Avengers: Endgame: Ketika Pahlawan Super Mengalami Kesedihan yang Mendalam

avenger endgame.jpg

PERHATIAN! Artikel ini mengandung SPOILER untuk Avengers: Endgame.

Kesedihan terlihat jelas di seluruh wajah Avengers. Black widow yang murung, Hawkeye yang marah lalu menjadi bengis, Hulk yang nampak ceria tapi sebenarnya tidak dan Thor yang “berantakan” sudah lebih dari cukup untuk menggambarkan bahwa mereka-pahlawan super-juga bisa mengalami kesedihan yang mendalam.

 ***

Avengers: Endgame diawali dengan atmosfer duka yang meliputi seluruh avengers yang disebabkan oleh musnahnya sebagian makhluk di bumi karena ulah Thanos. Hingga akhirnya, Tony Stark kembali ke bumi diikuti dengan bergabungnya Kapten Marvel adalah awal dari duka yang lebih dalam. Avengers berencana untuk membunuh Thanos dan mengembalikan keadaan bumi seperti sediakala. Mereka berhasil. Namun, keberhasilan itu tidak mengubah keadaan. Thanos mati, tapi infinity stones sudah menghilang sehingga tidak ada lagi harapan untuk mengembalikan keadaan seperti semula.

Dalam sekuel MCU terakhirnya, Marvel seakan-akan sedang menegaskan sisi lain dari para pahlawan super mereka, yaitu superhero juga bisa merasa sedihSemua itu terlihat jelas di wajah getir Black Widow, kemarahan dan aksi keji Hawkeye, kebahagiaan semu Hulk dan keputusasaan Thor dengan hidup. Atau pilihan hidup Tony Stark yang memilih menerima kegagalan dan melanjutkan kehidupannya, walaupun kesedihannya terhadap Peter Parker tidak bisa ia pungkiri. Masing-masing memiliki caranya sendiri dalam merespon kegagalan Avengers dalam mengembalikan penduduk bumi seperti sediakala.

Kegagalan Avengers membawa mereka ke dalam masa-masa sulit yang akhirnya membuat mereka mengalami kesedihan sebagai respon psikologis. Berdasarkan pendekatan psikologi, seseorang akan mengalami tahapan-tahapan selama masa sedih sebelum ia menerima apa yang terjadi pada dirinya sebagai kenyataan dan melanjutkan hidup. Menurut teori Kulber-Ross, seseorang akan mengalami 5 tahapan kesedihan (5 stages of grief) sebelum ia kembali pada kondisi normal (stabil). Hal itu juga terjadi pada para Avengers. Mereka juga mengalami tahapan-tahapan kesedihan menurut Kulber-Ross, yaitu denial, anger, bargaining, depresi dan acceptance.

Black Widow Mengalami Tahap Denial

Kesedihan akibat kegagalan pelan-pelan mengubah Black Widow, dari sosok yang dikenal kuat dan tangguh menjadi seseorang yang murung dan rapuh. Dedikasinya pada Avengers dan ikatan emosi yang terbangun dengan sesama anggota Avengers, membuatnya menolak atas apa yang terjadi. Ia adalah satu-satunya anggota Avengers yang selalu berjaga di markas demi memastikan semuanya baik-baik saja. Selain itu, ia juga yang berpikir keras bagaimana caranya agar keadaan bisa kembali seperti semula. Black widow tenggelam dalam rasa bersalah, frustasi dan tidak terima akan kenyataan bahwa Avengers telah gagal dan rekan-rekannya menghilang bersama dengan separuh penduduk bumi lainnya.

Black widow seakan menggambarkan seseorang yang berada pada tahap denial. Tahap ini adalah tahapan pertama dari 5 tahap kesedihan. Denial merupakan mekanisme pertahanan dimana seseorang menolak, menghindari, atau menyangkal adanya masalah/kenyataan yang terjadi. Penolakan ini adalah sebuah mekanisme untuk menghindari rasa sedih, kecewa, takut yang akan timbul apabila ia menerima kenyataan tersebut. Seseorang yang berada dalam tahap denial tidak hidup dalam kenyataan sebenarnya (actual reality), tetapi sebaliknya ia hidup dalam kenyataan yang lebih disukai (preferable reality). Seseorang yang berada dalam tahap ini seakan merasa apa yang sedang terjadi bukanlah realita yang sebenarnya. Ia merasa masih ada pilihan yang sesuai dengan harapannya. Tahap denial pada awalnya bisa termanifestasi berupa shock dan perilaku membisu/melamun.

Hawkeye Berada pada Tahap Anger

Hawkeye dan keluarganya hidup damai sebelum Thanos menjentikkan jarinya dan menghilangkan separuh penduduk bumi. Termasuk didalamnya yaitu istri dan anak-anak Hawkeye. Ia tidak ikut berperang melawan Thanos dalam infinity war. Namun, ia mendapatkan dampak terbesar dari perang tersebut. Hawkeye harus menghadapi kenyataan kehilangan seluruh keluarganya sendirian. Hal itulah yang membuat Hawkeye marah. Ia marah terhadap apa yang dilakukan Thanos. terhadap dirinya, keluarganya, kenyataan dan kehidupan. Ia tahu, ia pun tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengembalikan keadaan dan keluarganya. Daripada terus bersedih meratapi nasibnya, Hawkeye justru memilih melanjutkan hidup walaupun dengan penuh kemarahan. Ia mengarahkan kemarahannya dengan berubah menjadi Ronin. Ia membunuh penjahat menggunakan pedang samurainya secara membabi buta sebagai bentuk kemarahannya terhadap apa yang terjadi. Ia merasa dengan membunuh penjahat secara kejam, ia bisa melampiaskan kemarahannya terhadap nasibnya pada penjahat tersebut.

Hawkeye berada dalam tahapan kesedihan kedua yaitu anger. Anger (kemarahan) merupakan fase dimana seseorang tidak bisa lagi menolak kesedihan yang diakibatkan dari sebuah kenyataan pahit seperti kehilangan. Akibatnya, ia cenderung frustasi, marah, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain dan menyalahkan lingkungan sekitar. Seseorang yang mengalami fase ini akan cenderung menunjukkan rasa marahnya seakan sedang berbicara pada dunia bahwa ia marah atas apa yang menimpanya.

Hulk dan Tahapan Bargaining

Hulk secara mengejutkan merespon kekalahan Avengers dan hilangnya separuh penduduk bumi dengan menjadi sosok yang begitu berbeda. Hulk yang selama ini dikenal selalu berurusan dengan kontrol emosi, kini terlihat sangat berbahagia dengan diri dan kehidupannya.

Hulk merepresentasikan tahap ketiga dari kesedihan yaitu bargaining. Tahap ini seringkali termanifestasi dalam negosiasi untuk menghindari kesedihan, rasa sakit, kehilangan atau keadaan yang tidak diinginkan. Disini, Hulk bernegosiasi untuk tidak merasakan kesedihan dengan menjadi sosok yang ramah dengan tujuan ia tidak akan merasa sedih. Ia terlihat sangat bahagia dengan kehidupannya dan seakan-akan telah menerima apa yang terjadi pada sebagian penduduk bumi dan kekalahan Avengers. Padahal tidak, ia hanya sedang melakukan negosiasi. Hulk tidak benar-benar bisa menerima kenyataan yang terjadi. Hal ini terbukti dengan persetujuannya untuk bergabung dalam misi time travel demi mengembalikan keadaan walaupun ia tahu time travel bukanlah keahliannya. Hulk masih memiliki harapan bahwa kenyataan bisa berubah. Bahwa kesedihan yang ia rasakan bisa dihindari.

Thor dalam Depresi

Masa-masa suram akibat jentikan Thanos, mengantarkan Thor pada kesedihan yang mendalam hingga membuatnya depresi. Setelah Thor memenggal kepala Thanos dan tidak mengubah apapun karena infinity stones telah lenyap, Thor akhirnya jatuh dalam lubang depresi. Apabila dlihat dari latar belakang Thor, ia kehilangan kerajaannya Argard sekaligus tahta sebagai raja dan kini ia harus menghadapi kekalahan Avengers terhadap Thanos beserta hilangnya separuh penduduk bumi. Thor dalam kepedihan yang dalam. Ia mengalami sejumlah trauma yang membuatnya memilih untuk menyerah terhadap hidup. Thor menggambarkan seseorang yang berada pada tahap depresi. Ia tidak lagi menganggap dirinya dan semuanya penting untuk diperjuangkan. Ia menganggap semua sudah selesai, semua sudah hancur dan musnah termasuk dirinya. Thor kecanduan alkohol, hidupnya berantakan, tidak ada lagi yang penting kecuali alkohol dan game. Ia telah menyerah terhadap dirinya, lingkungannya, dan hidupnya.

Baca juga: Thor Buncit dan Kebiasaan Body Shaming di sini.

Tahap depresi adalah tahap dimana seseorang sudah tidak bisa lagi menolak kenyataan. Sebaliknya ia akan merespon apa yang terjadi dengan merasa sedih bahkan menyalahkan diri sendiri. Kesedihan yang dirasakan semakin lama semakin dalam dan rasanya seperti akan berlangsung selamanya. Tahap depresi didominasi dengan perasaan kosong dan putus asa yang pelan-pelan memasuki fase kehidupan. Hal yang perlu dipahami adalah tahapan depresi pada 5 stages of grief ini berbeda dengan depresi pada gangguan mental.

Baca juga: Direktori Psikologi: Gangguan Depresi Mayor di sini.

 Penerimaan Tony Stark

Tony Stark terdampar di luar angkasa tanpa bantuan, makanan dan hampir kehabisan oksigen. Di awal film ia telah lantang mendeklarasikan bahwa ia telah dekat dengan kematian. Tidak ada pilihan lain baginya selain untuk menerima kenyataan tersebut. Keadaan berubah dengan munculnya Kapten Marvel yang menyelamatkannya dan membawanya kembali ke bumi. Ia kemudian melanjutkan hidup dengan membangun sebuah keluarga setelah jentikan jari Thanos menghancurkan setengah peradaban bumi. Tony mencoba hidup tanpa melupakan kejadian pahit tersebut. Ia tetap melanjutkan hidup dengan penuh harapan. Ia mencoba hidup berdampingan dengan kenyataan bahwa Avengers telah gagal dan separuh penduduk bumi telah menghilang

Tony Stark adalah representasi dari seseorang yang telah benar-benar menerima kenyataan seutuhnya. Acceptance atau penerimaan adalah tahapan akhir dari 5 stages of grief yang ditandai dengan kesadaran untuk menghadapi kenyataan. Pada tahap ini seseorang akan lebih tenang dan stabil secara emosi. Penerimaan bukan semata-mata tentang merasa baik-baik saja dan masalah selesai. Namun, lebih dari itu penerimaan adalah tentang menerima kenyataan bahwa kenyataan memang pahit dan kita harus mengakuinya sebagai realitas yang sebenarnya terjadi secara permanen. Kita tahu kita tidak akan pernah menyukai kenyataan ini atau membuatnya baik-baik saja, tetapi apapun itu kita menerimanya. Kita tidak lagi berusaha mengubah apapun dan mengganti apa yang sekiranya tidak menyenangkan. Kita menerima realita secara utuh apapaun bentuknya, lalu kita berubah, bertumbuh, dan melanjutkan hidup. Kita menerima semua itu dan belajar untuk hidup berdampingan secara harmonis.

Kesedihan Adalah Hal yang Tidak Terhindarkan

Kesedihan karena kehilangan, kematian, atau perpisahan bisa terjadi pada siapapun. Tidak terkecuali seorang superhero sekalipun. Avengers: Endgame menyadarkan kita bahwa kesedihan sebenarnya sangat dekat dengan keseharian manusia. Hal itu karena kesedihan adalah hal yang tidak terhindarkan dan akan selalu dihadapi oleh setiap manusia selama hidup.

Kesedihan membuat seseorang menyadari kehidupan adalah sebuah anugerah, tentunya setelah memberikan cukup waktu untuk menghadirkan kesedihan itu datang. Menjamunya dengan baik lalu memberikannya tempat dalam diri kita dan bukan menolaknya. Duka dan kesedihan membantu kita untuk berhenti sejenak dari kehidupan yang selalu sibuk. Membantu kita untuk menyelami diri kita sendiri. Memikirkan kembali apa-apa yang telah terjadi dan menyeleksi mana yang perlu dibawa dan mana yang harus ditinggalkan untuk melanjutkan perjalanan hidup. Kesedihan membantu kita berpikir kembali terhadap esensi kehidupan itu sendiri.

***

Ada kalanya hidup membawa kita menuju kesedihan yang dalam. Namun, apapun alasan kesedihan itu, semoga kita tetap mengingat bahwa kesedihan adalah hal yang sangat manusiawi. Kita boleh bersedih. Kita boleh berduka. Kesedihan itu mungkin akan membawa kita sampai pada tahapan-tahapan kesedihan yang terus berulang. Tidak apa-apa, kita berhak mengambil waktu jeda untuk bersedih. Kita berhak mengambil waktu jeda untuk berhenti sejenak, untuk kemudian berjuang kembali.

Kesedihan dan duka adalah proses yang sangat personal. Namun, apabila kita merasa tidak mampu menjalaninya sendiri, kita tentu boleh meminta bantuan pada teman, keluarga atau profesional.

Isnaniar Noorvitri

She writes mostly in relationship and compassion. Meet her at instagram @isnaniarr

Previous
Previous

Bagaimana Mengekspresikan Kemarahan dengan Baik?

Next
Next

CURHAT: Suami Saya Selingkuh Selama 15 Tahun dalam 25 Tahun Pernikahan Kami