lalu, apabila bullying terjadi, bagaimana seharusnya kita, baik sebagai guru/pengajar di sekolah, teman, saksi dan masyarakat umum menyikapi pelaku bullying? Berikut ini adalah hal-hal yang bisa kita lakukan ketika terjadi bullying/cyberbullying yang dilakukan oleh anak didik, teman, kerabat, maupun seorang remaja asing yang viral di internet.

Jika Kita Adalah Guru/Pengajar dari Anak Pelaku Bullying

Sebagai seorang guru di lingkungan sekolah yang sering menjadi tempat terjadinya bullying, peran aktif guru sebagai orang tua kedua sangatlah penting. Berikut ini adalah hal-hal yang bisa dilakukan sebagai seorang guru, apabila tindakan bullying terjadi pada salah satu siswanya.

  1. Ciptakan lingkungan yang aman dan suportif

Lingkungan belajar yang aman dan ramah terhadap perbedaan sangat penting untuk ditanamkan. Hal ini menghindari adanya kesenjangan baik itu secara fisik, materi, maupun psikologi. Tekankan bahwa lingkungan yang ada adalah lingkungan yang menerima perbedaan, mendukung penuh potensi dan keunikan, serta melarang keras adanya tindakan bullying. Tanamkan pula rasa hormat, tanggung jawab antar siswa, dan biasakan untuk berkomunikasi secara jelas, langsung dan spesifik sehingga menghindari adanya ambiguitas yang dapat menimbulkan banyak prasangka.

2. Segera hentikan apabila terjadi tindakan bullying

Ketika tindakan bullying terjadi, hentikan saat itu juga dan usahakan untuk tetap tenang. Pisahkan ‘pelaku’ dan ‘korban’ di tempat terpisah dan tunggu hingga emosi mereka mereda. Jangan meminta siswa yang melakukan bullying untuk langsung meminta maaf di tempat terjadinya bullying. Hal ini dilakukan untuk menghindari rasa terpaksa dan permintaan maaf yang tidak tulus.

3. Pahami alasan dibalik terjadinya bullying

Tanyakan secara terpisah alasan mengapa siswa melakukan bullying dan mengapa temannya di-bully. Dengarkan dengan seksama alasan yang mereka berikan. Dengarkan tanpa menghakimi dan menyalahkan karena tujuan kita sebagai guru adalah untuk memahami apa yang sedang terjadi hingga menyebabkan tindakan bullying. Apabila diperlukan, guru bisa memberikan hukuman logis yang relevan dengan apa yang telah dilakukan kepada siswa yang melakukan bullying. Misalnya dengan melakukan kegiatan sosial seperti berbagi dengan anak-anak kurang beruntung untuk mengajarkan mereka tentang welas asih kepada sesama.

4. Dukung anak-anak yang terlibat dalam bullying

Baik korban, pelaku, maupun saksi bullying merupakan usia-usia anak yang masih labil dan membutuhkan dukungan serta pengawasan. Maka dari itu, guru hendaknya terus memantau apabila terjadi perubahan emosi yang berarti antar anak-anak didiknya. Selain itu, guru juga bisa memberitahukan cara bagaimana melampiaskan emosi negatif dengan baik dan tepat sehingga hal tersebut diharapkan dapat meminimalisir adanya bullying di kalangan siswa remaja.

Baca juga: Katarsis: Cara Mengungkapkan Emosi di sini.

Apabila perilaku bullying kembali terulang maka guru harus memberikan peringatan kepada orang tua yang bisa dilakukan dengan mengadakan pertemuan rutin antara siswa-orang tua. Hal tersebut bertujuan agar terjadi kesinambungan pendidikan antara di sekolah dan di rumah melalui pengawasan dan pendampingan baik dari guru maupun orang tua. Pemahaman yang perlu ditekankan adalah bahwa kekerasan, intimidasi, dan teror merupakan penyaluran emosi negatif yang tidak tepat. Maka dari itu penting bagi orang tua dan guru untuk memberitahukan penyaluran emosi yang baik serta bagaimana anak bisa memahami perilakunya sendiri. Selain itu, guru juga perlu meningkatkan kemampuan komunikasi interpersonal yang baik antar siswanya sehingga tercipta harmoni di lingkungan sekolah.

Baca juga: Merangkul Emosi Negatif yang Hadir di sini.

Jika Kita Adalah Teman dari Pelaku Bullying

Apabila kita adalah seorang teman dari orang yang melakukan bullying, maka tidak ada salahnya agar kita tetap adil menyikapi kejadian ini. Bukanlah hal yang salah apabila kita tidak setuju terhadap perilakunya. Namun, kita juga tetap harus memperlakukannya sebagai manusia seutuhnya. Hal yang perlu kita lakukan sebagai teman adalah dengan tidak meninggalkannya, tetap mendukungnya dalam hal kebaikan, apabila perlu kita juga mendampinginya untuk bersama belajar bagaimana mengontrol emosi dan bersosialisasi dengan baik. Salah satunya bisa dengan cara mengikuti kelas olahraga, kelas kepribadian, atau kelas-kelas positif lainnya.

Jika Kita Adalah Saksi Bullying (Bystander)

Dari kasus bullying yang terjadi di sekolah, hanya ada sebagian kecil pelaku dan korban. Saksi mata atau bystander berjumlah sekitar 80%, atau bahkan lebih, ketika bullying terjadi. Maka dari itu, sebenarnya peran bystander dapat sangat berpengaruh untuk menangani kasus bullying. Apabila kita adalah seseorang yang melihat atau menyaksikan perilaku bullying terjadi, tentu kita merasa perlu untuk menyuarakan keadilan. Diam dan tidak bertindak adalah tindakan yang kurang tepat. Apa yang bisa kita lakukan sebagai saksi bullying? Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk bisa berperan dalam menghentikan tindakan bullying.

  1. Segera hentikan aksi

Kita bisa menjadi penengah dalam kejadian bullying antara orang yang melakukan bullying dan orang yang di-bully. Caranya adalah dengan menarik orang yang di-bully menjauh dari tempat terjadinya bullying. Dengan begitu diharapkan tindakan tersebut bisa berhenti. Selanjutnya kita bisa mencari dukungan dari orang-orang sekitar untuk menenangkan keduanya secara terpisah.

2.Melaporkan kepada pihak yang berwenang

Apabila kita menyaksikan bullying dalam lingkungan sekolah, maka segera melapor kepada guru atau seseorang yang berwenang untuk menghentikan aksi bullying tersebut. Dengan melaporkan tindakan bullying maka, kita sebagai saksi telah ikut berperan dalam membantu pihak berwenang untuk menghentikan bullying.

3.Sebisa mungkin tetap tenang dan tidak terlibat/menonton berlangsungnya

Saksi bullying turut berperan dalam terjadinya aksi bullying apabila kita tetap diam, tidak melakukan apapun sambil menonton terjadinya bullying. Pastikan keadaan kita tenang dan pastikan pula pihak yang di-bully dalam keadaan baik-baik saja. Kita bisa bertanya kepada orang yang melakukan bullying dan orang yang di-bully secara terpisah tentang apa yang membuat bullying terjadi, tentunya dengan pendampingan orang-orang yang berwenang.

Jika Kita Adalah Orang Asing yang Menyaksikan Cyberbullying

Cyberbullying merupakan bentuk bullying yang unik, karena bisa terjadi tanpa adanya pertemuan antara kedua belah pihak. Cyberbullying juga unik karena ada banyak mata lain yang menyaksikan, yang bisa saja ikut berperan dalam situasi bullying tanpa mengetahui duduk perkara sebenarnya. Bagi Anda yang menyaksikan cyberbullying, berikut ini adalah beberapa cara yang perlu dilakukan saat menyaksikan cyberbullying.

  1. Berikan dukungan pada orang yang di-bully tanpa ikut memperpanas situasi.

Saat melihat terjadinya cyberbullying, banyak dari kita yang ingin mendukung orang yang di-bully. Tapi, banyak pula yang tidak menyadari bahwa terkadang komentar yang kita sampaikan untuk membela justru memperpanas situasi. Kita perlu bijak memilah bentuk dukungan yang bisa kita berikan saat melihat terjadinya cyberbullying. Berbalik melakukan bullying terhadap ‘pelaku’ tidak termasuk cara yang tepat. Daripada membuang waktu untuk mengomentari kalimat-kalimat bullying yang dilontarkan ‘pelaku’, akan lebih baik jika kita meninggalkan komentar mendukung untuk orang yang di-bully.

2. Bijak menyebarluaskan (share) kasus bullying yang ditemukan.

Kasus bullying yang belakangan ramai mengajarkan kita untuk tidak langsung percaya pada berita yang kita dapatkan di internet. Terkadang, kita sangat mudah percaya pada berita yang kita baca hanya karena isu yang diangkat sensitif dan kita merasa tidak boleh tinggal diam. Padahal kita sendiri belum mengecek ulang kebenaran berita tersebut. Ada baiknya jika kita lebih bijak untuk mengecek ulang kebenaran sebuah kasus sebelum akhirnya menyebarluaskan kepada khalayak ramai.

Baca juga: Ada Apa di Balik Hoaks di sini.

3. Laporkan perilaku bullying

Setiap media sosial tentu punya fitur “report” yang memfasilitasi pengguna untuk melaporkan tindakan-tindakan tidak menyenangkan yang terjadi, termasuk bullying. Caranya pun dibuat sangat mudah, hanya dengan 1-3 kali klik, kita sudah bisa melaporkan akun atau komentar tertentu. Tentunya kita juga perlu bijak menggunakan fitur ini agar terhindar dari perilaku asal lapor. Akan tetapi saat kita yakin sedang melihat perilaku bullying terjadi, maka tidak ada salahnya kita memanfaatkan fitur “report” yang sudah diberikan oleh pengelola media sosial kita.

***

Terjadinya bullying adalah tanggung jawab kita bersama baik sebagai orang tua, guru di sekolah, teman, saksi, maupun masyarakat pada umumnya. Dengan terjadinya aksi bullying akhir-akhir ini merupakan peringatan bagi kita untuk mengevaluasi peran kita sebagai sesama manusia yang seharusnya menjaga keharmonisan dalam hidup berdampingan, saling welas asih dan berkasih sayang. Adanya perilaku bullying, seharusnya kita sikapi dengan kembali menata diri dan hati tentang bagaimana seharusnya kita berperilaku ketika bullying terjadi. Tentunya bukan dengan mencemooh tiada henti terhadap pelaku bullying, tetapi dengan terus mendukung baik korban maupun pelaku ke arah yang positif. Keduanya sama-sama membutuhkan perhatian dan kasih sayang kita baik sebagai orang tua, guru, teman, saksi, maupun masyarakat pada umumnya.

Pijar Psikologi

Pijar Psikologi adalah media non-profit yang menyediakan informasi kesehatan mental di Indonesia.

Previous
Previous

CURHAT: Saya Tak Kunjung Mendapatkan Restu untuk Menikah, Karena Orang Tua Takut Pernikahan Saya Gagal Seperti Mereka

Next
Next

19 Hal yang Perlu Dilakukan Terhadap Anak Pelaku Bullying (Part 1)